Mohon tunggu...
Muhammad Faris Ibrahim
Muhammad Faris Ibrahim Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seekor kutu di bulu kelinci dalam topi, yang berharap suatu saat, dapat menatap mata si tukang sulap.

Hanya manusia biasa, yang punya cita-cita bisa masuk rumah sakit jiwa, karena membaca.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

(Berharap Lebih dari) Sekedar Persuaan Singkat di Rangkaian

17 Juli 2019   12:18 Diperbarui: 17 Juli 2019   23:47 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
channelnewsasia.com

Ketika para politisi bersikeras memutar otak untuk mengokohkan singgasana kekuasaan, rakyat cerdas haruslah seperti universitas yang selalu punya cara mengurai pemapanan- memunculkan kemungkinan- kemungkinan baru sebagai bahan konsumsi alternatif. Dan alternatif itu, tidaklah usah melulu tentang solusi menjanjikan. Bolehlah juga, upaya menafsir gelagat lucu para tuan politisi itu adalah dengan menerbitkan kemungkinan- kemungkinan yang dapat mendongkrak budaya literasi kita- menghidupkan imajinasi.   

Ketika Jokowi dan Prabowo bertemu di satu rangkaian, apa salahnya jika kita berusaha membayang suatu atraksi imajinasi menghibur di sebaliknya. Toh, pertemuan itu seperti teka- teki silang yang mereka buat untuk kita rakyat awam. Mereka yang membuatnya merasa sederhana saja, namun kita yang mengerjakan, malah dibuat susah memecahkan. Namun, di situlah letak hiburannya, ketika kita memaksimalkan kerja otak untuk menciptakan kemungkinan- kemungkinan. Teka- teki yang mereka buat, jadi bukan sekedar demagogi, melainkan juga jadi lumbung imajinasi. Di situlah nilai edukasinya.

Bukankah menyenangkan menafsir politik kita dengan ragam kemungkinan? Seperti Lady Frances Derwent di serial Agatha Christie, yang selalu membesar- besarkan kejadian menjadi misteri mendebarkan. Pertemuan Jokowi- Prabowo, layak di-seperti- itukan. Rakyat cerdas jangan hanya meniliknya dengan indera penuh keterbatasan. Pertemuan itu seperti Bulan, kalau kita hanya melihatnya dengan mata dari kejauhan, bentuknya jadi amat kecil. Namun, apabila kita melihatnya dengan mata pengetahuan- absahlah pertemuan itu merupakan perkara yang amat besar.

Pastilah seru lagi menyenangkan, kalau kita membaca pertemuan keduanya dengan pembacaan ala cerita- cerita aksi penuh misteri. Terbayang kalau Lady Frances yang didaulat mendapat kesempatan membaca peristiwa itu, pasti ia akan dengan senang hati berkelakar liar dengan analisis kasusnya yang gila. Seandainya umurnya tiba sampai dengan tahun 2018- mengulas pertemuan itu, pasti mengigatkannya dengan percakapan menarik Liam Neeson dan Vera Farmiga di film The Commuter yang sarat mengundang rasa penasaran.

Anggaplah Prabowo adalah Liam Neeson di film itu- toh lagi sama- sama diterpa masalah keuangan. Prabowo yang lagi asyik- asyiknya mendaras The Grapes of Wrath-nya Steinback, tiba- tiba terhenyak oleh kedatangan Jokowi yang memotong lamunannya sambil memberi isyarat- meminta izin untuk duduk berhadapan dengannya.

Vera Farmiga yang diperankan oleh Jokowi adalah pribadi yang murah senyum-persis sama, senyumnya manis pula. Namun di situ, perannya tentu bukan hanya mengajak Prabowo berbincang- bincang tentang buku di pangkuannya (toh, ia juga terkenal sebagai pribadi yang tidak gemar membaca novel). Jokowi tahu duduk masalah keuangan yang tengah dihadapi Prabowo, oleh sebab itu ia menawarkan sebuah simulasi sederhana.

"Bagaimana jika aku memintamu melakukan satu hal kecil?," kata Joko- mencoba memikat rasa ingin tahu Bowo.

"Ini sesuatu yang pasti bisa kau lakukan," lanjut Joko meyakinkan (secara gitu, kan doi intel- ceritanya- jadi dia udah tahu, Bowo mantan anggota pasukan khusus).

"kalau boleh tahu, hal semacam apa itu?". Nampaknya Bowo mulai terlihat terpancing, padahal ia hanya berusaha terlihat antusias saja.

Sambil menjinjitkan kedua alisnya, Joko berbisik pelan-pelan,"di kamar mandi, gerbong kedua, mungkin.. ada suatu paket, tersembunyi. Di dalam paket itu, terdapat 25.000 Dolar"

"Tunggu.. tunggu," Bowo memotong pembicaraan, "aku kira ini adalah sebuah simulasi sederhana," kiranya kebingungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun