Mohon tunggu...
Farlos dela Bamba Moch Fajar Nugraha
Farlos dela Bamba Moch Fajar Nugraha Mohon Tunggu... -

FarlosDelaBamba|Moch Fajar Nugraha Aku berpikir Maka Aku Ada (Descrates)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Empat Unsur Kehidupan

8 November 2011   06:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:56 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh Moch Fajar Nugraha (Farlos Dela Bamba)
Prolog :
“Tugas yang diemban selama hidup di dunia ini adalah bagaimana kita bisa berpikir secara logis, kemudian merealisasikan apa yang direncanakan alam pikir kita, tentunya disinkronkan dengan hati nurani. Sehingga pelbagai aspek yang dapat ditangkap secara empiris mudah direspon dan terkonstruk oleh alam pikir, sadar maupun secara tidak sadar. Sungguh indrawi, kepekaan terhadap kenyataan dapat menembus relung di setiap deru nafas insani. Sehingga percaya atau pun tidak aura itu terlahir. Walau sebagai manusia tidak dapat merasakannya. Alur hidup manusia tidak lepas dari empat unsur, yakni air, udara, api dan tanah”.
Air menggambarkan jalan hidup.
Api simbol dari keberanian.
Udara penyeimbang.
Tanah sebagai alat penyatu.
Man samanta Basaram sedam...
Man samanta Basaram sedam...
Man samanta Basaram sedam..
Man tabassara das man suwara dassa...
Air :
“Aku diciptakan untuk menghidupi seluruh umat manusia, yang beragama maupun hanya percaya, walau saat ini hanya carut marut terlintas dalam benakku”.
Bising, hingga membentuk lukisan tak berjiwa dalam sekujurku. “Rasanya aku ingin berteriak”
Harapku, dapat mengalir bebas, sebebas pemikiran manusia saat ini.
Peluh, tercipta ketika aku tak di manfaatkan semestinya.
Dan saat ini terdampar di atas genangan tanah berbisik.
Walau keyakinanku seluruh unsur dalam hidup ini adalah aku.
Tak bisa hidup tanpa aku.
Merespon, menangkap dan tergambar dalam diri ini.
Memerah, membara ketika tidak dapat memlihara relung dalam jiwaku.
Merasa nikmat ketika aku diperdengarkan sesuatu keabjikan, entah itu mantra doa ataupun hanya retorika belaka.
Dan satu hal yang ingin aku bisikkan pada kedua telinga kalian :
“aku seperti kalian dapat merasakan apa yang biasanya kalian rasakan”
Udara :
Aku tak nampak, tapi aku terasa.
Aku bukan makhluk ghaib ataupun makhluk-makhluk metafisik lainnya.
Dan aku bukan alien atau sejenisnya.
Bukan binatang atau pun makhluk berwujud.
Aku ada di antara kalaian, bahkan dalam tubuh kalian pun aku ada.
Menderu dan menghembus, mengetuk tuk mengukir substansi konkrit apa yang diharap.
Tak ada aku, tak ada semuanya. Semu dan bisu.
Hampa merongrong keras.
Kosong tak ada aku.
Imajinasikan saja : anda atau kalian pasti bisa, tanpa adanya aku.
(Alunan musik membahana)
Tercipta bara, ku tiupkan trompet isrofil, ketika semuanya tak merespon
sangsakala memecahkan keheningan ego.
Hanya tarian...tarian kemurkaan yang melahap.
Hanya tarian...tarian yang melahap.
Yang melahap.
“Fud Fud Fud dah “
Aku yakin itu tidak terjadi, ketika kalian mengerti apa isi hati ku.
Dan manusia adalah hewan berpikir. Jadi berpikirlah adanya aku.
Api :
Setiap pola mencitrakan aku penjilat, perusak, dan destruktif.
Selintas kalian hanya berpikir seperti itu.
Tanpa adanya simbol kalian apakah ada??
Apakah dunia akan ada ketika tak adanya aku.
Apa yang kalian lahap melalui makanan yang telah matang?
Ketika kegelapan tiba, apa yang dicari?
Jangan sampai aku berucap.
Semua akan rusak ketika aku memainkan peranku dalam skenario-Nya.
Aku adalah sumber dari segalanya.
Nalar lah dengan logikamu,
Bangku sekolah mengajarkan mu, bagi kamu yang beragama.
Bahan, sumber, dan antah berantah.
Percaya atau tidak renungilah.
Tanah :
Suatu kehormatan, tempat dimana insan berpijak.
Tercipta menjadi ada.
Tempat sang maha karya terukir,
Coba cium bau ketiakku, dengan aku kalian ada.
Ada.
Ada.
Ada.
Ada.
Ada.
Dan menghilang, bercumbu dengan-ku
Tidak munafik karena 4 unsur semuanya menjadi ada.
Menyibak tirai tabir yang kian tertutup,
Tercipta segala.
Dan sama seperti hal lainnya, peliharalah, dan timanglah aku dengan hangat peluk mu.
Man samanta Basaram sedam...
Man samanta Basaram sedam...
Man samanta Basaram sedam..
Man tabassara das man suwara dassa...
Bismillah
Jakal Km 14,5 / 24, Februari 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun