Kegamangan mayoritas klub sepakbola apabila seorang striker kurang gacor di lini depan. Lini depan dituntut menjadi pemecah kebuntuan dari segala proses jual beli serangan.Â
Bukan hal mudah bagi seorang juru gedor. Striker bekerja keras setidaknya menciptakan peluang. Kerjasama tim juga menjadi kunci, terutama di lini tengah. Mustahil, apabila suplai bola yang ada di barisan gelandang sangat minim.Â
Lini tengah harus kreatif untuk sedikit membuat permainan sedikit ciamik agar enak ditonton. Di eropa, kita melihat gaya permainan lini tengah Real Madrid dengan trio Toni Kroos, Casemiro, Luka Modric.Â
Mereka membawa tipikal permainan masing-masing. Casemiro, bertugas di lini tengah sebagai gelandang bertahan, tipikal berani bertarung atau ngeyel ciri khas Casemiro. Modric, bisa dikatakan dia adalah gelandang pengangkut air, sebagai penghubung lini belakang dan depan.Â
Kroos, akurasi umpannya sangat bagus, banyak assist dari gelandang berkebangsaan Jerman ini selalu bermula dari kakinya. Tapi saat ini bukan bicara tentang lini tengah, soal lini depan!
Adalah Karim Benzema, sejak masih bertandem dengan Bale dan Ronaldo. Benzema di plot sebagai striker murni. Begitu sebaliknya trio MSN milik Barca waktu itu, yang menempatkan Luiz Suarez.Â
Semenjak trio BBC dan MSN redup, gaya permainan bukan tentang striker tajam. Tapi soal tentang striker pandai menjemput dan memantulkan bola. Istilah tersebut adalah false nine, selalu bergerak, memancing pemain keluar dari pertahanan, membuat ruang, menciptakan peluang untuk rekan setim.
Di Indonesia, kita melihat striker Borneo FC, Matheus Pato. Berbeda dengan David Da Silva dan Ilija Spasojevic yang didapuk sebagai bomber. Saya melihat, Pato berperan sebagai seorang false nine.Â
Di Persib Bandung, saya berekspektasi lebih terhadap duo Brazil sebagai lini depan menakutkan. Namun realitanya, baik David dan Ciro sama-sama egois.Â
Seperti pada umumnya, dribbling bola gaya pemain Brazil ditampilkan dalam tubuh Persib di lini depan. Berbeda, dengan gaya permainan Borneo sistematis. Keberadaan Lilipaly sebagai penyokong bola sisi sayap, serta kehadiran lini tengah saling support yang digawangi Hendro Siswanto.Â