Suara deburan ombak dan lansekap pantai telah menjadi latar nan menawan selama pentas jazz bertajuk “Sarapan Jazz.” Digelar di Pantai Watukodok, Gunungkidul, Yogyakarta pada Selasa dan Rabu (17-18/1) lalu, event ini juga menyediakan tenda-tenda bagi para penonton untuk bermalam. Jadi, setelah menikmati pertunjukan pada malam harinya, mereka bisa camping dan kembali menikmati jazz esok paginya setelah bangun tidur.
Kendati mendung terus menyelimuti lokasi acara dan hujan kerap mengguyur dari Selasa malam hingga Rabu pagi, keseluruhan acara dapat dikatakan berjalan lancar. Hanya jadwal acara saja yang sedikit tertunda lantaran hujan.
Untuk berpartisipasi dalam Sarapan Jazz, penonton perlu membayar tiket untuk mendapatkan tenda beserta makan malam dan makan pagi, serta menonton pertunjukannya. “Saya senang dengan acaranya karena diadakan di pantai dan pakai camping segala. Istimewa banget,” ujar Diah Kusuma, seorang penonton dari Sleman, Yogyakarta.
Menyuguhkan sejumlah komposisi, yang beberapa di antaranya adalah karyanya sendiri, Balawan juga sempat ber-jam-session dengan seorang vokalis asal Yogyakarta. Selain itu, ia juga membagikan beberapa CD albumnya kepada penonton yang berani menerima tantangannya, yang tak urung membuat semua penonton tertawa.
Menariknya lagi, di antara pertunjukan musik malam itu, juga diadakan talkshow yang melibatkan beberapa pembicara antara lain dua tokoh masyarakat Pantai Watukodok dan pemusik asal Yogyakarta, Djaduk Ferianto – yang dikenal sebagai pentolan kelompok musik Kuaetnika dan Sinten Remen, serta pemrakarsa event jazz tahunan Ngayogjazz.
Djaduk memuji panitia yang telah berani menggelar acara yang termasuk tidak biasa ini. Ia juga mengapresiasi para penonton yang telah menyisihkan waktunya untuk hadir. Tanpa dukungan mereka, Sarapan Jazz takkan terlaksana, katanya.
Selepas pentas malam itu, hujan mengguyur cukup deras dan para penoton kembali ke tenda masing-masing. Beberapa di antara terlihat asik nongkrong di kedai-kedai yang terdapat di sekitar pantai. Keesokan harinya setelah makan pagi, penonton diajak kembali ke lokasi panggung pertunjukan, untuk menikmati penampilan dari Tricotado, Everyday, Frau, Danny Eriawan Project, Bonita & The Hus Band dan Muchichoir.
Sarapan Jazz baru pertama kalinya digelar, dan mungkin menjadi pertunjukan jazz paling pagi dari yang pernah ada. Panitia mengakui masih banyak kekurangan dalam pelaksanaannya. “Harapannya, Sarapan Jazz bisa hadir setiap tahun, tentunya dengan banyak perbaikan di sana-sini,” kata Diwa Hutomo, seorang vokalis yang terlibat dalam kepanitiaan.