Mohon tunggu...
Minna Alwiyatul
Minna Alwiyatul Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang memiliki keingintahuan tinggi, hobi belajar dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary

Perjalanan Menuju Terangnya Ujung Terowongan

10 Maret 2024   00:15 Diperbarui: 10 Maret 2024   01:12 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Cerita ini bermula ketika aku duduk di bangku kelas 12 Sekolah Menengah Atas, dimana pada masa ini menjadi penghujung masa remaja yang memberi berbagai pelajaran terutama bab perpisahan. Kala itu, gelombang kehidupan teman-temanku maupun aku sendiri memuncak ketika impian kami untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi mulai muncul. Berbagai ujian akhir dan persiapan kelulusan harus kami hadapi ditambah lagi dengan pendaftaran menuju perguruan tinggi. Saat itu, aku yang memiliki rasa khawatir akan semua ujian yang harus dilakukan tentunya memikirkan cara untuk mengurangi beban dan tekanan yang ada pada diriku. Terbesit dalam pikiranku untuk mendaftarkan diri ke sebuah universitas yang membuka pendaftaran untuk mahasiswa baru melalui jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan), iya Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dengan nilai rapor dan beberapa prestasi yang aku raih ketika masa sekolah, aku pun mencoba mendaftarkan diri untuk menjadi bagian dari universitas swasta terbaik di Yogyakarta tanpa mengikuti tes masuk. Rencana Allah memang begitu luar biasa. Dengan banyak mengucapkan rasa syukur, aku dapat menjadi bagian dari UMY di Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi. Dengan mengucapkan Bismillahirahmanirrahiim perjalananku yang seru nan mengasyikkan pun dimulai.

Di atas lahan ilmu yang subur dan ditanam benih di dalamnya, dimulailah perjalananku sebagai mahasiswa baru dengan MATAF sebagai langkah awalnya. MATAF sebagai acara pengenalan kampus dan lingkungannya merupakan hal yang sangat berarti dalam mengawali kehidupan sebagai mahasiswa. Di bawah sinar matahari yang hangat, aku berjalan dengan hati yang berdebar-debar, siap untuk menemukan makna dan pengalaman baru di setiap langkahku. Di sekelilingku, senyum-senyum ramah dan sapaan hangat menyambut kedatanganku di kampus yang memiliki slogan "unggul dan islami" ini, membuatku merasa diterima dan dihargai di tengah-tengah lingkungan yang baru. Ah, begitu bahagia rasanya diriku sampai aku pun tidak bisa menuliskannya dengan kata-kata.

Kehidupan kuliah yang sebenarnya baru dimulai setelah acara MATAF yang penuh dengan keceriaan dan kegembiraan. Di kelas, aku seperti seorang petani muda yang sedang menyirami tanaman dengan ilmu pengetahuan yang disertai sisipan tindakan dengan hikmah dan petunjuk agama islam. Dengan tekun dan penuh semangat, aku belajar tentang berbagai aspek pertanian, mulai dari budidaya tanaman hingga teknologi terbaru dalam pertanian modern. Di dalam kelas, aku mulai menyerap ilmu pengetahuan tentang pertanian dengan penuh antusiasme. Dosen-dosen yang bijaksana menjadi garda terdepan dalam menyampaikan ilmu mereka dengan penuh keahlian dan pengalaman. Mereka bak penjaga ladang yang bijaksana, menyirami dan memberikan pupuk pengetahuan kepadaku agar tumbuh dan berkembang dengan kokoh. 

Praktikum di lapangan ibarat petualangan di hamparan kebun yang luas. Bersama dengan rekan-rekan seangkatanku, kami mulai menjelajahi setiap sudut ladang yang memiliki sisi berbeda dan belajar dari setiap tanaman yang tumbuh di dalamnya. Dalam setiap tangkai padi dan buah yang kami panen kami diliputi perasaan bersyukur dan menghargai keindahan ciptaan-Nya. Yang membuat UMY lebih menarik adalah disini selalu menanamkan rasa religius yang tinggi. Setiap kali memasuki waktu sholat, semua kegiatan berhenti agar waktu tersebut dapat digunakan untuk beribadah. Aku menyempatkan diri untuk beristirahat sejenak dan merenungkan makna kesejatian hidupku. Sholat menjadi waktu yang paling kusukai, mengingatkan bahwa di tengah kesibukan dunia, aku tetap memiliki hubungan yang kokoh dengan Sang Khalik.

Di ladang hijau tersebut kami merajut mimpi-mimpi masa depan dan menyiramnya dengan keringat dan tawa. Namun seperti bayangan mendung yang datang tak terduga, pandemi tiba dan memotong benang impian kami. Langkah-langkah kami yang semula lincah terhenti, dan senyum-senyum di kelas berubah menjadi tatapan cemas. Seperti kilat menyambar tanpa aba-aba, COVID-19 melahirkan badai pandemi yang mengguncang dunia. Seperti pusaran angin yang melanda, virus ini merebak dengan cepat, mengubah lanskap kehidupan kita dengan mendadak. Dalam kegelapan malam, sinar harapan berusaha menerobos, namun tetap terhalang oleh awan gelap kekhawatiran yang menyelimuti dunia.

Saat pandemi mendera, kuliah dari jarak jauh menjadi pilihan tak terhindarkan. Seperti burung camar yang tersesat di lautan luas, aku beserta teman-temanku terpaksa menjelajahi dunia pendidikan melalui layar-layar gadget yang menjadi jembatan virtual. Di balik layar-layar laptop, aku dan teman-temanku sebagai mahasiswa UMY, menjalani kuliah secara daring (online) di tengah gemuruh pandemi yang melanda. Ruang kuliah berubah menjadi ruang virtual yang penuh dengan kode-kode dan titik-titik yang menghubungkan hati-hati yang terpisah jauh. Terkadang, sinyal internet menjadi seakan-akan musuh yang menghalangi langkah-langkah kami, tetapi kami tetap berusaha menembus dinding-dinding teknologi untuk mengejar mimpi-mimpi kami.

Seperti pelangi setelah hujan badai, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan gagahnya membuka pintu gerbang kampusnya kembali bagi para mahasiswa untuk kuliah secara offline. Seiring sinar mentari yang kembali bersinar, mahasiswa berjalan menuju ruang kuliah dengan hati yang penuh harap, merasakan kembali getaran energi dan inspirasi yang hanya bisa dirasakan dalam suasana belajar tatap muka. Meskipun pandemi telah memberikan banyak ujian, keputusan untuk kembali membuka kampus menunjukkan tekad dan semangat UMY untuk terus mendukung perkembangan akademik dan kesejahteraan mahasiswanya dengan mengadakan kelas secara offline kembali.

Saat pandemi melanda, UMY berdiri teguh sebagai benteng yang melindungi mahasiswanya dari badai yang mengancam. Dengan penuh kebijaksanaan dan kepedulian, UMY tidak hanya memberikan fasilitas yang dibutuhkan untuk pembelajaran daring yang efektif, tetapi juga memberikan dukungan secara emosional dan psikologis kepada para mahasiswa yang terdampak. Melalui program bantuan finansial, pengadaan perangkat teknologi, dan pengembangan platform pembelajaran daring yang canggih, UMY memastikan bahwa tidak seorang pun dari kami tertinggal dalam perjalanan pendidikan kami.

Namun, lebih dari sekadar menyediakan fasilitas, UMY juga menjadi tempat kami menemukan kekuatan dan semangat dalam menghadapi cobaan. Melalui bimbingan dan motivasi dari dosen-dosen kami, kami merasa didukung dan termotivasi untuk terus maju, meskipun di tengah situasi yang sulit. Dalam setiap langkah kami, UMY selalu hadir sebagai sumber kebanggaan dan inspirasi. UMY telah membuktikan slogannya, Unggul dan Islami. 

Dan ketika akhirnya aku dan teman-temanku berhasil menyelesaikan studi kami dan melangkah keluar sebagai Sarjana Pertanian lulusan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, rasa syukur dan kebanggaan meluap dalam hati kami. Kami tidak hanya lulus dari sebuah universitas yang terkemuka, tetapi juga dari sebuah keluarga yang peduli dan berdedikasi untuk kesuksesan kami. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta telah membekali kami dengan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang akan membimbing kami dalam perjalanan hidup kami selanjutnya. Kami akan selalu mengingat dan menghargai peran penting UMY dalam membentuk masa depan kami yang gemilang.

Minna Alwiyatul, UMY '19

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun