Mohon tunggu...
Muhamad Faris Mujahidin
Muhamad Faris Mujahidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030058 Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Hobi saya cuma olahraga sama bahas politik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hujat Tanpa Filter dan Tanpa Cek Fakta di Sosial Media: Menguak Tradisi Netizen Indonesia

7 Mei 2024   08:31 Diperbarui: 7 Mei 2024   08:33 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolom Komentar Sandra Dewi

Sosial media telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari kita, mempengaruhi cara kita berinteraksi, berbagi informasi, dan membangun hubungan. Melalui platform ini, ide, pendapat, dan isu-isu penting dapat tersebar luas dan memengaruhi pandangan orang-orang terhadap suatu masalah. Namun, sosial media juga memiliki tantangan dan dampak negatif. Salah satunya adalah kebebasan berucap dan berkomentar tanpa memperhatikan etika dan fakta suatu masalah oleh sebagian orang  khususnya netizen Indonesia dewasa ini.  

Dilansir dari indonesiabaik.id, Microsoft mengumumkan tingkat kesopanan pengguna internet sepanjang 2020, termasuk negara Indonesia. Dalam laporan terbaru Digital Civility Index (DCI) itu, mengukur tingkat kesopanan digital pengguna internet dunia saat berkomunikasi di dunia maya. Netizen Indonesia menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara, alias paling tidak sopan di wilayah tersebut.

Tingkat kesopanan warganet Indonesia memburuk delapan poin ke angka 76, di mana semakin tinggi angkanya tingkat kesopanan semakin buruk. Urutan pertama dihuni oleh netizen Singapura yang juga menempati peringkat keempat secara global, dengan total 59 poin.

Dalam beberapa bulan terakhir, banyak fenomena netizen menghujat "salah sasaran" seperti contohnya kasus korupsi suami dari Sandra Dewi. Netizen berniat menghujat Sandra Dewi karena suaminya melakukan tindak korupsi sebesar 271 Triliun. Tetapi akhirnya banyak yang salah sasaran, bukannya ditujukan ke akun sosial media milik Sandra Dewi, justru Dewi Sandra yang menjadi korban "salah sasaran" hujatan netizen.

Selain itu, ujaran kebencian juga menyasar ke seorang anak kecil yang sering tampil di konten konten lucunya. Anak kecil yang biasa  disebut Abe Cekut itu mendapatkan komentar komentar negatif dari netizen, padahal anak sekecil itu belum tahu apa apa.

Tradisi hujatan tanpa filter dan salah sasaran juga tercermin dari kurangnya kesadaran akan etika digital. Netizen seringkali lupa atau bahkan mengabaikan pentingnya memeriksa fakta sebelum menyebarkan informasi atau membuat komentar yang merugikan.

Fenomena hujatan tanpa filter di sosial media dapat dipahami dari beberapa faktor yang saling terkait. Pertama, kebutuhan akan sensasi dan perhatian menjadi pemicu utama. Konten-konten yang kontroversial atau provokatif cenderung mendapatkan perhatian lebih besar, sehingga netizen sering kali tergoda untuk mengunggah atau membagikan konten semacam itu tanpa memedulikan kebenaran atau dampaknya.

Kedua, kurangnya kesadaran akan etika digital juga turut memperkuat tradisi hujatan tanpa filter ini. Netizen seringkali lupa atau bahkan mengabaikan pentingnya memeriksa fakta sebelum menyebarkan informasi atau membuat komentar yang merugikan. Hal ini dapat mengakibatkan penyebaran informasi yang tidak benar atau bahkan menyebarkan hoaks yang dapat merugikan banyak pihak

Selain dari netizennya pribadi, sosial media memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk tradisi hujatan tanpa filter di kalangan netizen Indonesia. Platform-platform ini memberikan akses yang luas kepada setiap individu untuk menyuarakan pendapatnya tanpa batasan yang jelas. Namun, kebebasan ini seringkali disalahgunakan untuk menyebarkan informasi yang tidak diverifikasi atau melakukan hujatan tanpa pertimbangan yang matang.

Selain itu, kecepatan dan viralitas konten di sosial media juga menjadi faktor penentu. Konten yang kontroversial atau mengundang reaksi emosional cenderung tersebar dengan cepat dan luas, tanpa memedulikan akurasi atau kebenaran informasi tersebut. Hal ini menciptakan lingkungan di mana hujatan dan komentar yang tidak bertanggung jawab menjadi hal yang lazim.

Tradisi hujatan tanpa filter di sosial media memunculkan banyak dampak negatif, tidak hanya berdampak pada individu atau kelompok tertentu, tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Beberapa dampak negatif yang dapat timbul dari tradisi ini antara lain:

  1. Polarisasi Opini: Hujatan tanpa filter cenderung memperkuat polarisasi opini di masyarakat. Netizen cenderung terbelah menjadi kelompok-kelompok yang saling bertentangan, tanpa mencari pemahaman atau dialog yang konstruktif.
  2. Kerusakan Reputasi: Tanpa cek fakta yang memadai, hujatan dapat merusak reputasi seseorang atau kelompok secara tidak adil. Sebuah informasi palsu atau klaim yang tidak terbukti dapat dengan mudah menyebar dan menghancurkan reputasi seseorang dalam waktu singkat.
  3. Menurunkan Kualitas Diskusi Publik: Diskusi yang sehat dan bermakna seringkali terkubur di tengah-tengah hujatan dan konten yang tidak bertanggung jawab. Hal ini menghambat proses pencarian solusi atau pemecahan masalah yang sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun