Mohon tunggu...
Raihan Sayyidina
Raihan Sayyidina Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Your life is the result of your thinking ....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rhoma Irama dan Gelar Profesornya

28 Februari 2014   17:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:22 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari hari ini banyak orang mencibiri Rhoma Irama dengan gelar Profesor "Honoris Causa-nya", sebuah penempelan gelar yang salah mungkin atau kenaifan Bung Oma Irama dalam menabalkan dirinya di tengah konfigurasi politik dimana gelar pendidikan menjadi patokan tempat sosial di masyarakat.

Terlepas soal gelar-gelaran Pendidikan Bung Oma Irama, saya melihat justru Bung Oma Irama itu memiliki situasi kemanusiaan yang lebih hebat dari kebanyakan manusia Indonesia, Merendahkan diri sebenarnya bila Bung Oma Irama hanya dijuluki Profesor, bagi saya Oma Irama itu Prefosseren de Professor, Professornya Proffesor, dia mampu menciptakan peradaban, dia mampu mengatalisator kekuatan daya hidup rakyat jelata, selama puluhan tahun Oma Irama mampu memproduksi karya-karyanya yang dinikmati orang banyak. Malulah diri kita bila menghina Oma Irama sedemikian rupa ditengah kemampuannya berkarya.

Dalam politik, Oma Irama bisa dikatakan dialah yang paling senior dari tokoh politik di jaman sekarang yang muncul, di tahun 1982, Oma Irama sudah bisa bikin kalang kabut Intel, bikin pening kepala Pangkopkamtib, dan Oma Irama dikatakan sebagai "Peletik awal " Impor Revolusi Iran di Indonesia, dari Lapangan Banteng 1982 yang rusuh dimana Bung Oma Irama menjadi pusar segala tuduhan, maka digaungkanlah operasi Naga Hijau yang dimulai 1983/1984 dimana hasilnya pelemahan politik kalangan Islam secara signifikan. Oma Irama sudah menjadi penentu politik ketika kebanyakan dari kita masih bercelana monyet atau belum lahir.

Memang dia naif dalam menyerang Jokowi, tapi bagaimanapun dia sudah satu panggung dengan Jokowi tertawa bersama, dalam politik dia ditertawakan habis-habisan karena kegagapannya dalam menjawab pertanyaan Mata Najwa, Karena dia memang tidak pandai dalam kamus kosa kata politik, tapi menertawakan Oma Irama sebagai figur politik jelas kita seakan gagap membaca masa lalu.

Saya tidak membela Oma Irama, dan jelas saya tidak akan mendukung Oma Irama dalam Capres, karena "Menempatkan orang yang tepat pada tempatnya" adalah prinsip rasionalitas, sejauh ini memang hanya Jokowi yang paling tepat dalam "menjawab panggilan jaman" tapi saya hanya mencoba jujur dalam menilai, bagaimanapun Oma Irama adalah manusia istimewa dan menertawakannya sama seperti membahasakan dari dalam diri kita "apa yang sudah kamu lakukan untuk bangsamu?" dan perlu 12 buku ensikloped untuk menjelaskan apa yang telah dilakukan Oma Irama untuk bangsanya : Indonesia...........

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun