Mohon tunggu...
Juli M.F
Juli M.F Mohon Tunggu... Wiraswasta - Owner di Heroid

Istana Pikiran adalah sebuah ruang besar yang mampu dan sudah pasti mampu menyimpan segala informasi yang masuk kedalam otak kita. Dia bukan sebuah ruangan yang mempunyai fleksibilitas tinggi sehingga mampu melebar menyesuaikan dengan apa yang masuk ke dalam otak seseorang. Dia terus menyimpan semua informasi-informasi yang masuk, entah itu penting atau tidak. Dan mereka yang telah melatih saringan didalam otaknya untuk memilih suatu informasi yang penting maka tidak menutup kemungkinan mereka akan selalu fokus pada tujuannya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Harmoni Pemuda dan Orang Tua

7 Agustus 2024   21:41 Diperbarui: 7 Agustus 2024   22:00 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/photos/tangan-manusia-manusia-purba-usia-4051469/

Kita beranggapan sebagai orang tua bahwa menyerahkan urusan kepada anak muda merupakan sebuah langkah yang terlalu sembrono untuk dilakukan. Itu sangat berpotensi menggagalkan seluruh rencana yang sudah dibangun bertahun-tahun lamanya. Hal itu disebabkan pemikiran kolot yang beranggapan bahwa anak muda tidak sepengalaman orang tua dan ditakutkan ketika urusan itu ditangani anak muda maka akan mengalami kegagalan. Tidak ada di benak orang tua bahwa yang akan terjadi adalah keberhasilan. Kehati-hatian inilah yang akhirnya menjadi jurang pemisah di antara kaum muda dan para orang tua. Tidak sedikit anak-anak muda yang memilliki kreatifitas pada akhirnya lenyap begitu saja karena sikap seperti itu. Mereka bagai seekor kera pertunjukan yang diikat dengan tali, tak memiliki kebebasan apapun dan akan selalu dijadikan alat oleh tuannya. Inilah fenomena yang terjadi pada masyarakat kita saat ini.

Lalu sebagian pemuda entah dari mana asalnya mulai menyuarakan pemikiran-pemikiran mereka dan berupaya membuat kontra terhadap para orang tua. Mereka beranggapan bahwa orang tua adalah sebuah mesin yang sudah usang dan layak untuk digantikan. Akibat daripada kekecewaannya itu mereka selalu melawan tanpa pandang bulu, tanpa berpikir panjang dan tanpa menimbang-nimbang apakah yang dilakukannya itu beradampak kepada sesuatu yang baik ataupun yang buruk, mereka selalu memiliki pembenaran terhadap apa yang dilakukannya.

                Orang tua dan anak muda jika kita memperhatikan pada kehidupan rumah tangga juga tak jauh beda. Betapa sangat merusak sebuah pola seperti itu diterapkan oleh para orang tua, sebab akan membentuk sebuah karakter pemuda menjadi sosok yang pengecut dan enggan untuk melawan ketidakmampuannya. Alhasil mereka akan selalu bersembunyi daripadanya dan mereka akan terombang-ambing pada arus yang akan membuatnya semakin menjadi binatang peliharaan yang jinak dan mereka tidak akan bisa berkompetisi dengan siapapun.

https://pixabay.com/id/illustrations/batu-rock-and-roll-gitar-gitaris-7232124/
https://pixabay.com/id/illustrations/batu-rock-and-roll-gitar-gitaris-7232124/

                Kekakuan ini menjadikan pemuda dalam prosesnya mencari jati diri akan berlabuh pada sebuah filosofi kehidupan yang bisa membenarkan cara pandangnya dan itu adalah manifesto daripada kekecewaan yang dialami oleh pemuda. Mereka akan menjadi pemalas yang filosofis dan mereka akan digandrungi oleh sebayanya sebab kesakitan itu dirasakan oleh semua pemuda.

                Mari kita berpikir sejenak dan mulai menjelajahi ruang-ruang kosong itu. Adakah cahaya yang terang yang dapat menyinari tali berwarna hitam di kegelapan itu? Mari kita merenungi dan meyakini bahwa tali itu benarlah ada dan pasti ada. Sebab tidak akan mungkin sebuah keharmonisan terjadi jika tidak disatukan oleh tali yang mengikat diantara kedua belah pihak yang sedang berseteru.

                Orang tua dan anak muda bisa juga kita interpretasikan seperti sebuah negara. Dalam hal ini adalah pemerintah dan rakyat. Jika pemerintah sebagai orang tua terlalu mengekang kebebasan rakyatnya, maka apakah tidak mungkin rakyat akan mengalami kekecewaan seperti halnya anak muda itu? Ya bisa jadi, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Kita akan melihat keadaan di mana rakyat kita semakin menjadi pemalas dan filosofis serta tidak memiliki semangat berkompetisi dengan negara-negara lain di luaran sana. Kita akan terus menjadi budak para tuan yang berkuasa dan para penguasa akan semakin tersenyum lebar ketika kita menjadi jinak dan bertindak seperti apa yang mereka inginkan. Akhirnya rakyat tidak memiliki harga diri yang dipertaruhkan untuk kehidupannya. Akankah kita akan terus-terusan seperti ini? Atau kita akan mulai berupaya mencari tali hitam itu untuk menyatukan kesenjangan tersebut?

Kita mengerti bahwa masalah ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan sebuah kelalaian yang terus menerus kita lakukan. Kita tidak menyadari bahwa hal itu akan berdampak negatif bukan hanya pada pribadi saja, melainkan ini juga bisa berdampak kepada tatanan masyarakat yang lebih luas. Mari kita buka pemikiran dan mulai menerima dengan ikhlas. Ada keharmonisan yang bisa diwujudkan dan itu haruslah menjadi harpan bagi kita semua.

Orang tua akan lebih bagus bersikap selaiknya orang tua dan anak muda akan lebih baik jika bersikap sebagaimana anak muda. Berikanlah tempat bagi para pemuda untuk mengekspresikan kreatifitasnya dan hormatilah orang tua dengan kebijaksanaannya. Mari menjadi manusia yang merdeka. Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun