Mohon tunggu...
Farid Yuniar
Farid Yuniar Mohon Tunggu... -

Male. Menamatkan kuliah di Jogja, dan sekarang akan mengembara ke bagian barat Pulau Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tentang Nama

11 Desember 2009   03:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:59 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama adalah identitas, Prof. Ormeling, Professor kartografi dari Belanda, menyampaikan peran penting sebuah nama dalam toponimi di kuliah umum di kampus saya beberapa bulan yang lalu. Namun begitu, William Shakespearce punya pandangan lain, “what is in a name?” demikian quotation terkenalnya. Berbeda lagi dengan Pak Karno, presiden pertama Indonesia, beliau percaya jika nama punya kekuatan tersendiri, hingga beliau bahkan sampai merubah nama seseorang agar jalan hidup menjadi lebih baik. Kakak saya, yang bernama Akhmad, seringkali sakit hebat di waktu kecil, hingga dirasa perlu diberi nama lain agar jalan hidup berubah dan tidak sakit-sakitan lagi, maka kemudian diberilah nama “Sugeng” yang berarti selamat dalam bahasa jawa oleh simbah saya.

Nama, memang punya jalan hidup nya yang luar biasa. Saya, walau bernama “Farid”, jarang sekali dipanggil “Farid”. Saya, dari kecil dulu sampai sekarang, oleh hampir semua orang dipanggil “Ndut”, “Gendut”, “Mas Ndut”. Sehingga ketika kemarin ada teman yang biasa memanggil saya “Ndut”, tetapi di sms nya menggunakan panggilan “Rid”, membuat saya sedikit aneh. Ada yang janggal. .

Demikian penting nya nama, yang juga kadang menunjukkan ke-eksklusif-an, sehingga membuat saya tidak percaya, sedikit tidak terima, ketika ada orang lain yang juga bernama “Farid Yuniar”, persis sama dengan nama saya di sebuah akun friendster.

Nama menunjukkan eksistensi nya bagi beberapa orang. Maka jangan heran ketika kemarin ada beberapa artis yang ribut gara-gara nama beken nya tidak boleh diksertakan dalam nama caleg oleh KPU, maka menjadi wajar dan bisa dimaklumkan, karena orang awam mengenal mereka sebagai orang beken dengan nama beken, bukan nama asli.

Tapi nama kadang juga membingungkan bagi orang yang berbeda kultur, negara, bahasa. Pak Andi, dosen saya yang bernama lengkap “I Made Andi Arsana” memiliki pengalaman unik terkait nama nya ketika berada di Aussie. Karena nama nya, kata salah satu officer di salah satu kantor, dirasa cukup aneh, menggunakan Simple Past Tense….haha…ada-ada saja.

Dan kemarin, ada nama-nama yang membuat saya tersenyum karena ke-lucu-an nama nya, ada beberapa partai yang bernama lucu, di pemilu mahasiswa raya (PEMIRA) di UGM tahun ini. Saya setidak nya membaca ada yang mana nya “Partai Sayang Mama”, “Partai PECI” dan mungkin nama-nama lain yang tidak lazim digunakan sebagai nama partai. Tapi melihat apa yang sudah dilakukan Bung Karno dan simbah saya dulu yang hingga merubah nama seseorang karena faktor x, saya percaya saja mungkin mereka yang membuat partai dengan nama tidak lazim itu percaya, nama itu memiliki magis nya tersendiri, memiliki soul nya masing-masing, sehingga banyak yang nyoblos, mungkin…siapa tahu…

Selamat hari jumat saudaraku….jadi siapa nama anda?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun