Dalam bebeberapa sinetron, Film, Novel  bahkan Hikayat orang minang itu terkenal suka merantau. Itupun terbukti pada kehidupan nyata dimana semangat merantau mengalir dalam darah seorang anak minang. Ekspektasi akan semangat tersebut telah dituangkan dalam  beberapa film diantaranya Film " merantau " yang dibintangi actor laga Iko Uwais. Juga pada novel  Negeri 5 menara yang memuat  pantun " Karantau Madang dihulu", berbuah berbunga belum yang berarti  merantau bujang dahulu, dikampung berguna belum. Pantun ini menjadi dasar konsep merantau bagi orang minang.
Tidak hanya di Film, novel atau Sinetron pada kehidupan nyata anda dapat berjumpa dengan orang minang berjualan nasi padang di Paris, membuka lapak kopi di Turki, berbisnis Kain di arab Saudi atau yang paling fenomenal seorang Ustad dari kabupaten Pasaman membangun masjid di Nagari Sakura dan sempat viral di Medsos beberapa waktu lalu. Intinya perantau minang ada dimana-mana. Lalu mengapa orang minang itu suka merantau? Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu tahu  arti kata merantau. Pada mulanya  kata merantau menurut filosofi Minang Kabau yang dikutip dari sumbarprov.go.id berarti keluar dari luhak, asal tempat orang tua, sanak saudara dan kampung halaman  menuju daerah pesisir dengan kota padang sebagai tujuan.
                                                          Sumber Foto: Boombastis
Seiring dengan perkembangan zaman dan pertukaran musim, konsep merantau juga megalami evolusi. Merantau tidak lagi berkisar dari satu nagari ( dalam Bahasa Indonesia Desa ) ke nagari lain atau dari satu luhak ke luhak lain tapi juga meninggalkan ranah minang sendiri sampai ke ibu kota Negara Jakarta, kota- kota besar diindonesia seperti medan, Bandung, Surabaya bahkan kepelosok terpencil sekalipun seperti di pedalaman Papua. Sstt jangan lupa juga kemanca negara seperti  Malaysia, Arab Saudi, Belanda, Prancis hingga Amerika. Lalu apa yang menyebabkan orang minang sampai keberbagai belahan dunia dan beberapa daerah di Indonesia?
Pertama, ingin mengangkat ekonomi Keluarga.
Di ranah minang istilah ini popular dengan sebutan " Mambangkik batang Tarandam" artinya dalam sebuah Keluarga ada satua orang anggota keluarga terutama anak yang diharapkan bisa mengangkat kesejahteraan keluarga alias keluar dari Kemiskinan. Dampaknya anak yang diharapkan pun berusaha mati-matian untuk mewujudkan cita-cita luhur keluarga tersebut.Â
Di sisi lain Ranah minang sebagai kampung halaman memiliki keterbatasan di segala bidang. Bagaimana mau mengangkat ekonomi keluarga kalau lapangan pekerjaan tidak ada, potensi berupa tanah yang akan digarap juga nihil. Atas dorongan inilah banyak anak-anak muda ranah minang merantau keluar daerah dengan harapan bisa mendapatkkan pekerjaan di Pabrik, perkantoran atau disektor -- sector keuangan lainnnya. Paling tidak bisa berjualan di kaki lima karena orang minang terkenal pandai Berdagang
Kedua, Konsep Matrilinial.Â
Dalam hal ini Harta Pusaka lebih banyak dikuasai dan diusahakan anak perempuan sedangkan anak laki-laki hanya berkewajiban menjaga harta pusaka tersebut sehingga Ranah minang hanya menyediakan bekal diri sebagai modal untuk merantau. Karena keterbatasan tersebut, Mendorong orang minang untuk mencari ranah yang lebih luas.Â
Ketiga, daya Tarik  pulau seberang terutama sekali dikaitkan dengan kemajuan dengan segala plus dan minusnya.Â
Anak -- anak muda ranah minang butuh wadah untuk mengekspetasikan diri termasuk melibatkan diri dengan kemajuan yang ada di kota -- kota besar. Uniknya kemajuan yang ditawarkan pulau seberang tersebut justru membuat perantau minang sukses di berbagai sector sehingga tidak heran ada ungkapan  yang mengatakan orang minang itu kalau di rantau bodohnya cuman  2 hari setelah itu akan bisa menguasai keadaan. Kesuksesan ini juga tidak terlepas dari " Pilososopi " Takuruang nak dilua, Taiimpik Nak Diateh"