Mohon tunggu...
farid wong
farid wong Mohon Tunggu... -

hanya lelaki yang kebetulan lewat, sama sekali tak hebat, tapi suka bersahabat

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Salah Arti dan Salah Tulis Kata di Media Massa

6 Februari 2018   18:18 Diperbarui: 6 Februari 2018   18:44 2604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain memiliki fungsi utama sebagai penyebar informasi, media massa sebenarnya juga punya fungsi membawa nilai-nilai edukatif kepada masyarakat. Karena menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, semestinya media wajib mendidik publik dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Melalui tulisan yang diterbitkan, media terbukti sangat kuat dalam memengaruhi khalayak pembacanya. Kita bisa membayangkan betapa runyam bahasa Indonesia apabila masyarakat mengikuti media yang menggunakan bahasa secara tidak benar.

 Yang saya tahu, sudah banyak tulisan atau seminar yang mengingatkan agar media massa lebih memperhatikan dalam penggunaan bahasa, entah itu berkait gramatika dan/atau pemilihan kata dalam penyampaian informasi. Namun, hingga belakangan ini masih saja ada media yang kurang memperhatikan hal tersebut.

Di sini saya tak hendak membincangkan penyusunan kalimat dan gramatika, tapi hanya membicarakan sejumlah kata yang kerap disalahartikan dan ditulis secara tidak benar oleh media. Kita mulai saja dengan kata "bergeming". Untuk lebih jelasnya, kita tengok saja berita yang ditulis oleh Cnnindonesia.com pada 21 Juni 2017.

Berita tersebut diberi judul "AS Jatuhkan Sanksi demi Bantu Ukraina, Rusia Tak Bergeming." Setelah kita baca beritanya, ternyata maksudnya adalah bahwa meskipun AS telah menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, pemerintah Kremlin tidak menghiraukannya. Di sini terlihat bahwa pemilihan kata "bergeming" sangatlah tidak tepat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bergeming adalah kata kerja yang berarti tidak bergerak sedikit juga, diam saja. Lalu, apakah "tak bergeming" yang tertulis di judul sesuai dengan maksud yang dikandung dalam beritanya? Tentu saja tidak. Tak bergeming berarti tak diam, dan tak diam itu berarti bergerak. Sepertimya tambah memusingkan ketika kita menghubungkan judul dengan isi beritanya.

Contoh kesalahan lain bisa kita lihat pada berita yang diterbitkan Tribunnews.com, 10 November 2017. Judulnya "Peserta Upacara Hari Pahlawan Tak Bergeming Dibawah Terik Matahari." Saya melihat dua kesalahan, yakni kata "bergeming" yang lagi-lagi disalahartikan dan penulisan "Dibawah" yang salah.

Berita itu bermaksud menginformasikan, para peserta tetap khidmat mengikuti upacara di bawah terpaan sinar mentari yang amat panas. Kembali kita melihat ketidakpahaman terhadap arti kata "bergeming". Sementara itu, penulisan "dibawah" juga salah; yang benar adalah "di bawah". "Di" di sini merupakan kata depan (preposisi) untuk menandai tempat. Misalnya, di sini, di Jakarta, di kamar, dan sebagainya. Kesalahan semacam itu masih terjadi di banyak media.

Selain kata "bergeming", kata "acuh" juga sering tak dipahami artinya dengan benar. KBBI menyebutkan bahwa kata tersebut adalah kata kerja yang memiliki arti peduli, mengindahkan. Namun, kata "acuh" telah diterapkan secara tidak tepat dalam berita "Dewan Acuh, Proyek Rp500 Juta Jalan Terus" (Koran-sindo.com, 14/5/2016) dan "Kelompok Radikal Muncul dari Sikap Negara yang Acuh" (Tribunnews.com, 7/12/2016). Pada kedua berita tersebut, "acuh" dianggap memiliki arti "tidak peduli", padahal artinya justru sebaliknya. Silakan baca beritanya, dan kita akan melihat kata "acuh" telah disalahartikan.

Penulisan kata yang salah juga masih kerap kita temui. Banyak media yang masih menulis "pecinta" daripada "pencinta". Padahal yang disebut terakhir itulah yang benar. Coba kita lihat judul-judul berita ini: Tempat Santap Murah bagi Pecinta Kuliner (Mediaindonesia.com, 23/8/2017), Diskusi Jokowi dengan Pecinta Kopi, dari Tantangan hingga Cita-cita... (Kompas.com, 2/10/2017), Pecinta Sesama Jenis, Menyamar Jadi Pria lalu Culik Anak Gadis (Jawapos.com, 21/6/2016). Dan, tentunya masih banyak yang lainnya.

Yang mengherankan, mereka benar dalam menuliskan kata-kata, misalnya, pencakar, pencium, pencukur, pencabut dan sejenisnya. Tapi mengapa ketika menemui kata "cinta" yang ditulis "pecinta", bukan "pencinta"? Saya yakin, kita sering menemui kesalahan tersebut, entah itu secara tertulis atau lisan -- diucapkan oleh penyiar radio/televisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun