Surat Terbuka untuk Wakil Rakyat
Oleh : Fariz Alniezar11-Mei-2012, 18:44:41 WIB - [www.kabarindonesia.com]
KabarIndonesia - Terus terang, saya tidak tahu harus menyampaikan surat ini ke mana, lewat siapa dan pakai apa. Karena pertama saya yakin anda sekalian tak kenal dengan saya, jangankan untuk kenal tahu saja sangat tidak mungkin, kebalikannya saya adalah orang --yang paling tidak-- kenal dan rutin mengamati gerak-gerik anda sekalian terutama yang sering nongol di media-media nasional maupun lokal.Kedua, saya khawatir kalau surat saya nanti dapat mengganggu, mengusiik serta membuat kerja anda sehari-hari sebagai wakil rakyat terganggu. Ketiga, saya juga sempat berniat untuk mengirimkan surat ini berbentuk file aja ke alamat surat elektronik (e-mail) tapi saya juga belakangan baru ingat bahwa DPR kan tidak punya alamat email.
Saya menulis saja semau saya, entah nanti mau di baca atau tidak, di tanggapi atau tidak yang terpenting bagi saya adalah biar hati ini plong. dan satu lagi saya juga menggugurkan kewajiban saya dalam rangka amar ma'ruf nahi mungkar yakni mengingatkan anda sekalian yang notabene merupakan wakil saya di pemerintahan, anda sekalian juga pasti tahu bahwa kewajiban orang yang diwakili kan mengingatkan pada orang yang mewakili kalaulah si wakil sudah tak komitmen lagi dengan yang diwakili, namanya juga mengingatkan tentu biar anda sekalian ingat saja dan mohon dipahami bahwa orang yang butuh di ingatkan bukan berarti ia hilang ingatan, bukan itu maksud saya tapi kalau ada yang menafsirkan begitu ya ndak apa-apa.
Pertama: anda sekalian sebagai wakil rakyat hendaknya bekerja yang sungguh-sungguh, etos yang kuat punya kepribadian untuk mengabdi pada Negara dan rakyat, bukan mengabdi pada pemerintah. Anda sekalian harus memahami apa yang di namakan dengan Negara dan apa yang di maksud dengan pemerintah. Sebab ini pilar dan penting sebagai awal pijakan dan paradigma berfikir. Saudara sekalian, yang saya tangkap dari gerak-gerik saudara selama ini masih banyak yang mengabdi pada pemerintah atau juga partai tempat anda bernaung.
Kebijakan saudara sekalian juga sangat jauh dari harapan rakyat. Buktinya dari 700 RUU hanya 8 yang menjadi UU. Coba di ingat-ingat.
Kedua: coba anda sekalian ingat-ingat siapakah pemilik sah Negara ini? Siapakah yang berhak menyandang kedudukan tertinggi di Negara ini? Reakyat kan? Rakyat adalah orang nomor satu di negeri ini, ia yang perlu dihormati, ditampung aspirasinya serta dispesialkan kedudukannya.
Tapi coba anda ingat pernakah anda menyisir sungai-sungai kumuh, bantaran rel kereta api? Perhatikan dengan seksama lalu bandingkan dengan gaya hidup anda, hubungkan dengan keberhasilan kerja sebagai wakil rakyat, lalu simpulkan apakah anda sudah layak dikatakan sebagai wakil rakyat yang baik? Sesekali cobalah anda mengajak mereka yang kesulitan makan untuk barang sejenak menikmati empuknya kursi mobil dinas anda, merasakan semriwing-nya AC sambil leyeh-leyeh melepas kepenatan setelah seharian memulung sampah.
Sesekali lah anda ajak orang-orang yang ada di tumpukan halte bus way untuk numpang dan diantarkan ke tujuan dia pakai mobil anda. Bahkan satu-dua kali lah anda pinjami alat komunikasi anda bagi warga perantauan agar bisa menelpon dan kangen-kangenan dengan keluarga yang ada di rumah toh anggaran pulsa anda sekalian kan bermilir-miliar.
Ketiga: saya juga tak bisa menyalahkan anda sekalian sepenuhnya, apalagi terkait dengan pembangunan gedung dan fasilitas kerja yang anda sekalian anggap sudah sangat tidak layak. Mengapa? Karena memang itu kesalahan paradigma berfikir kebanyakan orang kita, orang Indonesia. Kata ahli bahasa seperti Budi Dharma, Ayatrohaedi, Anton M.Moliono dan lain sebgainya bahwa bahasa adalah cermin logika, maka ruwet dan tidaknya pikiran orang setidaknya bisa dicerminkan dari ucapan serta bahasanya.
Lalu? Cobalah anda ingat bukankah kebanyakan kita menyebut bahwa "kita harus menjalankan hak dan kwajiban kita...." ingat yang di sebut adalah kata hak dulu, baru kemudian kwajiban meyusul di belakangnya. Dalam hal ini mungkin anda sekalian sedang mengamalkan kata-kata di atas barangkali, yang penting hak dulu yang berupa gedung dan fasilitas kerja yang serba wah urusan kwajiban bisa kita atur belakangan.
Keempat: coba anda ingat, anda sekalian kan kumpulan orang-orang terpilih-walaupun tidak ada jaminan pilihannya itu benar atau salah-yang dimandati untuk mengawasi serta mengontrol kebijakan pemerintah tapi kok perilakunya tidak mencerminkan orang-orang pilihan yang terhormat, akses video polos di waktu siding lah, kunker yang gak jelas lah, terlibat kasus korupsi lah, saya kok jadi geregetan-kayak lagunya Sherina-pada anda sekalian, anda itu sudah di gaji rakyat, tidak sungguh-sungguh mewakili rakyat tambah parah lagi omongan serta statemen anda tak jarang juga yang sangat menyakiti hati rakyat. Sudahlah kalau memang nanti kita mentok gak apa-apa anda sekalian tidak mewakili aspirasi rakyat pokoknya asal statemen anda jangan sampai nyakiti rakyat sudah itu aja, rakyat tidak nuntut banyak-banyak kok.
Kelima: coba ingat-ingat, dulu ketika kampanye di depan konstituen apa yang anda janjikan pada rakyat, jargon apa yang anda tulis di poster-poster serta banner yang menghiasi setiap sudut jalan raya. Pertanyaanya, berapa cos-politic nya? Dan setelah terpilih apa yang anda pikirkan anda anda lakukan pertama kali? Sudahkan janji itu anda lakukan? Coba anda sekalian ingat-ingat bukankah ajaran agama mengatakan bahwa al-wa'du dainun, janji adalah hutang? Hutang wajib di tepati, hutang adalah haqqul adami, hubungan horizontal kemanusiaan yang tentu harus diselesaikan di dunia ini, kalaulah tidak selesai konon Tuhan tak akan mau memaafkan selama tidak dapat restu dari yang bersangkutan, sedangkan yang tersangkut dengan janji anda kan banyak, coba anda ingat-ingat lagi.