------------------------------
Setelah seharian latihan, akhirnya tanggal 17 Agustus, aku tampil sebagai pengibar bendera merah putih. Dengan memakai baju putih paskibra, aku siap untuk penampilanku. Pada upacara yang dilaksanakan di sekolahku, aku tampil sebagai pengibar bendera merah putih yang tugasnya adalah mendirikan bendera merah putih. Dengan cekatan, aku berjalan beriringan menuju tiang bendera. Aku tak boleh sia-siakan momen bersejarah ini, walau cedera lenganku sudah semakin parah.
Pelatihku yang terus melihatku, agak cemas padaku apakah nantinya aku akan pingsan karena cedera lenganku ini? Pelatih terus memegang tangannya seraya gugup. Aku tetap berjalan menghentakkan kakiku beriringan menuju tiang bendera, dan aku pun sampai di tiang bendera. Dan proses pemasangan bendera pun dimulai. Aku dan teman-temanku berusaha untuk memasang bendera dan tak boleh sembarangan kalau memasangnya, karena bendera merah putih memiliki nilai yang tinggi bagi Rakyat Indonesia.
Setelah kurang lebih satu menit memasang bendera, akhirnya bendera pun kunaikkan.
"Bendera siap!!" ucapku dengan lantang saat kukibarkan bendera merah putih.
Setelah pemimpin upacara disuruh semua yang hadir untuk hormat, akhirnya kami pun menaikkan bendera merah putih hingga sampai di puncaknya. Di saat paduan suara menyanyikan lagu Indonesia Raya, aku hanya tinggal fokus menaikkan bendera merah putih lewat tali biru yang menghubungkan tiang bendera. Lalu setelah lagu Indonesia Raya selesai dikumandangkan dan bendera sudah kami naikkan, kami pun mundur dua langkah dan seraya berhormat pada Sang Saka Merah Putih. Lalu kami kembali menghentakkan kaki kami untuk kembali ke posisi masing-masing.
Jujur sebenarnya aku sangat kesakitan di bagian lenganku, tapi aku tak berniat minta izin untuk istirahat karena masih banyak rangkaian acara dalam upacara ini. Jadi aku tetap diam sejenak bersama teman-temanku yang bertugas sebagai pengibar bendera, walau sakit mendera lenganku.
-------------------------------------------
Dan setelah acara selesai, aku langsung membeli air minum di kantin sekolahku seraya kembali memegang lenganku. Dan aku kelupaan, jika setelah upacara, semua murid di sekolahku akan membuat kapsul waktu yang akan dibuka pada tahun 2045 nanti. Namun aku belum sanggup ke lapangan, karena lenganku masih sakit.
Tak berapa lama setelah aku duduk di kursi kantin, pak pelatih langsung menghampiriku dan memijat lenganku yang sakit.
"Oh? Pelatih?" ujarku sedikit kaget.