Mohon tunggu...
Faris Gibran
Faris Gibran Mohon Tunggu... -

I'm studying, beating drums, shooting ball, living life.. :)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia dalam G8

6 Januari 2011   07:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:54 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada 15 juli 2009 saya membaca koran Jakarta Post dan melihat sebuah artikel yang ditulis oleh Danny Rahdiansyah, seorang diplomat Indonesia yang berbasis di Roma. Dalam artikelnya Danny Rahdiansyah membicarakan tentang partisipasi bersejarah setelah tahun – 2008 – Hokkaido Toyako Summit ,  tahun ini Indonesia mengambil lagi bagian dalam pertemuan KTT G – 8 di L’Aquilla , Italia , di bawah kerangka Mayor Ekonomi Forum ( MEF ) ketahanan yang kuat terhadap dampak dari harga pangan yang tinggi .

Dalam pertemuan ini,Indonesia terlibat dalam diskusi mengenai isu – isu strategis yang memiliki implikasi nasional dan global , yaitu energi dan perubahan iklim , perdagangan dan keamanan pangan .

Tahun lalu dunia mengalami dampak dari krisis pangan bila harga komoditas pangan meroket . Indonesia tampil dengan sangat baik dalam mengatasi krisis pangan 2008 dengan menunjukkan ketahanan yang kuat terhadap dampak dari harga pangan yang tinggi .

Menurut Dana Internasional untuk Pengembangan Pertanian ( IFAD ) , 2007 – 2008 , jumlah orang lapar di dunia telah mencapai 1.02 milyar – tertinggi yang pernah terjadi .Menurut saya , mestinya kita mampu mengatasi hal seperti itu dengan cara melakukan kerjasama di bidang Ekonomi khususnya dalam hal pangan , contohnya Negara – Negara berkembang bekerja sama untuk mengangkat pasar – pasar pengimpor bahan pangan sehingga masyarakat di masing – masing Negara berkembang tersebut dapat tersuplai dengan baik dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya di negara tersebut sehingga masyarakatnya hidup dengan berkecukupan .

Perdana Menteri Jepang Taro Aso juga menulis di Financial Times “ Investasi penanaman modal terakhir adalah satu – satunya solusi untuk masa depan yang berkelanjutan , dan kita harus bekerja untuk mengembalikan kepercayaan pasar , khususnya di antara Negara – Negara pengimpor makanan prihatin dengan perkembangan pembatasan ekspor . Charity sendiri tidak dapat menjadi solusi yang abadi . Saya setuju dengan pendapat Perdana Menteri Jepang Taro Aso , yaitu kita harus menginvestasikan modal yang dapat bertahan lama dan dapat membantu untuk mengangkat kembali pasar – pasar pengimpor bahan makanan contohnya seperti Thailand yang dikenal sebagai Negara pengimpor Beras terbesar di dunia . Para investor lah yang memegang peranan penting dalam masalah ini , para investor mampu mengendalikan peranan mereka untuk mengatur dn membuat Thailand lebih berkembang dan bisa membantu Negara – Negara berkembang lainnya untuk mencukupi swasembada beras . Sehingga Thailand bisa menciptakan chip politik yang membuat Thailand mudah melakukan hubungan politik dengan negara – negara berkembang lainnya .

Sekarang ini meskipun harga komoditas pangan telah menurun dari puncaknya pada pertengahan 2008 , jika kita melihat kembali selama beberapa tahun terakhir , mereka tetap tinggi ( sekitar 17 persen lebih tinggi dibandingkan harga bahan pangan tahun 2006 dan 24 persen lebih tinggi daripada mereka tahun 2005 ) .

Indonesia tampil dengan sangat baik dalam mengatasi krisis pangan 2008 dengan menunjukkan ketahanan yang kuat terhadap dampak dari harga pangan yang tinggi . Sebagai hasil dari keberhasilan ini , suara Indonesia terdengar lebih baik di wilayah internasional .

Dunia ingin kita berbagi pengalaman kita dalam menghadapi ancaman krisis pangan dan ingin tahu strategi nasional kita di bidang ketahanan pangan. Ini adalah chip diplomatik berharga untuk mengejar agenda kita dan untuk mendorong masyarakat internasional untuk menangani masalah keamanan pangan di cara yang lebih baik .

Yang banyak orang tergantung pada pertanian untuk mata pencaharian mereka. Sektor pertanian itu sendiri memberikan kontribusi sekitar 14 persen dari total saham dari PDB Indonesia pada tahun 2007 .

Dengan demikian , peningkatan jumlah investasi di sektor pertanian berarti bahwa lebih banyak orang Indonesia akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk meringankan diri dari kemiskinan , memperkuat sektor pertanian dalam sistem ekonomi Indonesia , dan juga berkontribusi terhadap ketahanan pangan dunia yang lebih kuat .

Saya setuju dengan pendapat dari penulis , karna jika investasi yang kita tanam dan dapat kita kembangkan menjadi investasi yang berkembang dan berjangka lama kita bisa memulihkan sistem sektor pertanian yang dapat membantu untuk meringankan masyarakat dari kemiskinan dan kelaparan , sehingga Negara – Negara berkembang dapat belajar dari Negara Indonesia cara untuk bertahan di krisis pangan .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun