Mohon tunggu...
M Alfarizzi Nur
M Alfarizzi Nur Mohon Tunggu... Lainnya - Paralegal Posbakumadin Lampung

Paralegal yang senang bertutur melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sapien yang Kesepian

27 Agustus 2023   19:49 Diperbarui: 27 Agustus 2023   20:08 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Percakapan antara seorang pria dan perempuan (timeout.com)

Jakarta, siapa yang tidak mengenal dengan kota yang paling padat di Indonesia itu. Kota yang dijuluki sebagai pusat perekonomian Indonesia. Gedung pencakar langit, pasar padat pedagang, mal dan tempat hiburan lainnya menjadi ornamen kota yang menunjukan nuansa ambisi dan emosi. Semuanya bercampur aduk menjadi satu kesatuan hingga diriku merasa kehilangan banyak hal.

Aku, Jaka, adalah pekerja kerah putih di sebuah gedung tinggi di daerah Jakarta. Daerah itu dipenuhi dengan banyak gedung perkantoran. Hampir setiap harinya aku mendandani diriku seperti "badut", memakai jas, kemeja, dasi dan sepatu pantofel yang harusku semir hampir setiap minggunya. Wajar apabila aku bertindak demikian, toh aku adalah seorang lawyer di salah satu firma hukum papan atas di Jakarta yang menuntut pekerjaan bukan hanya dari keterampilan intelektual, tetapi juga keterampilan dalam memikat klien.

Sebagai senior aku cukup disegani, dikagumi dan terkadang juga ditakuti oleh beberapa bawahan dan partner kerjaku di kantor. Walaupun demikian, aku menyadari status diriku yang tinggi ini untuk tidak memperlakukan rekan kerjaku sewenang-wenang, terlebih lagi untuk memberikan perintah di luar dari pada ruang lingkup kerja. Aku sangat tidak menyukai itu, seperti penguasa saja.

Namun aku juga mengetahui, tidak sedikit juga dari para rekan kerjaku berwajah ganda. Mereka berkata baik di depan diriku, sebaliknya mereka berkata jelek di belakang diriku, dan lebih parahnya lagi menghina martabat diriku. Sakit rasanya apabila aku terus memikirkannya, oleh karena itu tidak jarang aku lebih memiliki menyendiri selepas istirahat kerja, seperti membaca komik kesukaanku, Billy Bat, karya seorang mangka kawakan asal Jepang, Naoki Urasawa. Jujur aku merasa senang membaca komik ini, realitaku seolah terseret dengan dunia fana yang terbukti lebih asik dan tenang daripada memikirkan rutinitas pekerjaan yang seperti hamster ini.

Tidak terasa waktu istirahat telah berakhir. Agenda selanjutnya adalah momen unjuk gigi atau saling pamer antar satu sama lain, yaitu rapat kerja. Rapat ini dipimpin oleh managing partner firma hukum kami, Bapak Sudrajat, beliau orang yang cukup tangguh, gigih dan ulet dalam bekerja. Setengah diriku berkata kalau aku merasa beruntung bisa bekerja dengan dirinya, tetapi setengah diriku lagi berkata bahwa beliau adalah orang yang harus dijauhi, setidaknya dalam sewaktu-waktu.

"Baiklah, hari  ini kita akan melanjutkan rapat kita bersama dengan klien kemarin. Sebelumnya ada yang ingin berbicara ?"

Semua orang yang berada di dalam ruangan itu terdiam, termasuk aku yang lebih memilih untuk memutarkan pena di antara jari-jemari diriku.

"Tidak ada ?"

"Baiklah, Enma bisa kau ceritakan, soal yang kemarin..."

Enma yang duduk di sebelah diriku, menunjukan wajah terkejut dengan panggilan dari bos-nya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun