"Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin."
(Ki Hajar Dewantara)
Pendidikan harus mempunyai dasar pemahaman bagaimana cara mengetahui kebutuhan belajar siswa. Pendidik dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa bisa dilakukan secara mandiri atau berkolaborasi dengan teman sejawatnya. Sadar dan tidak sadar pendidik dihadapkan dengan berbagai karakter peserta didik dalam pembelajaran. Menurut Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek:
Kesiapan belajar (readiness) murid
Minat murid
Profil belajar murid
KESIAPAN BELAJAR
Sebagai pendidik benar-benar harus menjadi pembelajaran sepanjang hayat. Pendidik untuk memenuhi ketiga aspek tersebut harus belajar bagaimana menggunakan Asesmen non kognitif untuk mengetahui bagaimana karakter siswa. Asesmen non kognitif bentuk pemetaan siswa untuk mengetahui secara personal siswa baik secara sosial, emosional dan psikologi siswa. Ini sebagai pengetahuan awal pendidik untuk menentukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa untuk dipenuhi.
Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik, biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut sebenarnya menggambarkan beberapa perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan belajar siswa Ini dapat digambarkan ketika didalam kelas dalam mata pelajaran MTK pertama siswa sudah lancar dalam perhitungan perkalian, siswa yang masih belum lancar tapi sudah bisa bagaimana cara menghitung perkalian dan ketiga siswa masih belum bisa sama sekali dalam perhitungan perkalian. Sebagai pendidik harus dapat melakukan pemenuhan kebutuhan belajar yang berbeda pada setiap siswa untuk sampai pada tujuan pembelajaran yang dicapai.
MINAT MURID
Minat belajar siswa, pendidik harus mengetahui dua perspektif pertama minat situasional. Dalam perspektif ini, minat merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya berbicara tentang topik peta digital (google earth), meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat menghibur, menarik dan menggunakan berbagai alat bantu visual. Yang kedua, minat juga dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Minat ini disebut juga dengan minat individu. Seorang anak yang memang memiliki minat terhadap teknologi digital, maka ia akan tetap tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu pendidik yang mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara yang menarik atau menghibur.