Mohon tunggu...
Farly Mochamad
Farly Mochamad Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Sebagai lulusan baru teknologi informasi, saya adalah alumni Kebangsaan Lemhannas 2023 dan peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah Indonesia-Malaysia bersama KRI Dewaruci 2024

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pasukan Siliwangi: Dari Bandung Lautan Api ke Garda Pertahanan Nasional

18 September 2024   11:00 Diperbarui: 18 September 2024   11:02 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada awal pembentukannya, Pasukan Siliwangi terdiri dari berbagai kesatuan militer rakyat yang ada di wilayah Jawa Barat. Divisi ini menggabungkan laskar-laskar yang sebelumnya berperang secara gerilya melawan pasukan Belanda, dengan tujuan menyatukan perlawanan dan memperkuat kekuatan militer Republik Indonesia. Dengan demikian, Pasukan Siliwangi menjadi kekuatan yang signifikan dalam pertahanan wilayah Jawa Barat yang strategis.

Di bawah komando Kolonel Abdul Haris Nasution, seorang pemimpin militer yang kelak menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah TNI, Pasukan Siliwangi segera berkembang menjadi divisi militer yang solid dan disiplin. Nasution, yang dikenal dengan pemikirannya tentang taktik gerilya dan pertahanan rakyat semesta, memimpin Pasukan Siliwangi dengan visi untuk mengorganisir perlawanan yang lebih efektif terhadap agresi militer Belanda.

Pasukan ini dengan cepat menjadi salah satu elemen utama dalam strategi pertahanan nasional. Mereka terlibat dalam berbagai pertempuran penting di wilayah Jawa Barat, termasuk dalam mempertahankan kota-kota strategis dari serangan pasukan Belanda yang ingin kembali menguasai wilayah Indonesia. Dalam situasi yang penuh tekanan, Pasukan Siliwangi menunjukkan ketangguhan mereka dengan terus melawan meskipun harus berhadapan dengan pasukan yang lebih kuat dan lebih lengkap persenjataannya.

Peran Pasukan Siliwangi dalam Peristiwa Bandung Lautan Api

Peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada Maret 1946 merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pasukan Siliwangi, sebagai salah satu kesatuan militer terkuat di Jawa Barat, memegang peran strategis dalam menghadapi pasukan Sekutu dan Belanda yang berusaha kembali menduduki Bandung. Setelah proklamasi kemerdekaan pada 1945, situasi di Bandung memanas ketika tentara Sekutu yang dibantu Belanda (NICA) datang untuk mengembalikan kekuasaan kolonial. Mereka menuntut agar pasukan Indonesia mundur dari wilayah Bandung, terutama di bagian utara yang menjadi pusat strategi dan perekonomian.

Dalam kondisi genting ini, Pasukan Siliwangi, yang dipimpin oleh Kolonel Abdul Haris Nasution, dihadapkan pada dilema besar. Pilihan untuk menyerah bukanlah opsi yang diterima oleh mereka. Dengan semangat pantang menyerah, bersama rakyat Bandung, Pasukan Siliwangi mengambil keputusan untuk meninggalkan kota dan membakar Bandung sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajah. Langkah ini tidak hanya sebagai taktik militer, tetapi juga untuk menunjukkan bahwa mereka lebih memilih menghancurkan kota daripada membiarkannya jatuh ke tangan musuh.

Pada malam tanggal 23 Maret 1946, ribuan rumah, gedung, dan bangunan penting di Bandung dibakar oleh warga dan pejuang kemerdekaan. Aksi ini membuat seluruh Bandung bagian selatan menjadi lautan api, yang kemudian dikenang sebagai "Bandung Lautan Api". Pasukan Siliwangi memainkan peran penting dalam mengatur strategi pembakaran kota ini dan memastikan evakuasi warga ke daerah-daerah yang lebih aman di luar Bandung. Meskipun mereka harus meninggalkan kampung halaman, pengorbanan ini mencerminkan bahwa mempertahankan kehormatan dan kemerdekaan bangsa lebih penting daripada wilayah fisik.

Tindakan heroik ini menjadikan Pasukan Siliwangi sebagai simbol keberanian dan tekad perjuangan bangsa Indonesia. Meskipun harus menghadapi kerugian besar, baik materi maupun emosional, mereka berhasil menjaga semangat kemerdekaan tetap hidup. Bandung Lautan Api kemudian menjadi salah satu simbol terbesar dalam perjuangan nasional, di mana Pasukan Siliwangi menjadi garda terdepan dalam mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa dari cengkeraman penjajahan.

Hijrah ke Yogyakarta dan Dampak Perjanjian Renville

Setelah peristiwa Bandung Lautan Api, Pasukan Siliwangi, bersama pemerintah Republik Indonesia, terpaksa hijrah ke Yogyakarta. Pada saat itu, Yogyakarta menjadi ibu kota darurat Republik Indonesia setelah Jakarta diduduki oleh Belanda. Situasi ini menandai fase baru perjuangan Pasukan Siliwangi yang harus menghadapi ancaman kolonial dalam kondisi yang sangat sulit. Meskipun mereka harus meninggalkan tanah kelahirannya di Jawa Barat, Pasukan Siliwangi tetap menunjukkan komitmen mereka untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pada tahun 1948, terjadi Perjanjian Renville, yang diadakan di atas kapal USS Renville milik Amerika Serikat, sebagai bagian dari upaya diplomasi antara Republik Indonesia dan Belanda. Perjanjian ini menetapkan garis demarkasi yang memisahkan wilayah yang dikuasai Republik dan Belanda. Salah satu dampak langsung dari perjanjian ini adalah keputusan untuk menarik Pasukan Siliwangi dari Jawa Barat ke wilayah Jawa Tengah. Meskipun secara fisik mundur, hijrah ini tidak memadamkan semangat juang mereka. Pasukan Siliwangi tetap menjadi tulang punggung pertahanan Republik di tengah kondisi politik yang semakin genting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun