Kurikulum 2013 memang berbeda dengan KBM 2006 dan jauh berbeda dengan Kurikulum terakhir Orba 1996. dalam kurikulum 1996 dan 2006 matematika tidak mengenal namanya konsep tapi mencari jawaban matematika bebas jalan mana asalkan tujuannya benar. bebas pilih cara mana asalkan benar. hal ini berbeda dengan Kurikulum 2013 yang harus mengikuti prosedur yang ada (dan kadang kerkesan terlalu panjang). (Mungkin) Tiada lagi alur pintasan yang efisien waktu dan mengurangi beban pikiran anak didik. terus terang saja Matematika pelajaran yang paling dibenci dan membuat frustasi dibandingkan yang lain.
Ok, langsung saja salah satu contoh akar pangkat 3 kelas 6 SD. kita hanya melihat akhirnya untuk mengatahui jawabannya
??1^3= diakhiri angka 1
??2^3= diakhiri angka 8
??3^3= diakhiri angka 7
dsb
dalam pengkalian memang mudah tapi hal tersebut sulit dalam pengakaran. sebab siswa harus bereksperimen satu persatu untuk menghasilkan jawaban yang benar (bila mengikuti alur yaitu dengan pembalikan pangkar). Belum lagi penghitungan salah.
dalam salah satu kasus terbaru 4+4+4+4+4+4=4 X 6 dianggap salah hanya karena alurnya 6 X 4. Kok bisa? menurut konsep sekarang 6 kali angka 4. lalu apa bedanya dengan angka 4 muncul 6 kali?
menurutku justru 4+4+4+4+4+4=4 X 6 yang benar, menurut bahasa jawa papat (4) ping(kali) enem (6). ini berdasarkan beberapa analogi
- angka 4 sebanyak 6 kali. diibaratkan kita mengisi 4 buah dalam 1 bidang keramik. logikanya kita menghitung jumlah buahnya dulu per keramik baru menghitung banyaknya keramik.
- dalam perhitungan internasional 4+4+4+4+4+4=4 (6) alias 4 times 6. angka 4 ditulis diluar kurung sebanyak obyek penghitungannya sedangkan angka 6 sebagai banyak obyek
- sistem antrian, angak 4 muncul lebih dulu maka harus ditulis dulu sedangkan angka 6 sebagai banyaknya angka 4 maka ditulis belakangan. masak ahli matematika gak bisa antri
- analogi pada penghitungan lain + dibawah X dan X dibawah ^ (pangkat)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!