Mohon tunggu...
Faris Gibran
Faris Gibran Mohon Tunggu... -

I'm studying, beating drums, shooting ball, living life.. :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Rokok

6 Januari 2011   12:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:54 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Merokok dapat menyebabkan kanker, gangguan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin” adalah kalimat yang selalu kita temukan pada sebungkus rokok, maupun iklan rokok yang kita temukan pada iklan televisi atau koran. Menyeramkan memang peringatan yang ditujukan  pada para pengonsumsi rokok tersebut, namun tampaknya peringatan tersebut tidak membawa pengaruh yang berarti pada masyarakat, khususnya para pengonsumsi rokok. Perindustrian rokok telah lama berdiri di negara-negara berkembang seperti Indonesia, industri ini menyumbang kan sekitar Rp 52triliun melaui pajak dan cukai rokok untuk pendapatan negara pada tahun 2007, jumlah pemasukan terbesar yang didapat negara. Terlepas dari semua hal itu, ternyata industri rokok yang terus berkembang di Indonesia tidak bisa sepenuhnya diandalkan sebagai sumber penggerak ekonomi utama negara, malah justru sebaliknya, sebagai senjata makan tuan yang justru bisa menjadi masalah utama negara ini.

Rokok mempunyai sejarah yang panjang. Negara-negara baratlah yang mempunyai peran yang besar dalam sejarah mengakarnya budaya merokok di negara-negara berkembang dewasa ini. Setelah pemerintah Negara-negara barat menyadari bahaya rokok, peraturan terhadap pemakaian rokok diperketat, dan tingkat keuntungan yang didapat pun menurun. Di lain sisi, birokrasi dan peraturan negara-negara berkembang yang masih lemah dimanfaatkan oleh negara-negara barat untuk memperluas kekayaan mereka. Semenjak itulah perusahaan-perusahaan rokok mengakar kuat dan berkembang pesat di Negara-negara berkembang sampai saat ini.

Menurut penelitian, 3,7 juta  perokok meninggal tiap tahun di seluruh dunia. Hal ini membawa kekhawatiran yang besar dari banyak pihak, karena jika hal ini dibiarkan terus berlanjut, diperkirakan angka kematian akibat rokok akan terus meningkat, bahkan bisa mencapai 10 juta orang per tahunnya pada tahun 2020. dari kehawatiran ini, muncul pihak pihak yang berusaha untuk membatasi, dan mengkampanyekan gerakan anti rokok. Gerakan-gerakan ini berdatangan dari berbagai macam pihak, salah satunya datang dari WHO (World Health Organization), sebuah badan organisasi kepemerintahan PBB.

WHO meluncurkan ‘Campaign against tobacco’ atau kampanye anti tembakau yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan  warga dunia, menyadari dampak buruk yang terjadi pada manusia dan lingkungannya yang diakibatkan oleh rokok. Salah satu bentuk kampanye dari gerakan ini ialah dengan melarang adanya ‘tobacco advertisement’. target utama dari gerakan ini adalah para remaja, dimana perusahaan-perusahaan rokok mulai memperluas jaringannya ke Asia dan menjadikan para remaja sebagai target utama. WHO menyadari bahwa ini adalah sebuah kewajiban bagi komunitas dunia untuk melindungi anak-anak dari kematian di usia yang muda.

Aksi komunitas telah terjadi di California dengan aksi mereka dalam penolakan periklanan rokok. Aksi yang mereka lakukan ini membuahkan hasil, antara lain tingkat penderita kanker paru-paru yang menurun lebih dari sebesar 14 persen. Aksi mereka juga membawa dampak positif terhadap kasus kesehatan di California, dan juga peningkatan kesadaran kesehatan dikalangan masyarakat. Namun di saat berbagai aksi perlawanan terhadap rokok dilakukan, perusahaan-perusahaan rokok amerika justru memperluas pangsa pasar tembakaunya ke Negara-negara berkembang. Disinilah peran WHO sangat diperlukan dalam membangun kesadaran  masyarakat dunia untuk menghindari rokok. 70% perokok adalah berasal dari negara-negara berkembang, di saat Negara-negara maju mulai terlepas dari dampak negatif tembakau, Negara-negara berkembanglah yang menjadi korban dimana perusahaan-perusahaan tembakau yang terus berkembang pesat di negara mereka justru  memperpuruk keadaan ekonomi dan kesehatan masyarakatnya.

Kesimpulan yang dapat kita ambil yaitu, langkah yang diambil WHO dalam gerakan kampanye anti tembakaunya adalah merupakan suatu langkah yang sangat tepat, menyadari dampak dampak yang terjadi akibat merajalelanya perusahaan perusahaan tembakau di negara negara berkembang. Pelarian perluasan pangsa pasar yang dilakukan oleh Negara-negara barat ke Negara-negara berkembang adalah suatu hal yang sangat egois, hal yang mereka lakukan adalah sama saja seperti menuai benih-benih racun yang baru saja hilang di negri mereka ke negri orang demi keuntungan mereka sendiri. Seharusnya semua Negara-negara bisa bersatu untuk memlawan daan menemukan solusi yang tepat dalam permasalahan ini. Rokok tidak hanya berpengaruh buruk terhadap kesehatan saja, namun juga secara tidak langsung membawa dampak buruk yang besar terhadap ekonomi dan lingkungan.  Dampak buruk yang disebabkan oleh penggunaan tembakau tidak bisa dibiarkan saja, diperlukan suatu langkah yang sangat tegas, khususnya seperti yang telah dilakukan badan kesehatan internasional WHO yang dapat membawa pengaruh kuat kepada negara-negara luas. Semoga saja, kampanye ini bisa terus berlangsung dan membawa suatu angin segar di negara-negara berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun