Mohon tunggu...
Faris _15
Faris _15 Mohon Tunggu... -

Lebih baik diasingkan daripada mati dalam kemunafikan ! -Soe Hok Gie-

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tragedi Kesbangpol

6 Juli 2013   22:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:54 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku sudah menduga bahwa akan terjadi seperti ini. Dari awal aku memang kurang suka dengan politik dan aku sudah memutuskan untuk tidak mengikuti acara pelatihan kesadaran politik yang diselenggarakan oleh Pemprov DKI. Namun, temanku bilang “apa salahnya kalau kita lihat dahulu ?” aku berpikir ada betulnya juga tetapi aku tetap mempunyai firasat yang sama seperti sebelumnya. Acaranya sudah besok, dan aku masih berpikir – pikir. Malamnya, aku memutuskan untuk ikut, itupun hanya untuk sekedar mengetahui bagaimana acaranya. Bukan berarti ideologiku terguncang. Aku berangkat pagi dan mendapat sms dari komandan, isinya “Jangan lupa bawa almet, undangan, dan fotocopy KTP, penting.” Untungnya itu semua sudah aku muat di dalam tas. Aku memastikan kembali dan melihat titik kumpul acara tersebut yang tertulis di dalam undangan. “Parkiran IRTI Monas” menurutku itu sudah cukup jelas.

Aku berangkat dari rumah pukul 07.00 dan sampai di lokasi pada pukul 09.30. aku langsung bergegas ke lokasi, aku takut tertinggal karena di undangan tertulis “diharapkan berkumpul 30 menit sebelumnya.” Aku berlari dan alhasil aku bingung, banyak sekali mobil yang ada di parkiran. Aku tidak tahu mobil yang mana yang akan mengantarkanku, tidak ada ciri, karakteristik, bahkan pemberitahuan di dalam undangan setelah aku membaca kembali undangan tersebut. “Membingungkan ! acara macam apa ini ?”, lalu segera kuputuskan untuk menunggu teman – teman seuniversitasku yang lain. Sudah 2 jam lebih aku menunggu, aku mencoba berkali - kali keliling parkiran dan akhirnya bertemu dengan salah seorang teman, Sofyan namanya. Kami berdua juga kebingungan. Beberapa menit kemudian kami bertemu kembali dengan teman – teman yang lain, Tirto dan Ridho. Mereka menyuruh kami bergegas sambil memberitahu mobil yang akan mengantar kami. DAMRI putih tanpa ciri dan karakteristik tertentu bahwa mobil itulah yang akan mengantar kami. Seperti yang kubilang barusan, tidak jelas !

Akhirnya kami segera masuk dan merapikan barang bawaan. Kami pun berangkat dari Monas menuju Puncak, Bogor lokasi dimana kami dilatih sekitar pukul 12.00. kami sampai di lokasi sekitar pukul 14.30, jadi kira – kira kami menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam 30 menit di perjalanan. Itu sudah dihitung macet. Sesampainya di lokasi, kami mengambil kunci kamar masing – masing dan segera menuju kamar. Aku pikir syarat – syarat yang sudah ditentukan oleh pemerintah seperti Undangan, Fotokopi KTP itu harus diserahkan, nyatanya tidak sama sekali. Sangat tidak konsisten ! semakin banyak saja kejangggalan yang kami temui pada acara ini. Kalian pasti tidak menduga, setelah kami merapikan kamar, acara ini gantung selama kurang lebih 4 jam. Banyak waktu yang terbuang sia – sia ! kami mengisi kekosongan ini dengan sedikit berdiskusi, ngobrol – ngobrol dan bercandaan. Malamnya tepatnya pukul 19.30, acara pun dimulai, dibuka dengan sambutan – sambutan dari para birokrat prov DKI. Dari sambutan Kepala BanKesBangPol, inti yang saya tangkap adalah beliau menganjurkan kepada kami (Mahasiswa) untuk melakukan aksi yang tidak anarkis, memikirkan hak – hak publik, dan memperhatikan keamanan menyampaikan aspirasi. Dia berpidato kurang lebih 30 menit.

Selesailah acara pembukaan, dilanjutkan dengan materi. Materi tersebut berlangsung selama 1 jam 30 menit. Ada tiga materi ; Peran pemuda dalam menyampaikan aspirasi, Peran POLRI dalam penyampaian aspirasi dan Peran pemuda dalam pemilu, sisanya outbound, waktu kosong dan makan – makan. Berarti materi hanya 270 menit dalam acara yang berlangsung selama 3 hari 2 malam. IRONI ! Apakah mereka melakukan ini sebagai Proker Oriented ? Lalu seberapa besar uang rakyat yang dihabiskan ? Oke, berbicara dana mari kita kalkulasikan seberapa besar uang yang dihabiskan untuk acara ini.

Jumlah peserta yang mengikuti acara ini adalah 75 orang mahasiswa, yang didalamnya termasuk mahasiswa se-Jakarta dan beberapa mahasiswa dari Bogor.Biaya transportasi PP 2 bus diaproksimasikan sebesar Rp2.000.000. Biaya penginapan selama 3 hari 2 malam jika peserta 75, 1kamar bisa memuat max. 4 orang, jadi sekitar Rp350.000/hari @ 3 = Rp1.050.000 x (75/4) = Rp18.900.000 (Harga per kamar berdasarkan brosur hotel). Bingkisan – bingkisan dan baju untuk seluruh peserta, kira – kira bingkisan Rp50.000/orang x 75 = Rp3.750.000 dan baju sekitar Rp60.000 x 75 = Rp4.500.000, jadi Rp3.750.000 + Rp4.500.000 = Rp8.250.000. Biaya outbound kita aproksimasi paling mahal Rp3.000.000 selama kurang lebih 3 jam. Hadiah untuk peserta Rp100.000 x 4 = Rp400.000 ( Dua kelompok terbaik, Yel – yel terbaik dan Foto terlucu). Bayangkan seberapa tidak pentingnya hadiah itu. Tidak Jelas dan kelihatan main - main ! Dan yang terakhir biaya konsumsi kecil dan prasmanan, kita patok, untuk konsumsi kecil setiap materi Rp700.000 x 3 Materi = Rp2.700.000 dan prasmanan 4 kali selama 3 hari 2 malam, kira – kira sekali prasmanan itu bisa Rp2.000.000 x 4 = Rp8.000.000. jadi, Rp2.700.000 + Rp8.000.000 = Rp10.700.000.Pulangnya kami diberi uang akomodasi sebesar Rp142.500/orang x 75 = Rp10.687.500. Mari kita kalkulasikan semuanya :

Transport PP: Rp2.000.000

Penginapan: Rp18.900.000

Bingkisan: Rp3.750.000

Baju: Rp4.500.000

Outbound: Rp3.000.000

Hadiah: Rp400.000

Konsumsi: Rp10.700.000

Akomodasi: Rp10.687.500

Total: Rp53.937.500

Bukan jumlah yang kecil bukan, ini baru perkiraan, bayangkan jika lebih besar dari ini, apa yang kita rasakan ? di luar rakyat sedang menjerit kekurangan ekonomi, di sisi lain pemerintah malah menghambur – hamburkannya dengan dalih mengadakan acara tertentu. Sungguh ada rasa menyesal di hati mengikuti acara ini. Ilmu yang kami dapatkan tidak sebanding dengan uang yang dihamburkan, Kami para aktivis kampus dibuat terlena dengan kehidupan kaum birokrat. Aku takut apa yang terjadi pada tahun 66 dan 98 terulang kembali.

Baca : http://politik.kompasiana.com/2013/06/28/negeriku-semakin-seperti-sampah--572944.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun