Mohon tunggu...
Faris _15
Faris _15 Mohon Tunggu... -

Lebih baik diasingkan daripada mati dalam kemunafikan ! -Soe Hok Gie-

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Jika Dipandang dari Roman "Le Rouge Et Le Noir" Karya Stendhal

20 Desember 2015   17:24 Diperbarui: 20 Desember 2015   17:57 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Henri Beyle atau yang dijuluki Stendhal, merupakan seorang penulis berkebangsaan Prancis yang lahir di Grenoble pada tahun 1783 dan meninggal di Paris pada tahun 1842. Setelah melewati masa kecilnya yang pelik, dia bergabung dalam tentara Prancis dan menyusuri Italia yang pada akhirnya dia mengambil bagian di sebuah desa. Ketika kepemerintahan Napolen runtuh, dia berpindah ke Milan dan kembali ke Paris pada tahun 1821. Pada tahun 1817, dia berhasil menulis karyanya yang berjudul Rome, Naples, et Florence. Percintaan menjadi suatu fokus utama baginya ditandai dengan kemunculan karyanya berjudul De l’amour pada tahun 1822. Kemudian disusul dengan Le Rouge et Le Noir pada tahun 1830 dan La Chartreuse de Parme pada tahun 1838.

Dalam tulisan ini, karya yang akan dibahas adalah Le Rouge et Le Noir. Salah satu karya Stendhal yang cukup terkenal di dunia kesusastraan. Karya yang memiliki lebih dari 500 halaman ini mengisahkan tentang kehidupan nyata dari seorang temannya yaitu Berthet (Julien Sorel). Sebuah kisah cinta antara Julien Sorel dan Mme de Renal, namun kisah cinta mereka tentunya tidak berjalan lurus begitu saja. Banyak tantangan yang harus dihadapi seorang Julien Sorel untuk mempertahankan cintanya. Terutama pada bagian ke-30 dimana Julien terpaksa mengikuti nasehat dari pangeran Korasoff untuk membuat Mathilde cemburu dengan menggunakan Mme de Fervaques sebagai orang lain yang dicintainya.

Kisah ini semakin memanas ketika pertengkaran antara keduanya terjadi. Julien berada di tengah – tengah pilihan. Memberanikan diri untuk meninggalkannya atau tenggelam ke dalam kebahagiaan mencintainya.

Dalam kesempatan kali ini, saya hanya akan mengambil apa arti cinta dari chapter 30 yang berjudul "Une Loge aux Bouffes" pada buku kedua dalam roman ini.

Dari bagian cerita tersebut, ada beberapa pesan yang dapat diambil mengenai cinta. Terutama pada awal pertengkaran antara Julien dan Mathilde;

« A-t-elle fait pour vous tous les sacrifices où ce fatal amour m’a entraînée? »

Dari teks di atas, dapat diketahui bahwa yang namanya cinta membutuhkan pengorbanan. Dan seseorang yang seharusnya lebih dihargai adalah kekasih yang telah melakukan banyak pengorbanan demi pasangannya.

Lalu, juga terdapat nilai moral didalamnya seperti ;

« Avez-vous vu les dames de La Mole, lui dit-elle, elles sont aux troisièmes. À l’instant Julien se pencha dans la salle en s’appuyant assez impoliment sur le devant de la loge ; il vit Mathilde ; ses yeux étaient brillants de larmes. »

Dari potongan kisah di atas, dapat dipahami bahwa Julien masih mencintai Mathilde dari matanya yang berlinang air mata setelah bertemu dengannya. Padahal awalnya, dia menyatakan bahwa dia punya hak untuk mencintai Mme de Fervaques namun pada kenyataannya dia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri bahwa dia masih mencintai Mathilde.

Kesimpulannya, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun