A.Tayangan TV/Film
Tayangan televisi ditengarai telah mempengaruhi munculnya perilaku negatif (agresif dan konsumtif) di kalangan masyarakat. Hampir seluruh sajian acara ditelevisi disuguhkan untuk konsumsi penonton dewasa. Sementara acara untuk anak-anak boleh dibilang sangat minim. Selain itu, sebagian besar jam tayang televisi (terutama TV swasta) menyajikan tayangan-tayangan yang bersifat informasi dan hiburan (infotainment). Bahkan bisa dikatakan tayangan televisi kita didominasi oleh sinetron dan informasi selebriti. Ironinya, alur cerita yang ada belum beranjak dari isu perselingkuhan, percintaan, dan kekerasan. Situasi ini semakin diperparah oleh jam tayang yang “memaksa” anak-anak ikut menonton. Bila dicermati lebih mendalam ternyata dampak tayangan TV tidak hanya mempengaruhi pola tingkah laku tetapi juga mempengaruhi pola tutur kata.
Bukti nyata tentang buruknya tayangan TV mempengaruhi tingkah laku bisa diambil dari kasus tayangan Smackdown sekitar tahun 2006 silam. Anak-anak banyak yang menirukan adegan-adegan kekerasan seperti di acara itu. Bahkan seorang anak di bandung tewas diduga telah di “smackdown” oleh teman mainnya. Akhirnya salah satu TV swasta langsung divonis sebagai biang keladi kekerasan anak yang lakukan akibat acara smackdown yang ditayangkannya. Berbagai pihak akhirnya mengultimatum agar acara ini dihapus alias tidak ditayangkan lagi karena telah menimbulkan banyak korban lainnya seperti yang terdata berikut :
1.Reza Ikhsan Fadillah, 9 tahun, siswa SD Cingcing 1 Ketapang, Soreang, Bandung (meninggal 16 November 2006),
2.Angga Rakasiwi (11 th), siswa SD 7 Babakan Surabaya (dijahit lima jahitan di kening),
3.Fayza Raviansyah (4 tahun 6 bulan), siswa TK Al-Wahab Margahayu, Bandung (luka, muntah darah),
4.Ahmad Firdaus (9), siswa kelas III SD 7 Babakan Surabaya (pingsan),
5.Nabila Amal (6 tahun 6 bulan), siswa kelas I SD Margahayu Raya 1, Bandung (patah tulang paha),
6. Mar Yunani, siswa kelas III SD Wates Kulonprogo, Yogyakarta (gegar otak),
7.Yudhit Bedha Ganang (10), siswa kelas V SDN 5 Duren Tiga, Jakarta Selatan (luka pada kepala dan kemaluan).
8.Dan kasus lainnya yang tidak melapor.
Ini menjadi bukti bahwa Smackdown merupakan sebuah tontonan yang dapat mempengaruhi kejiwaan. Karena smackdown merupakan adegan yang mempertontonkan kekerasan. Dan juga diperparah lagi karena dalam adegan smackdown tidak jarang ditemui adegan saling umpat dan ejek. Karena pada dasarnya tontonan ini merupakan tontonan yang paling banyak adegan mengumpat, mengejek dan saling pukul. Maka jikalau anak-anak menonton adegan ini dan ditambah tidak adanya pengawasan dari orang tua, maka secara lambat laun rusaklah moral anak tersebut. Dan bukan tidak mungkin akan terbawa sampai dirinyaberanjak dewasa.
Film-film produksi barat (mulai dari kartun, animasi, film-film hollywood,dll) juga membawa banyak pengaruh negatifnya, antara lain :
Meningkatnya Agresifitas Anak
Tontonan kartun luar yang banyak menampilkan kekerasan, omongan yang kasar, tampilan yang merendahkan orang lain dan tidak senonoh sangat berpengaruh pada agresifitas anak. Sebut saja kartun Sinchan, Spongebob , Tom n Jerry dan lainnya. Tidak semua kartun baik untuk anak.
Konten Seks
Konten seks (baik itu pornografi ataupun porno aksi) pada film sangat berdampak negatif (pada perilaku dan mental) masyarakat. Terutama pada anak dan remaja yang rasa ingin tahunya sangat tinggi.
Membutuhkan Waktu Khusus
Selain kelebihannya dalam menampilkan video dan audio, ini juga menjadi faktor kekurangan dan berdampak negatif. Dibutuhkannya waktu khusus untuk mengkonsumsi film. Dan ini juga berdampak negatif pada anak anak, dengan banyaknya tayangan kartun pada televisi saat ini, sehingga berkurangnya waktu anak belajar dan bermain bersama teman temannya.
Hilangnya Nilai Budaya lokal
Saat ini banyak film luar yang dikonsumsi oleh masyarakat. Dan merubah pola fikir masyarakat bahwa budaya yang luar yang mereka lihat/konsumsi (yang sama sekali aneh atau justru salah) dianggap baik dan patut ditiru. Belum lagi film Indonesia (film layar lebar,sinetron dan Ftv) yang “selalu” menyajikan budaya satu daerah, sehingga mempengaruhi dan hilangnya nilai budaya pada masyarakat lokal.
B.Internet
Seiring dengan kemajuan teknologi, penggunaan Internet semakin luas dikalangan masyarakat. Sehingga penyebaran informasi merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri sehingga seluruh informasi baik membangun maupun yang merubuhkan akhlak dan moral akan berkontaminasi dengan kepribadian kita sebagai orang timur ditambah dengan kurangnya nilai iman untuk menyaring arus perjalanan informasi tersebut.
Dampak terhadap diri sendiri, keluarga, dan lingkungan masyarakat :
Adapun dampak negatifnya adalah internet-addicted, merasa tidak bisa hidup tanpa internet, bahkan muncul fenomena orang merasa lebih “eksis” di dunia maya daripada di dunia nyata, sehingga menggangu hubungan sosialnya dengan orang lain.
Banyak dari anak atau remaja yang ketagihan atau kecanduan Internet sehingga mereka betah berlama-lama di depan komputer lalu lupa akan kewajiban mereka yang lebih penting untuk makan, mandi bahkan enggan untuk belajar. Salah satu penyebabnya, karena melalui internet mereka mendapatkan suatu pengalaman baru dan mendapatkan kenyamanan. Atau mereka mendapat sesuatu dari dunia maya ini yang tidak bisa didapatkan di dunia nyata. Di dunia maya dia bisa menjadi orang lain yang diinginkan. Misalnya, seorang anak yang pemalu dapat dengan mudah berkenalan melalui chatting atau e-mail. Dalam game online, mereka dapat membuat karakter mereka menjadi karakter yang cantik, kaya, atau hal lain yang mungkin berbeda dengan kehidupan nyata mereka.
Hal yang perlu ditakutkan adalah apabila seorang anak ketagihan pornografi di Internet. Dalam seminggu ada lebih dari 4000 situs porno dibuat. Ini tidak hanya melanda anak-anak, kerena banyak orang dewasa yang juga ketagihan pornografi di Internet. Awalnya, mungkin seorang anak tidak berniat untuk melihat pornografi dan akan memanfaatkan Internet untuk tujuan yang baik. Tetapi, situs porno ini dapat muncul secara tiba-tiba saat seorang anak mencari bahan informasi untuk tugas sekolahnya atau untuk keperluan lainnya. Seorang anak yang masih lugu belum dapat menilai baik atau buruknya suatu hal dengan benar, maka seorang anak usia 8-12 tahun sering menjadi sasaran.
Dengan kebiasaan anak melihat hal-hal yang berbau porno, dikhawatirkan pengalamannya tersebut memunculkan perasaan ingin melakukan apa yang ia lihat. Pornografi juga akan mempengaruhi moral /mental dan prilakunya sehari-hari, bukan tidak mungkin anak akan menjadi nakal dan sering mengucapkan kata-kata kasar serta memungkinkan melakukan perbuatan yang dilarang oleh hukum.
Kesimpulannya adalah sadar atau tidak, kita telah ikut terasimilasikan dengan budaya barat yang kita lihat dari film maupun internet. Kita menjadi ter-western-kan dengan film-film buatan luar tersebut dan tentu saja ini hal gawat yang mengancam budaya Indonesia. Karena apabila dibiarkan sedikit demi sedikit budaya Indonesia akan hilang digantikan dengan keseragaman budaya dari luar.
Mengatasi dampak pengaruh budaya barat (yang negatif) dibutuhkan dukungan pemerintah, tokoh masyarakat serta seluruh elemen masyarakat Indonesia untuk mengendalikan kondisi moral agar tetap berada pada nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Pemerintah diharapkan melakukan konsepsi penanggulangan dampak negatif globalisasi pada nilai-nilai budaya bangsa. Dengan wujud berupa kebijakan, strategi dan usaha yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan hidup berbangsa dan bernegara. Tidak dilupakan peran orang tua dan pendidik yang harus lebih aware dalam membentuk serta membimbing iman, moral, dan karakter seorang manusia dari awal masa perkembangan anak saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H