Mohon tunggu...
Farih Annisa Putri
Farih Annisa Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Sebuah coretan pena dan ketikan tangan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Inovasi Strategi Perencanaan Pesantren Melalui Pemberdayaan di Era Bonus Demografi 2045

22 Oktober 2024   10:35 Diperbarui: 22 Oktober 2024   10:48 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pesantren adalah instansi lembaga pendidikan berbasis islami. Dengan pesantren kegiatan sehari hari diatur oleh tata tertib yang berlaku. Pesantren dapat berperan dalam melahirkan generasi muda yang berkualitas dalam menghadapi era bonus demografi 2045. Bonus demografi adalah meningkatnya keadaan populasi penduduk diusia masa produktif daripada usia nonproduktif. Usia produktif berkisar anatara 16-60 dan nonproduktif diatas 60. Untuk menghadapi era bonus demografi penduduk wajib mempersiapkan diri dari meningkatkan kualitas diri melalui belajar di instansi lembaga pesantren. Pendidikan pesantren harus ditingkatkan untuk melahirkan generasi yang unggul untuk menghadapi tantangan diera bonus demografi 2045. Tantangan masa demografi adalah berkembangnya teknologi yang cepat, perubahan perekembangan zaman dari budaya barat, dan mempersiapkan kualitas diri.

Pesantren dapat berkembang dan bertumbuh sangat cepat yang didukung oleh kepercayaan masyarakat akan mutu pendidikan pesantren. Diera bonus demografi pendidikan dan keterampilan menjadi pilar utama. Pesantren harus meningkatkan mutu pendidikan guna mewujudkan sumber daya yang berkualitas. Tanpa pendidikan tidak akan terlahir generasi yang berkualitas. Mutu pendidikan dapat berpengaruh pada sektor sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Dalam menyongsong Indonesia emas pendidikan pesantren tidak hanya berfokus pada pendidikan keislaman akan tetapi memadukan antara ilmu pendidikan umum dengan ilmu pengetahuan islam. Pesantren harus menyiapkan untuk melahirkan generasi unggul dalam menghadapi tantangan di era bonus demografi 2045. Hal yang dapat mendukung pesantren sesuai era demografi adalah kurikulum modern berbasis islam, menyediakan fasilitas memadai, meningkatkan soft skill dan hard skill.

Kurikulum pesantren harus terdapat inovasi dengan menyelaraskan kurikulum. Pesantren sebagai instansi pendidikan tradisional memiliki peran mewujudkan peserta didik yang kompeten dalam ilmu umum dan agama. Kurikulum pesantren dapat mengembangkan potensi minat bakat, pendidikan karakter dan keterampilan soft skill dan hard skill. Selain belajar agama, pesantren harus menerapkan pembelajaran mengenai teknologi guna menyikapi tantangan dimasa mendatang. Untuk mempersiapkan diri dari tantangan tersebut pesantren dapat melatih peserta didik menggunakan teknologi. Dengan pembekalan ilmu yang matang peserta didik diharapkan mampu menerapkan dikehidupan nyata. Sehingga lulusan pesantren dapat berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Untuk mendukung proses berjalannya pembelajaran pesantren dapat melengkapi fasilitas sarana prasarana.

Untuk menghadapi masa depan harus menguasai teknologi maka pesantren harus menyediakan fasilitas pembelajaran berbasis teknologi. Seperti terdapat pembelajaran TIK dan pembelajaran menggunakan teknologi. Guru harus mengarahkan bagaimana cara mengaplikasikan teknologi dengan benar. Pesantren harus memiliki guru yang kompeten dan profesional sesuai bidang. Selain pembelajaran di dalam kelas, pesantren harus mengembangkan soft skill melalui kegiatan ekstrakulikuler. Peserta didik bebas memilih kegiatan ekstrakulikuler sesuai minat dan bakat. Tujuan kegiatan ekstrakulikuler ini adalah mengembangkan minat dan bakat guna menghadapi tantangan di era Indonesia emas. Melalui tata tertib pesantren peserta didik dapat dilatih sebagai generasi yang disiplin akan pemanfaatan waktu. Melalui rencana strategi ini dapat mewujudkan generasi yang unggul dalam menghadapi tantangan di era bonus demografi.

Pesantren dapat berperan sangat besar bagi perkembangan akhlak peserta didik dimana pesantren dipimpin oleh para kyai dan guru. Pesantren dapat membentuk karakter peserta didik melalui pembiasaan. Para guru dapat mencontohkan dalam berakhlak yang baik. Pendidikan akhlak dapat dilakukan melalui pendidikan agama yang dapat memberikan pengetahuan berakhlak. Pendidikan akhlak juga harus didukung oleh orang tua dan keluarga. Pendidikan akhlak seperti menghormati guru, menghargai teman sebaya, dan membiasakan berperilaku baik. Menerapkan sholat wajib berjamaah, sholat dhuha berjamaah, dan sholat tahajud berjamaah dapat melatih peserta didik akan tanggung jawab. Hal ini harus didukung oleh para orang tua dan masyarakat yang mencontohkan nilai baik kepada anak. Peserta didik diharapkan mampu memanfaatkan ilmu yang telah diperoleh kepada masyarakat sekitar.

Pesantren dapat membentuk sifat santri yang menghasilkan output untuk menghadapi tantangan masa depan. Kemandirian santri dapat dilakukan sehari-hari di pesantren karena jauh dari orang tua yang menyebabkan kemandirian. Sifat ini dapat menjadi bekal dalam kehidupan masyarakat. Santri harus mengabdi kepada masyarakat dengan memanfaatkan ilmu yang diperoleh selama di pesantren. Santri pesantren kuat akan ilmu agama yang dijadikan masyarakat pedoman dalam beribadah dan berkehidupan sosial. Santri yang menyebarkan ilmu akan dibutuhkan bagi pedesaan yang terpencil akan minimnya para kyai. Santri harus memiliki jiwa kebangsaan dan nasionalisme. Semangat santri untuk menjaga tanah air Indonesia untuk menciptakan kedamaian dan kenyamanan. Para santri juga dibekali sifat jujur, sederhana dan berkehidupan sosial di pesantren. Oleh karena itu tepat tanggal 22 Oktober diperingati hari santri nasional.

Pesantren harus memberi kesempatan kepada para santri untuk mengembangkan potensi santri. Pesantren memberikan kesempatan dalam hal menyebarkan dan menerapkan ilmu seperti santri putra dilatih untuk menjadi khotib sholat jumat dan imam sholat fardhu, sunah, adzan, dan iqomah. Santri juga diberikan waktu untuk berlatih di masyarakat seperti pengabdian masyarakat selama bulan ramadhan. Melalui kegiatan ini santri dapat mengikuti kegiatan yang ada di desa dengan mengabdi dan menerapkan ilmu yang telah diajarkan. Pesantren yang menerapkan wajib 1 tahun bagi lulusan baru dapat melatih santri dalam mengajar dan memanfaatkan ilmu. Setelah pengabdian selama 1 tahun selesai santri akan terbekali dengan pengalaman yang diperoleh sehingga siap akan terjun ke masyarakat dengan kepercayaan dan jiwa santri yang siap mengabdi kepada masyarakat sekitar.

Pemberdayaan pesantren dapat diberbagai bidang yang menghasilkan santri yang memiliki pengetahuan agama yang kuat dan siap berkontribusi menghadapi tantangan masa depan. Santri dapat berkontribusi di pesantren untuk membantu mengelola sawah milik pesantren, selain agama pesantren juga mengajarkan literasi digital yang menghadapi tantangan modern, pesantren membentuk karakter melalui pendidikan agama, pesantren mengajarkan artinya kebersihan dengan selalu membuang sampah pada tempatnya dan jadwal piket membersihkan sampah. Pesantren dapat membina menjadi pemimpin berbasis agama. Metode pembelajaran di pesantren dengan menulis arab yang telah telah dibacakan oleh guru atau kyai bagi Pelajaran kitab kuning. Terdapat hafalan, kitab atau nadzom. Dengan kehidupan di pesantren dapat membentuk jiwa yang siap menghadapi tantangan masa depan di era bonus demografi 2045.

Pendidikan pesantren memberikan keseimbangan antara pendidikan agama dan umum yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan di era globalisasi. Pesantren menampung nilai keislaman yang dapat menghadapi masa depan. Melalui pemahaman agama dapat mengetahui perilaku untuk diterapkan dan dapat menjadikan motivasi untuk berpikir dan berperilaku yang sesuai dengan ajaran. Di pesantren diajarkan kitab kuning dengan tulisan pegon (arab) dengan unik. Melalui pembelajaran di pesantren dapat mengetahui ilmu agama yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan disebar luaskan kepada masyarakat. Melalui pembelajaran di pesantren dapat menghadapi masa depan yang penuh tantangan dan menjadikan pedoman bagi diri sendiri dengan membedakan antara yang baik dan buruk. Melalui pembelajaran di pesantren dapat menghadapi era bonus demografi 2045.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun