Mohon tunggu...
Faris Gibran
Faris Gibran Mohon Tunggu... -

I'm studying, beating drums, shooting ball, living life.. :)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kita Semua Adalah...

30 Desember 2010   08:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:12 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ketika anda bangun dari tidur nyenyak tadi malam, pernahkah terlintas di benak anda tentang pertanyaan "Apakah saya adalah orang yang suci?" atau "Apakah saya adalah orang yang benar?". Sulit untuk membayangkan tentang kebenaran apa yang sesungguhnya tertanam di setiap diri kita yang terkuasai ego ini.

Sejujurnya, saya pun selalu menemukan pilihan yang sulit ketika berusaha memahami diri sendiri yang seolah setiap hari bergerak tanpa henti dengan sendirinya. Lebih lagi ketika harus menyaksikan keleluasaan orang lain dalam 'menceramahi' orang disekitarnya seolah dialah yang paling benar dan selalu lebih baik dari orang lain. Namun sangat kontras ketika setelah itu mendapati orang lain dengan bangganya 'mencemari' dirinya sendiri dengan seluruh usaha yang mungkin sebagian orang akan menganggapnya sebuah dedikasi. Bagaikan berdiri di tengah ladang ranjau dengan menghadap ke sebuah tiang petunjuk arah yang bertuliskan "Kebenaran", "Kehancuran", "Kenikmatan", dan "Kekosongan". Lalu timbulah segudang pertanyaan dalam jiwa yang sepertinya tidak pernah dan tidak akan pernah murni ini. Mengapa? Bagaimana? Lalu? Kapan? Siapa? Apa? Di mana? adalah sebagiannya.

Tetapi, akankah kebenaran yang selalu dicari setiap insan di dunia itu adalah sesuatu yang memang seharusnya dicari? Mengapa harus benar? mungkinkah ada hal lain yang duduk pada strata lebih tinggi dari 'kebenaran'? Atau jangan-jangan kita (para pencari kebenaran) hanyalah korban dari doktrinisasi leluhur kita yang mungkin tidak mengetahui apa-apa mengenai apa yang harus dicari dan apa yang seharusnya menanti kita di ujung jalan sana? Lalu, muncul lagi kebingungan-kebingungan lain. Haruskah kita mencarinya? atau sebaiknya kita menciptakannya saja?

Sampai pada titik ini, sebagian dari anda mungkin sudah berhenti membaca karena bosan, mengantuk, menganggap tidak penting, atau mungkin menganggap saya adalah orang gila. Tidak apa-apa, saya tidak ingin dan sebisa mungkin menghindari untuk menghakimi orang lain. Sesungguhnya tulisan-tulisan di atas hanyalah sebagian pertanyaan yang muncul dari sekian milyar manusia di bumi yang pada akhirnya akan kembali pada sebuah pertanyaan awal, "Siapakah kita?" dan kita semua adalah...

Hanya anda yang dapat menjawabnya sendiri dan hanya untuk diri anda sendiri. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun