Mohon tunggu...
Ahmad Farith
Ahmad Farith Mohon Tunggu... Tentara - "Berusaha sedikit keras tidak akan membuat mu mati"

A patient that need heal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak-anakmu yang Tegar - Nyata

25 Oktober 2022   20:38 Diperbarui: 25 Oktober 2022   20:41 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam setiap anak pasti merasa kesedihan yang tidak tertahankan apabila sosok "ibu" tak ada disisi. Tidak kurang juga yang meneteskan air mata saat "ibu" mereka tidak hadir memenuhi setiap waktu di keseharian mereka. Namun , jawaban dari seorang anak lelaki dari 10 bersaudara yang mana merupakan anak yang paling kecil diantara saudara. Saat memandikannya , sang kakak bertanya " Fateh kau ga sedih ibu gada?" jawaban si adik bongsu itu memecahkan tangis dari seorang kakak yang berusaha tegar. " Sedihlah....Tapi... Sedihku dalam hati". Sambil tersenyum melihat kearah si kakak yang meneteskan air matanya. Namun bukan sekali , berbagai pertanyaan yang diberikan oleh saudaranya yang lain semuanya terjawab dengan jawaban yang sangat dewasa untuk anak seusianya. Pernah suatu hari , kakaknya yang lain melihatnya sedang melemparkan pandangan ke arah luar jendela rumah. Tatapannya tampak kosong entah sedang memikirkan apa. Bagaikan org dewasa yang menyimpan pikirannya dan memendamnya. Seperti ingin menyampaikan kepada yang lain untuk tetap kuat dan jangan menyerah. Karena untuk beberapa alasan dan ketidakadilan pengendali hukum yang tidak rasional , ibu terpaksa berjauhan dengan kami untuk sementara waktu dan hari hari tersebut berlalu dengan air mata anak anaknya yang teraniaya.

"Fateh disini ada juga makanan, kalian semua jangan lupa makan ya" "Farith , Sasa,Zahid jangan lupa makan". Begitulah pesannya setiap diakhir panggilan video. Aku .... masih terus menangis. Aku.... lelah. Tidak sedikit pun hari berlalu tanpa memikirkan 9 adik adikku yang malang. Anehnya tidak ada sedikit pun kesedihan yang ditunjukkan oleh Fateh , adikku yang paling kecil. Kata-katanya masih terngiang di kepalaku. Terkadang dia dewasa, terkadang juga bermain dengan abangnya layaknya adik kecil. Terkadang bingung apakah dia tahu masalah sebenarnya dan menyembunyikan kesedihannya agar tidak membuat saudaranya bersedih ataukah dia terdewasakan akibat kehidupan kami yang memang tidak seberuntung yang lainnya? 

Sewaktu waktu ada kesempatan , ibu memanggil lewat panggilan video dengan meminjam hp petugas. Tiap  ada panggilan , dia hanya menatap layar dan menanyakan kepada ibu untuk memastikan apakah ibu makan apa tidak. " Ibu , jangan ga makan ya. Ibu harus makan". Tak ada pertanyaan seperti yang biasa didengar dari seorang anak yang masih membutuhkan ibu sisi seperti "Ibu kapan pulang?" " Ibu ga pulang kah?" atau "Ibu cepat pulang ya!", tidak ada yang seperti itu. Dia terus menatap layar itu seolah itu adalah yang terakhir kalinya. Seperti muka itu takut dia lupakan, dia menatap layar hp yang berisikan panggilan video abang, kakaknya yang merantau untuk kuliah, ibu yang jauh dari sisi anaknya, dan bapak yang jauh untuk mencari sesuap nasi. Semuanya terpisah, semua ingin pulang namun sulitnya ekonomi menghalang. Jadi hanya mampu berkhabar.

Setiap selasa , jam 8 malam ibu pasti akan memulai panggilan video untuk melihat keluarga kecilnya. Tapi entah kenapa minggu ini tidak. "Ibu......Farith dan ade ade rindu ibu". ~ rith (25/10/2022)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun