Mau ku sederhana..
Ingin tahu apa sebab tuan tahu-tahu tersipu malu-malu
Dulu bicaramu menggebu, berbau
Tangan basahmu salami ibu-ibu satu-satu
Lalu namamu tinggi meninggi dan meninggi lagi
Sejajar poros matahari siang hari
Poros yang boros-boros menakuti kami
Awan pun menengadah agar bertemu wajahmu
Menengadah.. dulu seringmu menunduk hampir rukuk
Di penghujung rindu, rinduku, rindu ibu-ibu
Lalu kau datang menyapa, lewat layar yang menyala
Layar ini kau yang nyalakan, janjimu, mimpiku terkabulkan
Tangan halusmu muncul dibalut perhiasan
Aku belum pernah tau bentuk perhiasan
Tapi ibu ku pasti tau, pasti pernah tau
Aku tak tau jenis apa yang kau kenakan
Tapi pasti mahal, ia menyala terang
Bajumu garis putih hitam
Kau kini bukan hanya matahari, kau perpaduan siang malam
Setelah itu kau terpaku di singgasana sederhana
Betapa dermawan!
Kau tanggalkan istana awan
Lalu orasi di depan kerumunan
Kini, kau pasti malaikat umat akhir zaman
Kemudian rumah, harta, benda, tahta, jiwa raga semua
Cuma-cuma kau berikan pada Negara
Betapa mulia!
Bayaranmu untuk tarif inap di segubuk ruang
Hanya ruangan kecil, berpagar besi, berkasur tikar
Kau bosan jadi malaikat, kau menjelmakan roh gelandangan
Dengan segala kemuliaan sosokmu
Aku masih tabu
Apa nasib ibu-ibu yang dulu begitu mencintaimu
Lebih dari cinta ibuku pada ibu ibuku
Apa aku malu karna terlalu tak tahu malu
Atau aku terlalu tak tahu menahu
cilegon, 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H