Mohon tunggu...
Muhammad Farid Salman Alfarisi RM
Muhammad Farid Salman Alfarisi RM Mohon Tunggu... -

Orang minang tulen, mahasiswa psikologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Bersekolah juga di Pelajar Islam Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hidup adalah Masalah

22 Februari 2013   14:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:52 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mungkin anda semua agak kesal dengan judul yang saya tulis, seperti halnya beberapa orang kawan yang saya tanya mengenai hal ini. Rata –rata merekabilang “ gag juga kalee, buktinya aku senang-senang aja nih”, “terlalu negatif kamu” dan sebagainya. However, saya akan mencoba menerangkan mengapa saya berkesimpulan begitu.

Hal ini berawal dari beberapa situasi yang saya alami waktu lagi bersama teman-teman. Ketika itu mereka mengeluh dengan pertanyaan klasik “ kok harus gini sih??”,”emang gag bisa lain ya??” ,” kok harus aku?” plus kerutan kening dan tampang keruh. Sebenarnya ndak hanya teman-teman sih, akunya juga,, haha. Keseringan ketemu orang-orang yang suka mengeluh, jadilah kesimpulan saya begitu, bahwa hidup adalah masalah. Lho?? Kok bisa?? Begini ....

Manusia tidak ada yang mempunyai keinginan untuk dilahirkan. Ndak percaya?? Ask Your Own Self. Ndak bisa jawab kan??. Siapa juga yang bisa tahu apakah kita mempunyai keinginan untuk lahir dan atau dilahirkan. Tiba-tiba sudah ada saja di dunia, menangis, merem melek,digendong, dinina bobokkan, eh tiba-tiba saja sudah besar, dan tahu bahwa dialah orang yang bernama Buyung, Ujang, Udin, Franky, Cindy , Mary, Han anaknya bapak fulan dan ibu fulanah. Lambat laun kita mengenal beragam macam identitas yang disematkan pada diri kita, bahwa kita orang Aceh, Orang Minang, Jawa, Papua, Islam, Kristen, Katolik, Budha, Kaya, Miskin, Anak Pejabat, Anak Tukang Sayur dan segala macam bentuk identitas lainnya dimana kita menanggung suatu beban untuk berperan menurut identitas yang tersemat dalam kita. Suatu beban yang menyatakan bahwa kita harus begini, ndak boleh begitu, bahwa sebagai bagian dari golongan ini kita lebih baik, dan dia dari golongan sana salah dan seterusnya.

Disini saya tak hendak membantah postulat bahwa manusia adalah makhluk sosial atau bahwa lingkungan adalah faktor determinan utama dalam membentuk kita sebagai individu. Namun ada suatu hal penting yang patut saya sampaikan bahwa semenjak kita lahir, kita sebenarnya telah dituntut untuk menghadapi tuntutan yang dihasilkan oleh interaksi antara kita dengan lingkungan kita, bahkan sampai yang sekecil-kecilnya. Mulai dari seorang kakak yang menahan diri untuk mendahulukan adiknya, tidur tidak nyenyak karena siang tadi cinta ditolak, galau karena ada pihak keempat, perubahan pola tidur atau bahkan insomnia karena keseringan begadang, duit ketinggalan pas jajanan udah dikasir, makan tidak enak, sampai pada persoalan rasa rendah diri terhadap orang kulit putih, bahwa orang Barat itu hebat, teknologi mereka tinggi, duit mereka banyak atau nilai 9000an Rupiah yang hanya dihargai satu dolar sampai kepada korupsi yang bisa menjerat siapapun dan sebagainya.

Dengan melihat contoh diatas kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa siapapun kita, dimanapun kita berada, disana akan tetap ada masalah yang akan mengikuti kita, mulai dari yang paling simpel sampai pada yang paling kompleks. Dititik inilah saya berkesimpulan, tanpa mengurangi rasa syukur pada Allah SWT, bahwa memang hidup itu adalah masalah. Karena lewat cara demikianlah manusia dapat membuktikan bahwa ia berhak untuk dilahirkan kedunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun