Gaes, kalian sekarang umur berapa sih? 17, 20, 30, atau 40 tahun? Kalian inget ga, kapan pertama kali puasa? Baru tahun ini, lima tahun lalu, atau sejak kalian SD? Oke, kalau kalian baru mulai puasa tahun ini atau setidaknya dua atau tiga tahun lalu, saya ga komen lah. Tulisan ini hanya berlaku buat kita yang sudah bertahun-tahun menjalani puasa. Bukan rasis atau diskrimintatif tapi semua harus ada porsinya masing-masing.
Kalian sadar ga, antara sekarang dan dulu, puasa kalian sama saja atau ada yang berbeda? Bisa jadi sebagian dari kita dulu ketika belajar berpuasa, kita baru bisa menahan lapar sampai jam 9 pagi. Esok paginya kita belajar lagi menahan lapar sampai dzuhur. Esok harinya baru kita kuat berpuasa penuh seharian full. Kalau tahun sebelumnya baru setengah bulan bisa berpuasa, di tahun berikutnya bisa sebulan penuh berpuasa.
Kira-kira, apakah kita targetnya juga sama, menahan lapar dan haus sehari penuh selama  tiga puluh hari saja? Sekali lagi, "saja"? Kalau kita berpuasa hanya berbicara tentang menahan lapar dan haus, apa bedanya kita yang sekarang dengan kita di masa kecil?
Lalu ada yang ngeles, sekarang kan kita godaannya banyak, kita harus kerja, di sana-sini banyak makanan, dan alasan-alasan lainnya. Begini ya, mau usia kita tua atau muda atau bahkan anak kecil, godaan selalu saja ada. Hanya saja dalam porsinya masing-masing. Buat anak kecil, melihat temannya yang sedang tidak berpuasa mengemut permen, itu adalah godaan yang sangat luar biasa. Buat anak kecil, mengerjakan PR matematika yang isinya satu ditambah satu saja itu sudah menghabiskan energi yang besar. Buat anak kecil, menggendong tas sekolah saja juga butuh energi besar. Semakin kita dewasa, godaan akan tetap ada tetapi pada porsinya orang dewasa. Masa iya, kita melihat anak kecil saja kepengen. Buat anak kecil melihat permen diemut temannya sama halnya kita berjalan di depan rumah makan padang. Jadi, ngelesan yang penuh alasan bukan sebuah alasan yang tepat.
Bisa jadi puasa kita mengalami degradasi dibandingkan ketika kita kecil dulu. Anak kecil ketika sedang bermain lalu tidak sengaja beli minum lalu meminumnya, begitu ingat kalau puasa ia langsung pulang dengan menangis. Dia menangis di pelukan ibunya kalau dia tidak sengaja membuat puasanya batal. Tapi kalian yang sudah berumur, begitu makan di rumah makan padang dengan sengaja, kalian bukannya menyesal malah dengan bangganya bohong kepada keluarga, dan mengatakan kalau kalian kuat berpuasa. Sungguh terlalu...
Kalau anak kecil orientasi puasa adalah menahan lapar dan haus, seharusnya kita meningkatkan orientasi dong. Ingat, yang diperintahkan berpuasa itu orang-orang yang beriman. Silakan jawab, Kalian merasa sudah beriman atau layak disebut orang beriman tidak? Maunya disebut beriman tetapi kelakuannya tidak mencerminkan beriman. Kelakuannya tidak beriman itu yang seperti apa? Sederhananya, yang tidak bisa mengimani keenam rukun iman. Kalian percaya dan mengimani Allah sebagai Tuhan, tetapi kalian tidak mengimani takdir Allah, apakah kalian bisa disebut beriman? Silakan tanyakan kepada kiai terdekat.
Untuk apa kita diperintahkan berpuasa? Agar kita bertakwa. Bertakwa itu bagaimana? Sederhana tetapi tidak sederhana, menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan Allah. Berpuasa adalah bentuk ketakwaan kita kepada Allah. Apa yang diperintahkan? Memperbanyak ibadah. Bertadarus Al Quran adalah perintah Allah, apakah kita sudah menjalankan? Shalat malam juga, apakah sudah didirikan juga? Memperbanyak shadaqah pun perintah, apakah kita masih pelit? Apa yang dilarang? Mengumbar nafsu, mulai makan, minum, marah, aktivitas seksual, dan lain sebagainya.
Sejak kecil kita diajarkan bahwa selama bulan puasa, setan dibelenggu agar tidak mengganggu ibadah manusia. Kalau selama Ramadhan manusia tetap saja mengumbar nafsu, apakah itu ulah setan? Atau jangan-jangan kita sendiri yang menjadi setannya? Kita sudah terbiasa berbuat dzalim sehingga ketika bulan ramadhan tiba kebiasaan itu tetap berjalan.
Sekali lagi tanyakan pada diri kita, apakah kita berpuasa hanya untuk menahan lapar dan haus? Berarti level kita masih level anak SD. Apakah kita sudah bertakwa? Hanya diri masing-masing dan Allah yang bisa menilai. Tetapi niat agar kita bertakwa harus ada dalam hati kita masing-masing karena ramadhan bukan hanya ra madhang (tidak makan).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H