Mohon tunggu...
Farizandi HadiPrasetyo
Farizandi HadiPrasetyo Mohon Tunggu... Guru - Company Employee

Saya biasa dipanggil Fariz. Seorang karyawan di salah satu perusaahaan swasta. Memilik hobi traveling, fotografi dan menyanyi.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pengalaman Transit di Bandara Ninoy Aquino, Manila

14 Mei 2024   21:43 Diperbarui: 14 Mei 2024   21:49 2012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Proses transit ini sebenarnya adalah bagian dari perjalanan saya ke Jepang bulan April 2024 lalu. Karena dapat tiket paling murah otomatis waktu transitnya pun lama. Karena yang penting bisa terbang ke Jepang, tiket yang transitnya lama pun saya ambil deh!

Senang sebenarnya bisa menginjakan kaki di luar negeri pertama kali. Tapi pertama kalinya pun langsung ada sesuatu yang bisa diceritakan yaitu menginap di bandara!

Waktu pukul 17:00 waktu Manila. Pesawatku akan segera landing di Bandara Internasional Ninoy Aquino. Di dalam pesawat masih ada perasaan tidak menyangka bisa juga aku traveling ke luar negeri. Akhirnya pesawat landing dan menunggu proses taxing. Setelah aku turun dari pesawat di sinilah cerita dimulai!

Sendirian ke luar negeri memang benar-benar menjadi tantangan tersendiri. Selain aku berada di negara lain juga kendala bahasa yaitu Tagalog. Tapi untungnya Filipina rata-rata rakyatnya bisa bahasa Inggris jadi ga terlalu jadi masalah. Awalnya bingung ini harus kemana ya? Yaudah deh duduk dulu. Tapi kebetulan aku ketemu turis orang Indonesia yang sama-sama transit di Manila puluhan jam. Ah langsung basa-basi ajalah nanyain mau kemana dan apakah transit juga? Setelah dapat jawaban dan WOW mereka juga sama-sama ke Jepang. Inikah keberuntungan Solo Traveler? Hehe.

Tapi mereka beda tujuan sih kalau aku ke Tokyo dan mereka ke Osaka. Tentu saja jam transitnya lebih lama aku setelah ditanya lagi. Baiklah!

Akhirnya kita jadi teman sementara selama di Bandara. Di sini kita saling menjaga barang untuk bergantian mencari makan dan tempat istirahat. Setelah exploring bandara yang cukup sempit ini pada akhirnya kita ga menemukan Mushola. Jadi kalau mau shalat menggunakan area yang jarang dilalui orang. Oh gini rasanya jadi minoritas tuh? Saya telah belajar dari traveling.

Jujur, bandara ini benar-benar membosankan dan tidak ada hiburan sama sekali dan juga sempit. Kayanya masih lebih besar bandara Soekarno-Hatta di Jakarta, bahkan masih lebih baik! Tapi apa boleh buat aku mencoba menikmati setiap waktu di Manila.

Oh iya sebenarnya aku bisa aja keluar dari bandara, hanya saja karena planning kurang (sebenarnya hemat uang sih) jadi aku memutuskan menginap semalaman di bandara. Karena kalau keluar pun harus punya rencana menginap di mana,  waktu transit berapa lama, dan kapan harus kembali ke bandara? walaupun negara ASEAN tetapi  tidak sembarangan untuk melalui imigrasi begitu saja.

Di Bandara aku mencari sedikit hiburan dengan melihat-lihat toko souvenir ciri khas Filipina dan juga tempat makan yang ada makanan khas dari Filipina. Aku sempat beli Chicken Adobo. Okelah seharga makanan bandara tampak mahal sepertinya. Aku bayar dengan menggunakan Philippines Peso, untungnya karena kalau pakai debit kayanya biaya adminnya lumayan. Kalau untuk 21 jam transit di bandara saya rasa cukup memegang uang sebanyak 2000 peso pun. Karena saat pulang pun uangnya masih sisa ternyata.

Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun