Ya, hanya bisa menikmati karena saya cuma penikmat jazz, tak lebih dari itu. Baru sekali ini saya menonton Samy Thiébault Quartet. Maklumlah, mereka dari Prancis, dan sepertinya memang baru Senin (28/11) malam lalu berpentas di Yogyakarta.
Di kuartet tersebut selain Samy Thiébault yang memainkan tenor saxophone, soprano saxophone dan flute, ada Adrien Chicot (piano), Sylvain Romano (kontrabas) dan Philippe Soirat (drums). Malam itu mereka memainkan sejumlah repertoar (saya tak menghitung jumlahnya) yang diambil dari beberapa album mereka.
Komposisi demi komposisi yang dimainkan tak pernah saya dengar sebelumnya, bahkan judulnya pun saya tidak tahu. Tapi seperti inilah yang saya suka. Bunyi-bunyi yang dilontarkan lebih imajinatif sehingga saya sendiri bisa bebas berimajinasi dalam menikmatinya. Ekspresi musikal mereka menebarkan berbagai rasa, pastinya rasa yang menyenangkan yang tanpa disadari membuat kaki saya bergoyang.
Perhelatan mingguan Jazz Mben Senen ini secara rutin digelar setiap Senin malam di pelataran Bentara Budaya Yogyakarta, dan selalu hadir pula penjual kopi dengan ramuan istimewanya. Panggung ini biasanya didominasi dengan jam session oleh para penggiat jazz, yang kebanyakan orang-orang muda, yang tinggal di Yogyakarta. Kebetulan Senin malam lalu Samy Thiébault Quartet menjadi bintang tamu utamanya.
Jazz dan filsafat ternyata sudah bercokol dalam diri Samy. Sampai-sampai ada yang berpendapat bahwa tak mengherankan bila sejumlah albumnya diilhami “literatur Charles Baudelaire, Friedrich Nietzsche sampai falsafah India.” Terus terang, kemampuan diskursif saya belum sampai ke ranah itu. Sekali lagi, saya hanya penikmat musik jazz :).
**Semua foto adalah koleksi pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H