Mohon tunggu...
Farkhan Abdurochim Alfarauq
Farkhan Abdurochim Alfarauq Mohon Tunggu... Lainnya - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

akal pemikiran manusia bagaikan langit cerah yang luas. menulis adalah cara untuk menjaganya tetap cerah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kritik Kepada Sistem Kerja Masyarakat Modern

25 Mei 2023   21:11 Diperbarui: 25 Mei 2023   21:11 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat modern merupakan masyarakat yang sudah mengenal berbagai teknologi dan sudah menjadikan hal tersebut sebagai gaya hidupnya. Pada masyarakat tipe ini semua sudah didasarkan kepada fungsi dan tujuan yang bersifat organik yang disatukan oleh saling ketergantungan bersifat tujuan. 

Semua sudah didasarkan kepada pembagian kerja yang memiliki lapisan atau struktur yang berkaitan dengan status sosial.  Legitimasi berdasarkan hal yang sifatnya stratifikasi seperti kekayaan, pendidikan, jabatan, dan lain sebagainya. Kerap kita temui pada masyarakat perkotaan hal tersebut menjadi yang dibanggakan atau istilah terkini flexing bertujuan untuk menegaskan kedudukan mereka. 

Jika sudah seperti ini, uang sudah seperti tuhan yang mengatur segala urusan manusia karena semua membutuhkan uang termasuk untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makan dan minum. 

Uang menjadi segalanya dan bahkan manusia rela melakukan apa saja untuk mendapatkannya. Bahkan orang yang berlimpah harta sekelas pejabat saja banyak melakukan korupsi untuk menambah kekayaan mereka dan tidak merasa cukup atas apa yang mereka punya. Kita seperti dihadapkan dengan masyarakat yang hanya didasarkan pada tujuan kepentingan dan mewajarkan hal tersebut. 

Seperti contoh kecilnya pada pergaulan, semakin dewasa terutama di dunia kerja kita hanya berteman dengan orang yang memiliki kesamaan tujuan. Yaitu tujuan yang memiliki dampak manfaat bagi kehidupan masing-masing, jika tidak ada untungnya maka pasti hubungan tersebut hilang dan hanya sekedarnya saja. Bahkan hal tersebut sudah terlihat dari kehidupan kampus dengan munculnya organisasi extra yang sifatnya politis, ketika mereka berkuasa maka hanya akan merekrut orang-orang mereka saja. Tentu hal tersebut berkaitan dengan uang, mereka menghalalkan segala cara untuk mencapai hal tersebut. 

Pada masyarakat modern sudah diwajarkan konsumerisme karena kita tidak mampu untuk memproduksi sendiri kebutuhan. Semua hal harus dibeli dengan uang agar bisa menikmati taraf hidup yang lebih baik. Sangat jauh berbeda dengan masyarakat tradisional yang sifatnya mekanis yang disatukan oleh kesadaran kolektif. 

Masyarakat tradisional disatukan oleh rasa persaudaraan yang kuat dan mereka mampu untuk tidak bergantung dengan uang secara berlebihan. Banyak dari mereka menanam bahan pokok sendiri dan masih memiliki rasa gotong royong yang kuat. Walaupun tidak menafikan bahwa uang juga dapat menjadi sumber permasalahan di desa. Akan tetapi pada prakteknya permasalahan berkaitan dengan uang lebih banyak terjadi pada masyarakat solidaritas organik daripada mekanik. 

Saling sikut sesama teman sendiri sepertinya lazim kita lihat bahkan sering terjadi persaingan yang tidak sehat. Sampai kapan hal ini terus terjadi, hanya tuhan yang tahu atau bahkan hal tersebut merupakan ujian dunia yang sudah ditetapkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun