Mohon tunggu...
Faris Dwi Ristian
Faris Dwi Ristian Mohon Tunggu... Guru - Sebagai pendidik disalah satu sekolah negeri yang ada di Jawa Timur

Jangan menyerah dan selalu kuat, karena kehidupan terkadang berjalan tidak sesuai keinginan. Dan menyadari bahwa dengan usaha dan kerja keraslah yang akan membuat rasa pencapaian itu ada.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Perkembangan Jasa Pengiriman Barang Di Wilayah Pasirian Tahun 1875-1950

5 Januari 2025   12:16 Diperbarui: 5 Januari 2025   12:16 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.posindonesia.co.id

Wilayah Pasirian terletak di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Kecamatan Pasirian memiliki luas wilayah 183,91 Km2, untuk perbatasan bagian utara dibatasi wilayah Candipuro, bagian timur dibatasi wilayah Tempeh, bagian selatan dibatasi Samudra Hindia, dan sebelah barat dibatasi wilayah Candipuro. Kecamatan Pasirian terdiri dari 11 Desa : Desa Gondoruso, Desa Kalibendo, Desa Bades, Desa Bagu, Desa Selok Awar-Awar, Desa Condro, Desa Pasirian, Desa Madurejo, Desa Sememu, Desa Nguter, dan Desa Selokanyar. 

Pada masa penjajah Belanda wilayah Pasirian merupakan wilayah penting, ini dapat dilihat dari beberapa infrastruktur yang berupa kereta api. Pasirian pada tahun 1896-1988, kereta api mempunyai peran penting untuk mempercepat pengakutan barang mulai dari hasil perkebunan, pertanian dan alat transportasi bagi masyarakat. Dampak dari perkembangan alat transportasi, jasa pengiriman barang mulai ada di wilayah Pasirian yang dibentuk oleh pemerintah Belanda. Jasa pengiriman barang yang dibuat oleh Belanda pada tanggal 26 agustus 1749, pendirinya adalah Gubernur Jenderal G.W Baron Imhoff, ini merupakan kantor pos pertama yang terletak di Batavia. Pada tahun  1875 bernama Posten Telegrafdienst, tahun 1877  Union Postale Universelle, tahun 1945 Hari Bakti POSTEL, tahun 1965 PN Pos dan Giro, 1978 Perusahaan Umum Pos dan Giro, 1995 PT Pos Indonesia (Persero). Pasirian merupakan wilayah afdeeling Lumajang atau setingkat Kabupaten. Jasa pengiriman barang sudah ada di wilayah Pasirian yang berada di lokasi sekitar stasiun kereta api. Pada tahun 1930 pemerintahan Belanda mendokumentasikan foto Hulppost- en telegraafkantooor te Pasirian yang dipublikasikan oleh Universitas Leiden.

Sumber: Universitas Leiden.
Sumber: Universitas Leiden.
Hulppost- en telegraafkantooor  juga tersebar di wilayah afdeeling Lumajang seperti Klakah, Tempeh dan Jatiroto. Perkembangan jasa pengiriman barang lebih cepat di daerah sekitaran yang ada stasiun kereta api ini pada masa pemerintahan Belanda. Perkembangan jasa pengiriman barang juga mempunyai peran penting orang-orang Belanda yang menetap di wilayah Pasirian, orang Belanda bisa mengirim surat laporan dan barang  lewat Posten Telegrafdienst ini mempermudah dalam komunikasi mereka dengan pusat pemerintah dan bisa memberikan kabar untuk keluarganya yang bertempat tinggal di luar daerah. Pada masa cultuurstelsel komoditi perkebunan mulai dari hasil hutan, tebu (gula), dan tembakau daya tarik dari pasar di Eropa. Pada masa ini untuk perkembangan jasa pengirim barang berganti menjadi Union Postale Universelle. Untuk bentuk perangko yang dikeluarkan pada tahun 1864-1868 yang dikeluarkan Hindia Belanda menampilkan gambar Raja Willem III dengan posisi menghadap ke depan dan pada bagian bawah bertuliskan POST ZEGEL merupakan tanda pengelola pos yaitu Nederlandsch Indie serta dengan angka nominal 10 Sen.

Sumber: https://www.posindonesia.co.id
Sumber: https://www.posindonesia.co.id

Pada masa pendudukan Jepang memiliki tujuan utama adalah menyusun dan mengarahkan kembali perekonomian Indonesia dalam rangka upaya perang Jepang dan rencana-rencananya bagi dominasi ekonomi jangka panjang terhadap Asia Timur dan Tenggara 

( Ricklefs, 2008: 424). Wilayah Pasirian pada masa pendudukan Jepang banyak membangun pertahanan militer untuk persiapan perang dunia ke 2, apabila mendapatkan serangan dari pihak sekutu Australia melalui pantai selatan. Untuk Union Postale Universelle yang dari warisan Belanda tidak dipergunakan untuk kepentingan layanan publik namun berorientasi pada kepentingan militer Jepang. Melaksanakan skema propaganda ini Jepang memaksimalkan dengan menggunakan berbagai media surat kabar, pamflet, buku, poster, foto, siaran radio, pamaren, pidato, seni, pertunjukan tradisional. Propaganda Jepang merupakan hal penting untuk memobilisasi rakyat indonesia untuk bersama-sama melawan sekutu, sebagai bentuk melawan penjajahan. Dengan pergerakan Jepang Union Postale Universelle dapat dipakai untuk mengirimkan surat kabar Jawa Shinbukai (Perusahan Koran Jawa) Bulan Desember penerbitan surat kabar ke daerah-daerah sekitar distrik Malang (Kurosawa,1993), Lumajang merupakan wilayah di bawah naungan wilayah Malang yang disebut dengan Wedana (Gunchoo).

Kekalahan Jepang ditandai dengan pengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus tahun 1945. Kondisi ini melemahkan posisi Jepang di Indonesia dan pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Pada posisi ini dalam perkembangan jasa pengiriman barang oleh Jawatan PTT mengalami perubahan dengan adanya penerbitan perangko bergambar hewan banteng dengan latar belakang bendera merah putih yang berkibar dan bertuliskan tanggal 17 Agustus Tahun 1945 serta Republik Indonesia dengan nominal 20 Sen.

Sumber: https://www.posindonesia.co.id
Sumber: https://www.posindonesia.co.id
Pada tahun 1950 Jawatan PTT menerbitkan perangko baru dengan bekerja sama dengan percetakan di Haarlem Belanda dan dicetak secara bertahap oleh N.V.G. Kolff & Co. Perangko yang bergambar Burung Garuda dengan perisai di dadanya lambang pancasila mulai dari bintang, rantai, pohon beringin, kepala banteng, padi dan kapas. Tulisan yang terdapat pada perangko 17 Agustus  Tahun 1945-1950, Republik Indonesia dan nominal Rp 1, 25 Sen serta 15 Sen. 

Sumber: https://www.posindonesia.co.id
Sumber: https://www.posindonesia.co.id
Pada tahun 1945-1950 kondisi dari  wilayah Pasirian sendiri melakukan perjuangan melawan agresi Belanda. Brigade 3 TNI dengan komandan M. Soeroedji, berhasil memasuki wilayah Lumajang karena pasukan Belanda terkonsentrasi di Tempursari. Dalam perjalanan menuju wilayah Besuki. Pasukan Brigade 3 menuju ke arah Pasirian dengan waktu yang relatif tidak terlalu lama. Di Pasirian, mereka disibukkan dengan serangan tentara Belanda. Belanda melakukan serangan dengan jumlah pasukan lebih besar (Pramono, 2007: 116-117). Dengan kondisi seperti ini, peran dari perusahaan Jawatan PTT mencoba untuk berjuang melalui gambar perangko dan tulisan yang ada didalamnya. Mulai dari gambar bendera Indonesia dan lambang negara yang mempunyai dasar Pancasila, merupakan bentuk eksistensi dari negara Indonesia yang berdaulat dan lepas dari penjajahan Belanda. Dengan perjalanan sejarah pengiriman barang mulai dari Hindia-Belanda, Pendudukan Jepang dan Masa Kemerdekaan Indonesia memiliki peran tersendiri dan menjadi saksi perjalanan Sejarah Lokal terutama di Wilayah Pasirian. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun