Mohon tunggu...
Farid Satrio
Farid Satrio Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

BADMINTOON

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peninggalan Bersejarah Agama Hindu - Buddha di Muara Jambi

3 Juni 2024   21:31 Diperbarui: 3 Juni 2024   21:38 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditulis Oleh: 

1. Dalil Hakim (23046113)

2. M. Farrid Satrioaji (23046142)

 Terdapat banyak peninggalan bersejarah di Indonesia. Peninggalan ini sekaligus membuktikan bahwa Nusantara (sebutan untuk Indonesia lama) pernah memiliki abad kejayaan. Abad kejayaan ini salah satunya terjadi pada masa kerajaan di Nusantara.  Corak kerajaan yang beragaam juga menyajikan suatu karya seni yang menandakan kemakmuran wilayah teritorialnya.

Sesuai dengan jiwa zaman(zeitgeist) dari kerajaan pada masa itu, kecenderungan Religion-sentris juga mewarnai sejarah dari kerajaan di Nusantara. Salah satu peninggalan yang bersifat agama contohnya adalah candi. Menurut Jacques Dumaray Candi adalah istilah dalam Bahasa Indonesia yang merujuk kepada sebuah bangunan keagamaan tempat ibadah peninggalan purbakala yang berasal dari peradaban Hindu-Buddha .

Dalam perkembangan peradaban kerajaan Hindu-Buddha yang berlansung selama berabad-abad, terdapat banyak sekali situs Candi yang dapat kita temukan di Nusantara. Pada tulisan kali ini kami akan membawakan sebuah penjelasan mengenai salah satu candi peninggalan peradaban Hindu-Buddha di Pulau Sumatera, Candi Muaro Jambi.

Kompleks percandian ini terletak di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Indonesia, tepatnya di tepi Batang Hari, sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi. 3981 hektar1 candi dan 85 menapo atau gundukan tanah.

Bahan yang digunakan untuk membangun Candi Muaro Jambi adalah batu bata merah dan kerikil. Batu bata merah digunakan sebagai material utama untuk membangun candi, sedangkan kerikil digunakan untuk mengisi bagian tengah candi. Digunakannya material batu bata alih-alih batu andesit, merupakan sebuah kearifan lokal warga di zaman itu. Mereka tidak menggunakan batu sebagai material bangunan candi, tapi dari tanah liat, karena sumber batunya jauh. Kerikil digunakan karena lebih mudah didapatkan dibandingkan dengan batu andesit, dan berasal dari sungai Batanghari

Di dalam kompleks disekitar, terdapat 11 Candi Besar diantaranya, Candi Gumpung ,Candi Kedaton, Candi Kembar Batu, Candi Koto Mahligai, Candi Astano, Candi Gedong I, Candi Gedong II, Candi Tinggi I, Candi Tinggi II , Telago Rajo

Fungsi masing-masing dari 11 candi di kompleks Percandian Muaro Jambi tidak disebutkan secara spesifik dalam sumber yang tersedia. Namun, secara umum, candi Hindu dan Buddha di Indonesia digunakan sebagai tempat pemujaan, tempat memuliakan raja atau tokoh tertentu yang sudah wafat, serta sebagai tempat mengubur benda-benda peninggalan

Bangunan Candi Muaro Jambi memiliki beberapa keunikan dibanding candi-candi yang tersebar di Pulau Jawa. Adapun bahan yang digunakan untuk membangun candi bukan berasal dari batu kali atau batu alam seperti yang biasa dijumpai di candi lain, melainkan dari batu bata merah. Dari setiap batunya terpahat relief. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun