Udah jadi rahasia umum, ya, kalau Pemilu di Indonesia itu rame. Salah satu masalahnya? Politik uang. Uang berseliweran, janji- janji manis bertebaran, dan rakyat? Ya, Jadi korban iming- iming rupiah. Pertanyaannya, bisakah Pemilu kita terbebas dari korupsi? Jawabannya rumit.
Kita semua tahu, idealnya Pemilu itu ajang demokrasi yang bersih. Rakyat memilih pemimpin berdasarkan visi, misi, dan rekam jejaknya, bukan karena dikasih amplop berisi duit. Tapi, realitanya? Jauh sekali!. Bayangkan, berapa banyak suara yang terbeli? Berapa banyak calon yang menang karena modalnya saja, bukan karena gagasannya? Ini bukan cuma soal etika, tapi soal keadilan. Ini soal masa depan bangsa yang dipertaruhkan. Kenapa politik uang begitu sulit diberantas? Karena akar masalahnya bukan cuma soal uangnya sendiri. Ada banyak faktor yang saling terkait. Misalnya, rendahnya kesadaran politik masyarakat. Banyak orang masih menganggap uang sebagai jalan pintas untuk mendapatkan sesuatu, termasuk suara dalam Pemilu. Lalu, lemahnya penegakan hukum. Banyak kasus politik uang yang tak sampai ke pengadilan, atau kalaupun sampai, hukumannya seringkali ringan dan tak menimbulkan efek jera.
Sistem politik kita juga punya andil. Biaya kampanye yang mahal bikin calon terpaksa mencari dana dari mana saja, termasuk sumber- sumber yang nggak jelas. Belum lagi, kurangnya transparansi dalam pendanaan kampanye, yang membuat sulit melacak aliran uang haram. Jadi, Uang menguasai politik, dan politik memperkuat kekuasaan uang. Ada beberapa hal yang bisa kita upayakan untuk mengurangi, bahkan memberantas, politik uang. Pertama, pendidikan politik masyarakat harus ditingkatkan. Rakyat harus diajarkan untuk lebih kritis dan cerdas dalam memilih pemimpin, tidak mudah tergiur uang. Kedua, penegakan hukum harus lebih tegas dan konsisten. Pelaku politik uang harus dihukum berat agar jadi contoh bagi yang lain. Ketiga, reformasi sistem pemilu penting dilakukan. Mungkin perlu ada batasan yang lebih ketat dalam pendanaan kampanye, dan mekanisme pengawasan yang lebih transparan dan efektif. Kita juga perlu mendorong partisipasi masyarakat dalam mengawasi jalannya Pemilu. Bayangkan, kalau semua warga negara aktif melaporkan praktik politik uang yang mereka lihat, akan lebih mudah untuk membasmi praktik ini. Terakhir, dan mungkin yang paling penting, adalah perubahan mindset. Perubahan ini harus dimulai dari para elit politik sendiri. Mereka harus berani menolak politik uang dan membangun budaya politik yang bersih. Kalau para pemimpinnya saja sudah bersih, akan lebih mudah untuk menciptakan sistem politik yang bersih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI