Mohon tunggu...
farouk gandi gusasi
farouk gandi gusasi Mohon Tunggu... -

wiraswasta di jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memberi=Menerima

14 November 2011   11:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:41 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Memberi adalah menerima. Jargon tersebut sepertinya kurang nyambung.nyambung apa tidak sebenarnya tergantung sudut pandang kita sebagai pembaca untuk menterjemahkannya. Bagaimana kita menterjemahkannya pun tidak lepas dari pengalaman empirik yang udah kita jalani selama hidup terhadap dua kata tadi memberi dan menerima.

Dalam keseharian kita seringkali menjalani arti memberi adalah menerima sebatas pada aktifitas interaksi jual beli baik barang atau pun jasa. Kita menerima sesuatu dengan memberi (membayar). Kita memberi karena ada transaksi yang terjadi , karnanya kita menerima sesuatu darinya secara kongkrit seperti jual beli, bayar kursus, bayar listrik dan lain sebagainya.

Tapi bagaimana bila memberi secara percuma (gratis). Apakah yang anda harapkan (akan terima) dari pemberian yangtanpa pamrih alias gratis? Dalam usaha marketing sebuah produk acapkali ditemukan jargon gratis. Tapi tetap saja ada pamrih yang disembunyikan dalam promo tersebut. Karna jargon gratis yang dibuat tidak murni produk diberikan secara percuma. Biasanya setelah kita membeli dalam jumlah nominal tertentu, setelah 500 ribu kah, bila sudah belanja 1 juta kah...

memberi tanpa pamrih seringkalikita membacanya dari sudut pandang transenden dimana informasi tentang memberi sering kita dapatkan dari para pemceramah, motivator, agamawan dalam konteks sedekah dan aktifitas filantropi lainnya.

Kita memberi karena kita orang yang berkecukupan dalam hal materi dan ada orang yang harus diberi yaitu para duafa danfakir miskin, kita memberikan pengajaran (memberi) ilmu kepada orang yang awam. Maka demikianlah frame yang terbentuk dalam benak kita pada arti kata memberi secara percuma alias gratis. tetapi toh setiap sedekah yang kita berikan kepada orang yang memerlukan tetap saja ada keyakinan dalam batin kita bahwa Allah Swt. Senantiasa melihat hambanya dan akan membalas dengan pahala... hmmm... ngarep juga yah..

Sesungguhnya disanalah letak keunikkanya. Memberi memang tidak berdiri sendiri. Ia punya saudara kandung yang bernama menerima.

Rasanya pemahaman tentang filosofi memberi adalah menerima tidak meminta kita untuksering medengar ceramah tentang manfaat sedekah. Bila kita terjun ke dunia maya (internet) secara tidak langsung kita akan merasakan pengalaman memberi adalah menerima.

Ada banyak sekali hal hal gratis yang bisa kita ambil ambil (Copy, save, download, dll) dari internet. Dalam dunia maya (internet) semakin banyak kira memberi gratis semakin banyak kita menerima (link, teman,iklan,comment,add,share,respon,bisniss proposaldll) . Entahlah saya tidak tahu dan tidak punya landasan ilmiahnya (pengetahuan IT) berupa analisa dan data yang lengkap mengenai statemen diatas, tapi paling tidak itu yang saya baca dari fenomena orang-orang baik yang ada diinternet yang sering memberikan apapun (aplikasi, sofware,informasi dll).

Paling gress adalah bagaimana Feacebook di gratiskan oleh keratornya Mark Zuckerber.Konon Facebook ditawar Google 8 triliun tapi bung Mark bergeming (hmm.... 8 triliun sob..).Skype, Niklas Zenzstrom dan Janus Friis yang mengratiskan video konfrence bagi pemakainya. Atas apa yang mereka beri, mereka menerima hal tersebut diatas. Dahsyat juga ya Internet.

Mereka jadi tambah kaya raya justru karena memberi secara percuma.

Ahh... hebat ya apa yang dilakukan oleh kekuatan memberi.

Coba ah, bukankah kebaikan mesti ditiru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun