Mohon tunggu...
Farly Mochamad
Farly Mochamad Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Sebagai lulusan baru teknologi informasi, saya adalah alumni Kebangsaan Lemhannas 2023 dan peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah Indonesia-Malaysia bersama KRI Dewaruci 2024

.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ekspresi Diri di Dunia Sekolah: Antara Celana Cutbray, Model Pencil, dan Ritual Rahasia 'Rajia Celana'

21 November 2023   16:14 Diperbarui: 21 November 2023   16:18 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat pertama kali menginjakkan kaki di lingkungan pembelajaran sekolah, segalanya terasa begitu asing dan baru bagi diriku. Perlahan namun pasti, aku mulai membuka lembaran baru dalam babak hidupku yang penuh dengan pengalaman baru. Keberanian untuk menghadapi ketidakpastian dan tantangan menjadi bahan bakar yang mendorongku untuk terus tumbuh dan berkembang.

Selama perjalanan belajar itu, aku tidak hanya mengasah kemampuan akademis, tetapi juga menjalin hubungan dengan teman-teman sekelas yang berasal dari berbagai sudut daerah di Bandung. Proses berkenalan dengan mereka menjadi petualangan tersendiri, seakan membuka peta persahabatan yang luas dan berwarna. Mereka membawa keunikan budaya dan cerita dari tempat asal mereka, yang membuat setiap interaksi menjadi begitu berharga.

Tidak hanya itu, dalam perjalanan ini, aku juga berkenalan dengan teman-teman sekelas yang merantau ke Bandung. Mereka menjalani kehidupan nge-kost dekat sekolah, sebuah langkah yang menurutku sangat luar biasa. Melihat mereka yang sudah berani merantau sejak SMA, hidup mandiri, dan menghadapi segala macam tantangan, membuatku merasa kagum akan keberanian dan keteguhan mereka. Setiap kisah perjuangan mereka menjadi inspirasi bagiku untuk lebih berani menjalani hidup, menghadapi setiap rintangan dengan penuh semangat.

Saat pertama kali menginjakkan kaki di sekolah, pengalaman yang menarik segera menyambutku. Aku dengan cepat dibuat terheran-heran saat melihat para kakak kelas dengan seragam celana abu-abu yang membawa nuansa kembali ke era 70-an. Yang membuatku tersenyum adalah model celana yang sedang menjadi tren di Bandung, yakni cutbray. Pandangan pertamaku terhadap kakak-kakak kelas yang mengenakan celana cutbray tersebut membuatku hampir saja meledak dalam tawa.

Pertama kali melihat celana cutbray dengan potongan yang unik dan agak kocak, aku langsung teringat pada gaya mode yang populer di era 70-an. Meskipun sebetulnya cukup aneh di mataku yang baru pertama kali menyaksikan, namun aku sadar bahwa ini adalah bagian dari upaya mereka untuk tampil beda dan mengikuti tren yang tengah berkembang di kota Bandung. Mungkin bagi mereka, menjalani trend ini adalah cara untuk mengekspresikan diri dan menciptakan identitas di antara kerumunan.

Namun, tak hanya cutbray saja yang menjadi sorotanku. Ada juga kakak-kakak kelas yang memilih untuk mengenakan celana abu-abu dengan model pencil. Model ini tampak lebih formal dan elegan dibandingkan cutbray, tetapi tetap mencuri perhatian dengan gaya yang modis. Seakan-akan mereka ingin memberikan variasi dan pilihan gaya kepada teman-teman sekelasnya.

Meskipun pada awalnya aku hampir tak kuat menahan tawa melihat celana cutbray dan model pencil yang cukup nyentrik, seiring waktu, aku mulai memahami bahwa gaya busana adalah bentuk ekspresi diri yang personal. Ternyata, di balik penampilan yang mungkin terlihat lucu atau aneh bagi sebagian orang, terdapat semangat untuk berani tampil beda dan berinovasi. Sejak itu, aku belajar untuk menghargai keberagaman dalam hal gaya pakaian, karena setiap orang memiliki cara unik untuk mengekspresikan kepribadian mereka melalui busana.

Setelah melewati satu minggu masa pembelajaran, ternyata tren celana abu cutbray dan model pencil mulai merambah ke seluruh kelas. Teman-temanku satu per satu ikut-ikutan mengadopsi gaya busana yang sedang populer di kalangan kakak kelas. Awalnya, saat melihat teman-temanku dengan penampilan yang cukup unik, aku hampir tak bisa menahan tawa. Rasanya seperti melihat kembali adegan komedi di layar lebar.

Namun, seiring berjalannya waktu, aku menyadari bahwa ini adalah bagian dari proses adaptasi dan ekspresi diri. Hak mereka untuk mengekspresikan gaya pribadi dan berpartisipasi dalam tren adalah sesuatu yang harus dihargai. Meskipun pada awalnya terasa agak aneh, aku mulai melihat bahwa teman-temanku dengan celana cutbray atau model pencil sebenarnya terlihat cukup nyaman dan percaya diri dengan penampilan mereka.

Aku pun secara perlahan mulai beradaptasi dengan tren busana yang tengah berkembang di lingkungan sekolah. Meskipun pada awalnya terkesan aneh, melihat teman-teman sekelas dengan gaya yang serupa membantu aku untuk menerima dan bahkan mengapresiasi keragaman dalam mode. Ini adalah pengalaman yang mengajarkan aku untuk tidak terlalu cepat menilai atau mengkritik sesuatu yang baru atau berbeda, aku kadangkala, hal-hal yang awalnya aneh bisa menjadi sesuatu yang biasa dan diterima dengan alamiah.

Setiap akhir upacara Senin, suasana di antara murid laki-laki selalu diwarnai dengan momen yang dinanti-nantikan, yaitu "rajia celana" atau pemeriksaan atribut sekolah. Momen ini menjadi salah satu pengalaman yang menebarkan antusiasme dan kegembiraan, meskipun bagi sebagian, juga mungkin mendatangkan kekhawatiran. Bagi kami, ini adalah takdir yang tidak dapat dihindari, bagian dari ritual yang membuat hari Senin memiliki nuansa berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun