Mohon tunggu...
Faris Hamam
Faris Hamam Mohon Tunggu... Pustakawan - administrasi pada perpustakaan

memasak, komunikasi dan sosial budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terhubung tapi Terasing: Ketika Ketergantungan pada teknologi mengikis Kualitas Hidup Kita

25 Agustus 2024   08:30 Diperbarui: 25 Agustus 2024   08:32 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teknologi yang Memisahkan

Ketergantungan pada teknologi telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Dari pagi hingga malam, kita terhubung dengan perangkat pintar yang menawarkan segala kemudahan—dari komunikasi hingga hiburan. Namun, di balik segala keunggulannya, teknologi ini membawa dampak yang kompleks pada hubungan sosial dan kesehatan mental kita.

Teknologi yang seharusnya memudahkan komunikasi antarmanusia justru sering kali menjadi penghalang. Cobalah ingat saat terakhir kali Anda berada dalam pertemuan keluarga atau berkumpul bersama teman-teman, berapa kali Anda melihat orang lebih sibuk dengan ponsel mereka daripada bercengkerama dengan orang di sekitarnya? Fenomena ini telah menciptakan jarak sosial yang tak kasat mata tetapi nyata. Kita mungkin merasa selalu "terhubung" melalui media sosial, tetapi hubungan yang kita bangun cenderung dangkal dan kurang bermakna.

Lebih jauh lagi, ketergantungan pada teknologi juga mulai mempengaruhi kualitas hubungan intim. Ketika percakapan tatap muka digantikan dengan pesan singkat, nuansa emosional sering kali hilang. Misalnya, perbedaan intonasi suara atau ekspresi wajah yang tidak dapat disampaikan melalui teks membuat komunikasi menjadi kurang efektif dan sering kali menimbulkan kesalahpahaman. Ini berpotensi memicu konflik yang seharusnya bisa dihindari jika kita lebih banyak berbicara langsung.

Di sisi lain, teknologi juga menawarkan ilusi keintiman melalui media sosial. Berbagi momen pribadi dengan dunia luar bisa terasa memuaskan, tetapi pada kenyataannya, ini sering kali hanya menambah tekanan sosial untuk menampilkan diri yang "sempurna." Fenomena ini semakin memperparah perasaan kesepian dan isolasi, terutama ketika seseorang merasa bahwa hidupnya tidak seindah yang ditampilkan orang lain di media sosial.

Dalam dunia yang semakin terhubung ini, kita justru semakin sering merasa terasing. Keterikatan pada layar ponsel membuat kita melewatkan momen-momen berharga dalam kehidupan nyata, yang tak bisa digantikan oleh teknologi apa pun. Hubungan sosial kita terancam menjadi dangkal dan formalitas belaka, sementara koneksi yang mendalam—yang sebenarnya kita butuhkan mulai pudar.

Dampak pada Kesehatan Mental

Ketergantungan pada teknologi tidak hanya memengaruhi hubungan sosial, tetapi juga memiliki dampak signifikan pada kesehatan mental. Banyak penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknologi, terutama media sosial, dapat meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan stres. Salah satu penyebab utama adalah perbandingan sosial yang tak terhindarkan ketika kita melihat kehidupan orang lain melalui lensa yang diedit dan disempurnakan.

Media sosial sering kali memunculkan perasaan tidak cukup baik atau tidak cukup berhasil, karena kita terus-menerus dihadapkan pada pencapaian dan kebahagiaan orang lain. Padahal, yang kita lihat hanyalah gambaran yang telah dikurasi, bukan realitas yang sesungguhnya. Tekanan untuk menyesuaikan diri dengan standar kehidupan yang tampak sempurna ini bisa mengikis rasa percaya diri dan memperburuk perasaan rendah diri.

Selain itu, paparan yang terus-menerus terhadap layar juga berdampak negatif pada kesehatan tidur. Cahaya biru dari perangkat elektronik mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur kita. Ini menyebabkan sulit tidur atau kualitas tidur yang buruk, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kesehatan mental secara keseluruhan. Kurang tidur bisa memperburuk gejala depresi dan kecemasan, menciptakan siklus negatif yang sulit diputus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun