Mohon tunggu...
faris yudza ghifari
faris yudza ghifari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis di berbagai niche, tetapi paling suka menulis tentang sains, kesehatan, dan olahraga. Di samping menulis, saya juga rutin bermain sepak bola. Pemilik situs https://farisyudza.com. Blog tentang blogging, digital marketing, SEO, dan dunia kerja.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ceritaku dalam Menjalani "Ujian" dan Menantang Diri Sendiri di Lebaran Tahun Ini!

1 Mei 2023   09:51 Diperbarui: 1 Mei 2023   09:52 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ujian dalam Makan, sumber: freepik

Lebaran adalah momen yang ditunggu-tunggu. Bagaimana tidak? Kita bisa bertemu saudara yang mungkin sudah lama tidak berjumpa, masakan yang enak tersedia di rumah seperti opor ayam dan ketupat, dan tunjangan hari raya yang ditunggu anak-anak dari keluarganya.

Beberapa orang mungkin menjadikan masa-masa setelah puasa sebagai ajang balas dendam untuk makan sebanyak-banyaknya. Padahal, makan dengan berlebihan tidak dianjurkan dari segi kesehatan.

Setelah bekerja lebih dari satu tahun di start-up kesehatan di bidang gizi sebagai penulis, editor, dan SEO specialist, aku menjadikan lebaran tahun ini sebagai “ujian” apakah aku adalah penulis yang hanya sekedar memiliki knowledge dari tulisan yang dibuat dan tidak mempraktekkan apa yang ditulis sendiri atau malah bisa mempraktikkannya menjadi skill?

Bahaya Makan dengan Berlebihan

Apa pun yang berlebihan pasti tidak baik, termasuk makan.

Makan dengan berlebihan akan membuat seseorang berkemungkinan besar untuk mengalami surplus kalori (asupan kalorinya lebih dari kebutuhan hariannya), sehingga berat badan dan lemak di tubuhnya akan naik. Sebagai informasi, jika asupan lebih dari kebutuhan kalori harian, maka kelebihan tersebut akan disimpan tubuh sebagai lemak.

Jika berat badan naik tidak terkontrol, maka orang tersebut bisa mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.

Kelebihan berat badan dan obesitas dikaitkan dengan beberapa risiko kesehatan berikut ini:

  • Diabetes tipe 2
  • Penyakit jantung
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • Mengorok saat tidur atau sleep apnea
  • Asma
  • Kanker seperti kanker payudara, usus, dan rahim
  • Batu empedu
  • Infertilitas
  • Komplikasi kehamilan seperti preeklamsia
  • PCOS
  • Stroke
  • Asam urat tinggi
  • Varises
  • Rentan cedera
  • Sakit di sendi
  • Sesak nafas/nafas pendek

Wah, banyak sekali ya? Bukannya takut, justru aku berusaha untuk terhindar dari obesitas. Ternyata momen lebaran menjadi “ujian” terberat bagi beberapa orang karena satu dan lain hal. Terutama dalam soal makan.

Sekilas Tentang Mindful Eating

Solusi dari masalah makan dengan berlebihan sebenarnya adalah sadar dengan apa yang kita makan atau istilahnya adalah mindful eating.

Kalau dalam manajemen keuangan personal, kita harus tahu uang pada keluar untuk apa dan kemana serta masuk berapa dan darimana, justru konsep tersebut mirip dengan makan. Saat makan, kita harus sadar apa saja yang sudah kita konsumsi, sehingga asupan kita sesuai dengan kebutuhan. Tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak.

Mindful eating terdengar simpel dari definisinya. Bagaimana dengan prakteknya? Jujur, sangat menantang, terutama untuk orang yang belum terbiasa menerapkannya atau ada momen dimana banyak makanan enak seperti lebaran.

“Ujian” dan Parameter “Lulus”

Sebagai penulis, editor, dan SEO specialist di start-up kesehatan di bidang gizi, rasanya aneh sekali jika aku malah termasuk orang dengan berat badan tidak ideal (terlalu kurus atau obesitas). Justru, aku harus bisa menerapkan apa yang aku tulis.

Jangan sampai tulisan yang kutulis cukup jadi knowledge saja. Karena itulah, pada lebaran tahun ini, aku ingin “lulus” dari “ujian” dengan berhasil mindful eating, beberapa parameter ini aku jadikan OKR (Objective Key Result):

  • Tidak mengonsumsi lebih dari 50 gram gula per hari
  • Berat badan tidak naik lebih dari 2 kg setelah lebaran
  • Dari tiga waktu makan (pagi, siang, malam), harus ada sayur satu mangkok yang aku konsumsi

Sebagai informasi, berat badanku di hari terakhir bulan Ramadhan adalah 67,9 kg dan dikutip dari KemenKes, batasan konsumsi gula harian adalah 50 gram. Seharusnya, dari konsep SMART Goals, semua sudah memenuhi.

Berikut kisahku menjalani “ujian” ini, apakah aku “lulus”?

“Ujian” Mindful Eating saat Lebaran

Tahun ini, aku dan keluargaku hanya mudik lokal saja. Kebetulan rumah mertua masih satu kota dengan kami. Meski demikian, bukan berarti “ujian” mindful eating atau kedisiplinan makan akan semakin mudah dan tidak banyak.

a. “Ujian” Pertama

Pagi setelah solat Idul Fitri, aku dan keluargaku mengunjungi tetangga di sekitar rumah mertuaku. Ujian pertama dimulai, Pak RT menyediakan soda rasa stroberi yang merupakan minuman terfavoritku. Minuman bersoda biasanya mengandung banyak gula.

Apakah akhirnya aku meminum soda favoritku tersebut? Sebenarnya hampir saja aku meminumnya, tetapi berkat tekad yang kuat, akhirnya aku berhasil meninggalkan minuman soda rasa stroberi yang enak itu, padahal banyak anak-anak yang terlihat menikmati soda tersebut dari sepenglihatan mataku.

Iri? Jelas. Hanya saja, "lulus" dari "ujian" ini lebih penting.

b. “Ujian” Kedua

Kembali ke rumah mertua, sudah tersedia banyak sekali makanan seperti opor ayam dan ketupat yang merupakan ciri khas saat momen lebaran serta makanan lainnya. Tidak tanggung-tanggung, ada delapan opor ayam yang siap disantap hanya untuk 4 orang saja.

Sebagai informasi, ayam adalah daging putih dan memiliki kandungan sedikit lemak dan tinggi protein di bagian dadanya. Dari informasi tersebut, aku mengambil dada ayam yang kebetulan masih ada.

Ujian kedua justru menghampiri saat mertua bertanya “Kok cuma ambil satu ayam saja? Gak makan dua saja?” Bak kena pukul di perut, akhirnya aku mengambil lagi dada ayam untuk dimakan, sehingga lauk yang kumakan adalah dua ayam ditambah dengan nasi sebesar ¾ piring.

Di hari pertama lebaran tersebut, aku menambah porsi sayur dengan capcay yang berisi sawi, brokoli, dan wortel sebagai sayuran terbanyak pada capcay tersebut.

c. “Ujian” Ketiga

Pada hari kedua lebaran, keluarga kami memutuskan untuk pergi ke mall besar di Depok untuk menghilangkan penat. Setelah kemarin menghadapi dua “ujian”, ternyata “” ketiga datang saat banyak sekali restoran yang buka, apalagi sudah lama aku tidak menikmati makanan-makanan dari restoran yang menyediakan makanan dan minuman favoritku.

Di “ujian” ketiga ini, mungkin aku bisa dibilang hampir saja “remedial”. Alasannya adalah, yang aku makan dan minum adalah:

  • Nasi goreng cukup besar dengan ayam
  • Daging sapi dan ayam goreng (dada)
  • Sundae dengan wafel
  • Snack berbentuk kripik
  • Pangsit goreng
  • Teh hijau
  • Air putih

Rasa takut mulai menyelimuti karena makan sudah dirasa terlalu banyak.

Karena sudah mengonsumi sundae, aku tidak mengonsumsi makanan dan minuman manis di hari itu juga.

Pada hari yang sama juga, ketika makan malam, aku kembali mengonsumsi capcay dengan mayoritas sayuran berisi sawi, wortel, dan brokoli.

Apakah Aku “Lulus”?

Setelah berpamitan dengan mertua dan pulang ke rumah di hari ke-3 lebaran (sore hari), aku agak ketakutan. Karena ada satu parameter yang belum jelas apakah aku “lulus” dari “ujian” atau tidak, yaitu berat badan setelah lebaran. Untuk parameter lainnya, aku sudah “lulus”.

Tentunya, menimbang berat badan tidak boleh sembarangan agar timbangannya memberikan angka berat badan yang akurat.

Cara menimbang berat badan yang benar adalah:

  • Dilakukan di pagi hari, dalam keadaan sudah BAB/BAK dan belum makan/minum
  • Menggunakan pakaian yang minim
  • Sebaiknya menggunakan timbangan digital
  • Kualitas timbangan baik
  • Menggunakan timbangan yang sama secara terus-menerus

Aku menggunakan prinsip tersebut, sehingga pengukuran berat badan dilakukan besok pada pagi hari.

Ternyata, berat badanku hanya naik 1 kg saja alias naik menjadi 68,9 kg. Itu berarti aku sudah “lulus” dari “ujian” mindful eating di lebaran tahun ini.

Dari parameter kelulusan, aku:

  • Tidak pernah mengonsumsi gula lebih dari 50 gram per hari
  • Berat badan hanya naik 1 kg
  • Ada porsi sayuran di setiap makan malam

Harapannya, setelah aku “lulus” dari “ujian” ini, aku bisa terus konsisten dalam menerapkan mindful eating demi menjaga kesehatan tubuh dan menerapkan kebiasaan makan yang baik. Saat anakku sudah besar, aku akan mengajarkannya tentang mindful eating.

Aku senang karena setidaknya, aku berhasil menerapkan tulisan yang aku tulis, tidak hanya sekedar tahu saja, tapi tidak menerapkannya. Rasanya kurang afdol kalau tahu suatu ilmu, tapi tidak bisa menerapkannya.

Pesan untuk Pembaca

Aku tahu bahwa rasanya tidak enak kepada tuan rumah, apalagi saudara sendiri yang sudah susah payah menyiapkan makanan dan minuman saat lebaran, tetapi makanan/minuman yang disediakan tidak dihabiskan. Meski demikian, kamu tetap harus memperhatikan konsumsi makanan dan minuman karena akan memengaruhi kesehatanmu.

Dalam menerapkan mindful eating, pasti tidak akan selalu sempurna penerapannya karena banyak sekali tantangannya seperti lapar palsu, stres, sehingga makan (emotional eating), bau dan visual makan yang enak sekali, serta rasa tidak enak dengan tuan rumah yang menyiapkan makanan.

Cobalah pelan-pelan untuk menerapkan mindful eating. Saat kamu sudah terbiasa menerapkannya, kamu akan merasakan bahwa “hubunganmu” dengan makanan jauh lebih baik.

Sadarlah dengan apa yang kamu konsumsi (makan dan minum) dan berapa banyaknya, sebagaimana kamu sadar tentang berapa uang yang sudah kamu keluarkan di setiap bulannya dari rekening atau dompetmu dan tujuan pengeluaran tersebut.

Sadar dengan apa yang kamu makan juga adalah cara mencegah berbagai penyakit metabolik. Lebih baik mencegah daripada mengobati. 

Motivasiku dalam menerapkan mindful eating adalah tidak ingin cepat-cepat terkena penyakit metabolik atau jadi penyakitan karena aku ingin hidup hingga anakku menikah dan aku memiliki cucu, bahkan cicit.

Mari hidup lebih baik dan sehat dengan menerapkan mindful eating!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun