Mohon tunggu...
Adlia Fariza
Adlia Fariza Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Budaya Jasinga, dari Singa Depa hingga Rampak Bedug

6 Maret 2019   13:37 Diperbarui: 6 Maret 2019   14:12 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perguruan Pencak Silat Putra Padjajaran di Kampung Bagoang melakukan tradisi Singa Depa, Minggu (24/02/19) untuk memeriahkan pernikahan warga Desa Bagoang. dokpri

Bogor - Seperti daerah lain, Jasinga, yang terletak di Kabupaten Bogor bagian barat juga memiliki beragam budaya yang patut dikenal masyarakat. Walaupun sebagian orang masih asing dengan daerah ini, namun siapa sangka bahwa Jasinga memiliki budaya yang beragam. Mulai dari pertunjukan di acara khitanan, hingga pertunjukan di setiap bulan Ramadhan

Salah satu tradisi yang sejak dulu terkenal yaitu pertunjukan seni pencak silat. Tradisi ini biasa ditampilkan pada berbagai acara seperti pernikahan, maupun khitanan.

Perguruan Pencak Silat Putra Padjajaran merupakan salah satu perguruan pencak silat yang dikenal oleh warga Jasinga. Perguruan ini terletak di Desa Bagoang kecamatan Jasinga. Perguruan yang didirikan atas dasar mengekspresikan hobi ini, dipimpin oleh Pak Maman selaku ketua dan anak dari pendiri Perguruan Pencak Silat Putra Padjajaran. Tidak hanya tampil di hajatan warga Jasinga, Pencak Silat Putra Padjajaran juga sering dipanggil ke luar daerah seperti Banten dan sekitarnya. Perguruan ini juga sudah memenangkan berbagai macam lomba sampai tingkat kabupaten. "Kemarin lomba tingkat kabupaten juara 2, kalo tingkat kecamatan juara 1 terus Alhamdulillah," ujar Ia Sukaria selaku anak dari pendiri Perguruan Pencak Silat Padjajaran.

Tradisi singa depa atau yang biasa dikenal dengan sisingaan juga merupakan tradisi Kecamatan Jasinga. Sama dengan pencak silat, tradisi ini biasa ditampilkan di khitanan atau hajatan warga Jasinga. Singa depa biasanya berjumlah 2, masing-masing singa depa dipikul oleh 8 orang dengan seorang anak kecil yang duduk di atas singa buatan. Tidak lupa diiringi oleh alunan musik tradisional seperti tarompet, kendang indung, bonang, gong, serta kulanter.

Tradisi di Kecamatan Jasinga tidak hanya terlihat pada saat diadakannya hajatan. Saat bulan Ramadhan, warga Jasinga biasa melakukan tradisi rampak bedug, yaitu pertunjukan memainkan bedug secara kompak sehingga menghasilkan suara yang indah. Pertunjukan ini biasa dimainkan warga Jasinga setiap malam selama bulan Ramadhan. Pertunjukan ini salah satu yang dinanti-nanti oleh warga Jasinga. "Kalo kata orang Jasinga mah haneuteun, kebawa suasana hangat. Beda dari bulan-bulan yang lain," ujar Bapak Toha, staff kantor kecamatan Jasinga.

Kecamatan Jasinga juga memiliki tradisi setiap malam 17 Agustus berupa kegiatan tasyakuran dan pawai obor. Tepat pukul 12 malam, semua lampu rumah warga akan dipadamkan untuk kegiatan mengheningkan cipta. Semua kegiatan ini dilakukan untuk menghargai jasa-jasa para pahlawan.

Semua tradisi di Kecamatan Jasinga sampai sekarang masih rutin dilaksanakan oleh warga Kecamatan Jasinga, guna melestarikan budaya mereka. Warga Jasinga berharap semua tradisi yang ada tidak akan dilupakan oleh generasi muda. "Pesan saya ke anak-anak sih supaya cinta budaya. Jangan sampai saat budaya kita diambil negara lain baru mengakuinya," ujar Sekretaris Desa Bagoang, Kecamatan Jasinga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun