Mohon tunggu...
Fariha Qonita Salma
Fariha Qonita Salma Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Seorang pelajar yang mendedikasikan dirinya bukan hanya sekedar menjadi pembelajar yang baik, tetapi bisa menuangkan aspirasinya sebagai wujud kepeduliannya terhadap masa depan anak bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kasta Anak Genius di Sekolah

28 Februari 2024   15:42 Diperbarui: 28 Februari 2024   15:43 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Nilai dan predikat sudah lazim menjadi indikator dalam suatu penilaian. Mulai dari seberapa jauh seseorang dapat memahami sesuatu hal hingga capaian akhir seseorang dapat menerapkannya pada sebutir soal. 

Antara pengetahuan dan keterampilan memiliki indikator yang berbeda. Pengetahuan berdasar pada kemampuan berfikir sedangkan ketrampilan mengacu pada kreativitas. 

Kemampuan tiap manusia memiliki keahliannya masing-masing. Hal tersebut terlihat jelas ketika dianalisis dari perbandingan besar kecilnya angka pada nilai pengetahuan dan ketrampilan masing-masing individu.

Dilihat dari kegunaannya dalam mendaftar kampus, nilai pengetahuan merupakan salah satu syarat siswa dapat dikatakan eligible dan berkesempatan menjadi peserta seleksi masuk perguruan tinggi melalui jalur prestasi. 

Terkhusus siswa jurusan MIPA, nilai pengetahuan yang sangat berpengaruh dalam mendongkrak nilai rata-rata adalah dari mata pelajaran pendukungnya yaitu, fisika; kimia; biologi; dan matematika minat. Dilihat dari jenisnya, dari keempat mata pelajaran di atas tergolong ke dalam mata pelajaran eksakta. Mata pelajaran yang terkenal sulit dan memusingkan. 

Mata pelajaran eksakta menjadi momok yang menakutkan karena selain sulit, tidak dapat mengerjakan mata pelajaran eksakta dapat memunculkan kasta kecerdasan. Masuk ke dalam golongan genius atau golongan yang bodoh. 

Kesempatan ini sangat memberi peluang bagi manusia manusia eksakta dalam menempati popularitas tertinggi. Mengesampingkan manusia eksakta tersebut dalam bersosialisasi di lingkungan sekitarnya. 

Stigma masyarakat mengatakan bahwa dekat dengan manusia eksakta dapat mempermudah pembelajaran di sekolah. Dapat juga memperbaiki nilai mereka yang sebelumnya belum sempurna. Penulis dapat mengatakan bahwa stigma ini benar adanya karena sesuai observasi dari pengalaman penulis selama menjadi anak SMA jurusan MIPA.  

Keuntungan yang di dapat oleh orang yang dekat dengan manusia eksakta diantaranya adalah menjadi orang pertama yang diajarkan oleh manusia eksakta tersebut atas penemuan jawaban yang ia temukan, mendapat contekan pertama dalam mengerjakan tugas ataupun akan menjadi tangan kanan mereka dalam berbagai macam hal. Atas manfaat yang ada, siapa yang tidak mau mendapatkan keuntungan yang begitu menjanjikan? 

Penulis tidak bermaksud menyinggung siapapun atau menjadikan anak non eksakta dianggap sebagai manusia yang bodoh. Sebab ironi yang ada menunjukkan adanya perbedaan kepemilikan kemampuan sangatlah berpengaruh dalam aktivitas pembelajaran. Terkhusus dengan pemegang kemampuan mata pelajaran eksakta. Mereka adalah pemilik kasta tertinggi dalam dunia pengetahuan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun