Dalam memaknai sebuah burning issue, gerakan mahasiswa hari ini memang kurang pandai dalam menyeleksi dan menetapkan target tembakan. Akibat kesalahan fundamental ini, gerakan yang dibangun dengan susah payah akan sia-sia. Karena semua yang telah direncanakan akan berantakan, mudah dipetakan dan dianalis atau bahkan telah terendus operasi intelijen terlebih dahulu. Dalam sebuah gerakan menurut saya secara garis besar ada dua jenis pola mengembangkan sebuah isu: pertama, menciptakan momentum dan kedua, memanfaatkan momentum yang ada. Tanggal 20 Oktober mendatang adalah sebuah momentum yang tersedia (given), secara natural refleksi 6 tahun kepemimpinan SBY akan menjadi burning issue di tengah masyrakat sekaligus memenuhi pembahasan di berbagai media massa. Dengan demikian antisesis dari gerakan yang sangat ini sedang dirumuskan sekaligus dikonsolidasikan, jauh-jauh hari pastilah telah disiapkan oleh SBY beserta kaki tangannya. Entah itu dalam bentuk operasi intelijen yang ditujukan kepada kalangan aktivis maupun menyiapkan langkah-langkah taktis semacam, pengerahan kekuatan militer ekstra, pidato pembelaan guna mengamankan citra di mata masyarakat atau bahkan menyiapkan uang damai untuk meredam perlawanan. Sudah berulang kali pola-pola ini dipakai, toh semuanya hanya menghasilkan sebuah drama jalanan atau bahkan selebrasi dalam bentuk euforia sesaat dan membias jauh dari apa yang direncanakan. Menciptakan sebuah momentum dalam membangun sebuah gerakan sangatlah tidak mudah, karena hal ini memerlukan kejelian dan kekritisan tingkat tinggi sekaligus analisis yang mendalam. Sederhananya pola ini biasanya dengan mengembangkan opini yang cerdas, kritis dan melawan mainstream yang ada serta didukung propaganda yang massif sehingga gerakan yang dibangun mampu menjadi leader opinion. Meskipun kekuatan dan solidaritas beserta kontinuitas gerakan tidak begitu besar. Targetan ideal pada 20 Oktober mendatang adalah mengimpeachment SBY, karena rapor merah pemerintahnya 6 tahun terakhir ini. Berbicara mekanisme, perlu ada penekanan melalui cara-cara luar biasa (non konstitusional) atau tidak melalui parlemen, cara yang dimaksud yaitu mengembalikan kedaulatan kepada rakyat untuk mengimpeachment SBY, prasyaratnya penyadaran kritis secara massif pun harus segera dimulai sehingga rakyat tidak tertipu lagi dengan rekayasa citra seperti biasa. Selain itu upaya dekredibilitasi parlemen di mata rakyat harus segera dimulai dan terus dipropagandakan terlebih dahulu. Akan tetapi satu hal yang membuat saya ragu pada 20 Oktober mendatang, dapat dipastikan SBY beserta kaki tangannya telah mengantisipasi semua kemungkinan yang akan terjadi. Masih segar dalam ingatan kita bersama berbagai gerakan yang menguap dan masuk angin, seperti pada momentum-momentum yang disediakan macam 100 hari SBY sebelumnya, anti korupsi 9 Desember, keputusan Pansus Angket Century, May day dan sebagainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H