Mohon tunggu...
Fariz Abdillah
Fariz Abdillah Mohon Tunggu... Human Resources - A lifetime learner

Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Alumni Melbourne Business School, serta Pegiat isu-isu Sumber Daya Manusia dan Infrastruktur di Sektor Kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Money

New Entrepreneurs; Long Way to Develop Programs?

6 Desember 2011   04:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:46 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda berpikir akan sangat sulit bagi new entry (red: new entrepreneur) yang tidak memiliki modal besar dan butuh waktu singkat untuk mengembangkan produk baru yang diterima masyarakat? Jawabannya adalah ya, sangat sulit! Mengapa? Karena proses yang sangat panjang akan ditempuh semenjak pembuatan produk baru hingga ke tangan konsumen, belum tentu produk itu masih akan diterima masyarakat ketika selesai pada prosesnya, atau sudah direplikasi perusahaan lain yang sudah mature, atau bahkan sudah ketinggalan zaman dan tidak dibutuhkan lagi bagi masyarakat. Inilah kendala yang harus dihadapi oleh new entrepreneurs dewasa ini, dan itulah mengapa entrepreneur di Indonesia lebih memilih mengembangkan bisnis kuliner, franchise kuliner yang hanya butuh waktu singkat, atau ibaratnya hanya selesai menggoreng pisang, lalu menyiapkan etalase dan menjajakannya di khayalak ramai, thats it. Yes, it’s only the concept of Pisang Goreng.

Amat miris memang, saat di luar sana orang berlomba-lomba inovasi produk terbaik bernilai tinggi yang berguna bagi kehidupan orang banyak, disatu sisi kita masih berkutat dalam kuliner. Tidak salah memang, namun dewasa ini seharusnya kita bisa lebih maju, terutama dalam menghasilkan profit dan benefit bagi masyarakat.

Well, akan saya jelaskan proses apa yang membuat lama itu sehingga banyak new entry yang keberatan bila menunggu selama itu, pertama dalam membuat produk baru tentunya dibutuhkan desain produk, setelahnya uji testing. Belum lagi membuat accounting system, menerapkan softwarenya, pelaporan, memberikan pelatihan yang bisa sampai 6 bulan sampai satu tahun lamanya. Tahap selanjutnya masa promosi secara berkala, tidak hanya semalam atau beberapa waktu saja, melainkan secara kontinu dan berkelanjutan. Ingat, karena marketing adalah investing in brain memory, sejatinya idealnya 3 bulan adalah waktu yang tepat bagi produk baru untuk mengenalkannya ke masyarakat luas. Untuk menjamin ketersediaan produk, tentunya perusahaan diwajibkan untuk membangun warehouse atau gudang tempat penyimpanan inventory, tentunya ini membutuhkan modal yang cukup besar, fixed costnya saja sudah besar, belum lagi maintenance costnya. Untuk mempermudah penyaluran, maka diadakanlah kerjasama dengan agen-agen tertentu yang siap mendistribusikannya agar sampai ke tangan konsumen. Nah, bisa dibayangkan berapa besarnya biaya dan lamanya waktu yang dibutuhkan hanya untuk mengembangkan sebuah produk bagi seorang new entrepreneur, tentunya akan lain halnya jika yang melakukannya adalah perusahaan besar yang sudah mature.  



Berbicara bisnis, seakan tidak habis akalnya, adalah inovasi untuk membuatnya mudah dilakukan. Menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam mengembangkan usaha. Di US sudah dikembangkan sebuah sistem yang memutus mata rantai panjang dalam menciptakan produk baru tadi. Saya melihat ini sebuah peluang, dimana new product dari new entry di display dalam sebuah web yang dikelola (misal kickstarter), lalu disertakan gambar, fungsi, dana investasi yang dibutuhkan, dan dana yang berhasil didapatkan sejauh ini. Dari proses tersebut jelas sudah termasuk desain produk, testing melalui survey masyarakat dengan melihat seberapa besar produk tersebut dibutuhkan dengan melihat forecast tingkat penjualan yang didapatkan. Begitu juga dengan marketing promosi sudah dilakukan dalam proses tersebut, tidak butuh waktu dan biaya banyak, efektif dan efisien. Keunikannya dapat dilihat dari berbagai produk yang ditawarkan, bukan kuliner seperti di Indonesia melainkan produk berteknologi tinggi yang unik. Ya, semoga tools ini akan ada di Indonesia kelak.

so, masihkah Anda berpikir bahwa New Entrepreneurs; Long Way to Develop Programs?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun