Mohon tunggu...
Farid Haryadi
Farid Haryadi Mohon Tunggu... -

vamos

Selanjutnya

Tutup

Politik

Romantisme Semu ARB dan Golkar terhadap Masa Lalu

21 Maret 2014   23:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:39 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Upaya Partai Golkar menjual kejayaan masa orde baru di bawah kepemimpinan mantan Presiden Soeharto dalam kampanye di berbagai daerah sempat menuai kritik dan cibiran publik.

Berbagai slogan yang kerap bermunculan pada stiker bergambar Soeharto, seperti "Piye kabare? Isih penak jamanku toh" (Bagaimana kabarnya? Masih enak zamanku kan) kembali diumbar di berbagai tempat.

Hal itu sengaja dilakukan Golkar dengan tujuan ingin menekankan bahwa pembangunan itu harus menjadi yang utama dan pertama. Menurut partai berlogo pohon beringin itu pembangunan itu nomor satu. Golkar mengklaim bahwa pembangunan itu identik dengan Soeharto.

Sebab di zaman Soeharto, ada berbagai konsep seperti trilogi pembangunan. Pada zaman itulah pembangunan nasional memang benar-benar menjadi nomor satu, sementara politik dan demokrasi nomor dua. Seperti diketahui, Golkar menjadi kendaraan politik utama Orde Baru Soeharto bersama dengan ABRI. Saat itu, menurut Golkar pertumbuhan ekonomi Indonesia memang melesat cepat.

Namun belakangan, pada tahun 1997-1998, badai krisis moneter menghantam Asia, dan berdampak hingga meremukkan perekonomian Indonesia Orde Baru. Jatuhnya ekonomi Indonesia juga disebabkan oleh akar korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang marak terjadi dalam kepemimpinan Soeharto. Hal itu yang memicu Soeharto mengajukan pengunduran diri dari jabatannya sebagai presiden setelah 32 tahun berkuasa.

Kali ini kembali dalam setiap kampanyenya, Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie membanggakan kepemimpinan Presiden kedua RI Soeharto. Menurut sosok yang akrab disapa ARB ini kepemimpinan Soeharto selama 32 tahun menunjukkan keberhasilan Golkar dalam memimpin Indonesia.

“Kita harus punya keyakinan, kita harus yakin kenapa Golkar bisa menang. Itu karena Golkar sudah pernah memimpin negeri ini selama 32 tahun. Tidak ada partai lain yang punya pengalaman seperti Golkar memimpin 32 tahun. Memimpin selama itu dengan Soeharto yang merupakan pendiri Golkar," kata Ical, saat menyampaikan orasi dalam kampanye Golkar, di Gelanggang Olahraga Ciracas, Jakarta Timur, Selasa , 18 Maret 2014. Selama dipimpin Soeharto, ARB kembali dengan congkaknya mengatakan bahwa Indonesia mengalami kemajuan pesat. Kesejahteraan masyarakat Indonesia semakin membaik. Sebaliknya, kata dia, kemiskinan berkurang.

Namun demikian kita harus ingat mantan Presiden Soeharto adalah sosok yang terkenal otoriter, militeristik, dan ambisius. Pada tahun 1998 desakan dari berbagai kalangan-utamanya mahasiswa-telah mampu memaksa Soeharto untuk lengser keprabon. Tapi kenyataannya bahwa peralihan legal formal tidak dengan sendirinya mengalihkan seluruh sumber daya kekuasaan. Rezim yang dikenal dengan sebutan Orde Baru ini, telah merasuk ke seluruh sumsum masyarakat. Kekejaman yang menebar ketakutan hingga tak ada yang berani membantahnya.

Kekuasaan Soeharto kala itu mutlak disegala lini. Militer menjadi anak emas yang memagari kekuasaannya. Pers lebih banyak menjadi corong pemerintah, sehingga praktis masyarakat pun buta politik. Masyarakat tak mampu mencerna kebohongan – kebohongan yang dilakukan Soeharto. Karena selalu saja tertutupi oleh tindak – tanduk Soeharto yang kalem, bersahaja dan nampak sederhana. Kroni – kroni orde baru, telah berhasil menyebarkan virus SARS ( Sangat Amat Rindu Soeharto) seperti yang dilakukan Golkar saat kampanye Pemilu 2014 ini.

Jadi pertanyaannya apakah kemudian rakyat masih mau terbius dan mengikuti kembali era Soeharto seperti yang ‘dijual’ ARB dan Golkar? Ingat, negeri ini pernah mengalami krisis yang luar biasa. Kebangkrutan terjadi empat kali (politik, ekonomi, hukum, dan kepemimpinan yang lalim) yang belum pernah dialami bangsa ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun