Mohon tunggu...
Faris Gibran
Faris Gibran Mohon Tunggu... -

I'm studying, beating drums, shooting ball, living life.. :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pandangan dan Harapan Anak Terhadap Orang Tua Bagian I

5 Desember 2010   05:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:00 1159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah anda sebagai orang tua bertanya kepada putra-putri anda tentang bagaimana pendapat mereka akan keberadaan diri anda? Atau pernahkah anda bertanya kepada diri anda sendiri tentang apa yang difikirkan oleh putra-putri anda mengenai anda? Seandainya anda sebagai orang tua yang baik, apakah anda dapat menerima dan mendengarkan curahan hati anak anda tanpa rasa marah, tanpa rasa tersinggung ,dan dengan hati terbuka? Mungkin kita tidak akan mengalami berada di posisi sulit sebagaimana pertanyaan-pertanyaan di atas, karena barangkali putra-putri anda tidak berani mengatakannya kepada anda. Namun, memahami cara pandang putra-putri anda terhadap diri anda adalah salah satu upaya untuk memahami sikap mereka.

Ada beberapa macam cara pandang anak terhadap kedua orang tua mereka. Bahkan harapan mereka bukan hanya terhadap kedua orang tuanya, tetapi juga terhadap diri mereka sendiri. Yang jelas, setiap orang tua pernah merasakan sulitnya memahami salah satu atau lebih tingkah laku putra-putrinya. Bahkan tidak jarang terdapat orang tua yang mengeluh dan merasa kehilangan akal untuk dapat memahami keinginan putra-putrinya, sehingga muncul konflik yang berkepanjangan antara orang tua dan anak yang pasti akan bepengaruh terhadap situasi dan kondisi di dalam rumah bahkan terhadap perkembangan psikologis anak. Sebagai orang tua kadang-kadang kita berfikir bahwa hanya orang tua saja yang merasa kebingungan dalam menghadapi putra-putri kita. Hal ini di sebabkan kita sebagai orang tua sering merasa sudah sempurna dan selalu benar. Padahal, kebingungan yang sama dapat dialami oleh putra-putri anda.

Konflik yang terjadi tidak semata-mata karena kita tidak mampu memahami sikap putra-putri kita, tetapi tetapi bisa jadi sebaliknya, mereka sulit memahami sikap kita. Konflik ini pastilah tidak dapat dihindari. Terlebih bertambahnya usia anak-anak kita. Namun sebenarnya, masing-masing pihak  perlu menyadari bahwa konflik haruslah selesai dengan tidak menyebabkan salah satu pihak merasa menang atau kalah. Konflik justru akan menyebabkan para pelakunya dapat lebih berkembang dan dewasa. Mereka juga banyak belajar dari pergaulannya. Sehingga kemungkinan terjadinya kesenjangan pola pikir dapat memicu konflik.

Menempatkan diri sejajar dengan anak dalam usaha menyelesaikan konflik dapat membuat kita lebih terbuka pada pandangan, pendapat, dan pola pikir anak. Jika putra putri kita sering melawan atau membantah apa yang kita nasehatkan pada mereka, hal itu tidak selalu menandakan bahwa mereka ingin memusuhi kita. Bisa jadi justru karena mereka sangat mengagumi kita dan ingin dapat bersikap seperti kita. Namun, karena mereka belum mampu menyamai kita, lantas mereka merasa tidak berdaya, terpojok, tertekan, dan akhirnya berbalik melawan kita. Menyadari bahwa setiap orang tidak terkecuali anak-anak kita juga memiliki hak untuk mengatur diri mereka sendiri, untuk memilih, dan untuk berekspresi, akan membuat kita lebih toleran terhadap mereka dan kehidupan dalam keluarga pun akan terasa lebih nyaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun