Tugu pahlawan yang berada di Desa Pasirian, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, mempunyai cerita tersendiri dalam perjuangan melawan penjajah Belanda. Tertulis dalam tugu pahlawan tersebut yang gugur dalam medan perang melawan Belanda untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Nama-nama prajurit yang telah gugur : 1. A. Slamet, 2. Subar, 3. Achitar, 4. Kasian, 5. Karyat, 6. Atim, 7. Musodji, 8.Twai, 9. Achmad, 10. Sudja'i,  11.S. Supagandi, 12. Sukodono, 13. Suroto, 14. Kadis. Pahlawan yang telah gugur tercatat pada kisaran tahun 1949, ini merupakan perlawanan Agresi Militer II Belanda untuk menduduki wilayah indonesia setelah kekalahan Jepang dengan sekutu pada perang dunia 2. Pasirian pada waktu itu merupakan wilayah penting dalam segi perdagangan, pertanian, perkebunan dan alat transportasi berupa kereta api. Tugu pahlawan sangat berdekatan dengan lokasi stasiun Pasirian. 14 pahlawan yang gugur ini merupakan kesatuan gerakan Pada tanggal 5 Mei 1947, keluar dekrit presiden No. 6 yang isinya membubarkan semua badan kelaskaran untuk digabung menjadi satu dalam TNI. Dalam hal ini, barisan Hizbullah Lumajang yang tadinya satu Batalyon dengan kompi Cholid bin Walid di bawah pimpinan A. Djalal dan Kompi Panjiwulung dibawah pimpinan Suwarno Fatah diciutkan menjadi satu kompi di bawah pimpinan Kapten Kyai Ilyas yang masuk pada jajaran Batalyon IV.
Susunan Kompi ini selanjutnya adalah sebagai berikutnya:
Komandan kompi : 1. Kapten Kyai Ilyas
Komandan seksi I : Lettu Abd. Djalal
Komandan seksi II: Peltu Abd. Ra'uf
Komandan seksi III: Peltu Abd. Aziz Masyhuri
Komandan seksi IV: Serma Ilham
Kepala Staf : Serma Abd. Hamid Yusuf.Â
Masuknya Belanda ke wilayah Jawa Timur pada masa Agresi Militer II, pasukan Kyai Ilyas yang masuk Batalyon IV Samsul Islam mendapatkan perintah untuk mengikuti induk pasukannya dengan tugas gerilya di daerah Pasuruan. Akan tetapi karena  pertimbangan taktis dan praktis, serta atas persetujuan dan komandan Batalyon Mayor Samsul Islam, pasukan Kyai Ilyas tetap diperkenankan untuk bergerilya di daerah Lumajang. ( Nur Hadi & Sutopo: 259-260).
pasirian melakukan kegiatan upacara dengan peserta para ibu-ibu rumah tangga dan ada beberapa bapak-bapak usia lanjut yang antusias dalam kegiatan tersebut. Pertama, dengan lagu nasional yang diiringi dengan alat musik drum band yang terbuat dari alat sederhana dari beberapa alat-alat rumah tangga misalnya galon air bekas. Kedua, para peserta upacara memakai pakain perjuangan dan baju adat. Ketiga, pada ujung kegiatan ada bentuk drama yang diperankan oleh ibu-ibu rumah tangga dan bapak-bapak, sekilas bentuk perjuangan para pahlawan melawan Belanda. Dari kegiatan ini dapat diambil sebuah pelajaran untuk generasi muda era sekarang, untuk menjaga nilai-nilai Pancasila dan semangat nasionalisme untuk eksistensi perkembangan bangsa indonesia di era modern dan usia bukan ukuran untuk menjaga mengobarkan semangat kemerdekaan Indonesia. Dirgahayu kemerdekaan Indonesia Ke-79. Jayalah negeriku, bangkitlah bangsaku, Merdeka, Merdeka, Merdeka.
   Kilas Sejarah tugu pahlawan merupakan bentuk perjuangan panjang pahlawan. Pada tanggal 17 Agustus tahun 2024 ini warga sekitar mengadakan upacara bendera di tugu pahlawan Pasirian dengan penuh kesederhanaan namun tidak merubah esensinya untuk meneruskan semangat perjuangan para pahlawan untuk negeri tercinta Indonesia Raya. Di kemerdekaan yang ke 79 warga Dusun Joho