Mohon tunggu...
Fariz Maulana Akbar
Fariz Maulana Akbar Mohon Tunggu... -

Apakah dengan menjadi Islam saya langsung menjadi demokratis? dan apakah sebaliknya Anda yang demokrat otomatis menjadi Islam?

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kabinet Dreaming Team Bukan Dream Team

10 Oktober 2010   15:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:33 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_285295" align="alignleft" width="236" caption="Kabinet Indonesia Bersatu II ''Dreaming Team""][/caption] Negara ini sudah layak disebut mengalami disfungsi, karena lembaga eksekutif yang terlalu dominan dan mensubordinasi legislatif dan yudikatif. Kabinet SBY saat ini pun lemah dikarenakan koalisi yang terlalu gemuk, konsekuensinya kabinet diisi oleh para politisi parpol sehingga sedikit menteri dari kalangan profesional. Ini hal lumrah dalam politik jika SBY mengakomodir parpol pendukungnya dalam kabinet, akan tetapi bukan berarti segan dalam interupsi sekaligus melancarkan kritik yang tajam. Lalu kemanakah check and balance???? Apa lagi setelah Ical menjabat Ketua Sekretariat Gabungan Koalisi bisa dipastikan sekarang check and balance tinggal isapan jempol belaka bahkan parlemen pun kehilangan kontrolnya. Kekhawatiran tidak mendapat kue kekuasaan pada parpol yang kalah pada pemilu setahun yang lalu adalah salah satu faktor yang membuat gemuknya koalisi pemerintahan SBY. Ini semakin memperparah keadaan karena mentalitas pengemis elit parpol (minta jatah menteri) semakin mempermudah sekaligus memberi peluang SBY mendikte elit partai politik dan parlemen. Dalam sistem presidensial bila kabinet diisi oleh parpol yang kalah, ini akan menjadi embrio rusaknya negara. Karena yang terjadi kekuasaan terpusat yang akan menyebabkan presiden menjadi otoriter. Padahal dalam demokrasi mesti ada parpol yang mengawasi jalannya pemerintahan. Sudah menjadi ramuan umum di organisasi apapun mulai dari lingkup kecil sampai negara bahwa esensi dari merangkul pihak yang kalah adalah meminimalisir hujan interupsi sekaligus mencegah badai kritik. Nah, langkah ini sangat jelas dalam susunan KIB II yang dominan diisi wakil-wakil parpol yang tidak profesional dan kompeten dalam sehingga prinsip the right man in the right place dikesampingkan oleh SBY. Dampak kabinet abal-abal yang miskin menteri dari kalangan profesional ya seperti yang tengah kita saksikan di depan mata kita, semuanya serba kacau terutama di bidang polhukam dan perekonomian. Maka tidak salah jika Kabinet Indonesia Bersatu II tidak pantas diberi pelabelan dream team melainkan lebih cocok jika disebut dreaming team karena mustahil dapat memenuhi ekspektasi rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun