Mohon tunggu...
Farid Ma'ruf
Farid Ma'ruf Mohon Tunggu... lainnya -

'Aku hanya merasa orang Indonesia saja!'

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Keluar Itu Ke Mana

10 September 2015   15:23 Diperbarui: 11 September 2015   10:11 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anda mungkin pernah mendengar atau pernah ditanya orang begini: “Kalo naik itu ke atas, turun itu ke bawah, masuk itu ke dalam. Kalo keluar, ke mana?”, pertanyaan yang mungkin bisa membuat Anda mengernyitkan dahi karena tidak berhasil menjawabnya dengan mudah lalu kemudian mulai berpikir agak keras untuk memberi jawaban secara jelas.

Jika Anda pernah mengalaminya, maka Anda tidak sendiri. Saya yakin ada Anda punya kawan senasib yang sangat banyak, atau setidak-tidaknya Anda senasib dengan saya. J

Sebenarnya, sebagai bahan lelucun, kita bisa menjawabnya ‘sekenanya’ saja, dengan jawaban yang bisa memancing tawa misalnya. Tapi, urusannya menjadi lain, kalau yang bertanya memang menginginkan jawaban yang memuaskan menurut kaidah bahasa.

Sebagai seorang yang punya ketertarikan terhadap dunia bahasa, saya merasa tertantang untuk memecahkan masalah yang oleh sebagian orang mungkin sudah dianggap lelucon dan dianggap tidak akan ditemukannya jawaban yang memuaskan tsb.

Untuk mulai menemukan jawabannya, pertama kita telaah terlebih dulu isi pertanyaannya dan apa yang diinginkan oleh pertanyaan tsb. Jika kita telaah pertanyaan di atas, maka yang menjadi inti pertanyaannya adalah kalimat Keluar itu ke mana. Sedangkan kalimat-kalimat sebelumnya adalah premis yang membangun pertanyaan tsb.

Jika kita bedah premis-premis tersebut, maka kita akan tahu bahwa premis itu terdiri dari sebuah verba (kata kerja) yang dipasangkan dengan frasa preposisional yang menunjukkan arah atau tempat yang biasa dituju oleh verba tsb. Untuk lebih jelasnya saya gambarkan dengan tabel berikut: ’Naik’ adalah verba, pasangannya adalah frasa ‘ke atas’ karena arah yang dituju oleh sesuatu yang naik biasanya adalah arah yang lebih atas dari tempat awalnya. ‘Masuk’ adalah verba, pasangannya adalah frasa ‘ke dalam’ karena tempat yang dituju oleh sesuatu yang masuk adalah bagian dalam suatu ruangan.

Hasil telaah tersebut memberikan kita kesimpulan bahwa apa yang diinginkan oleh pertanyaan tersebut adalah pasangan dari verba ‘keluar’, dan ia haruslah berbentuk frasa preposisonal yang diwali oleh prepososisi ‘ke-‘ yang menunjukkan arah atau tempat yang biasa dituju oleh sesuatu yang keluar.

Kita bisa mengatakan, sekarang, bahwa jawaban dari pertanyaan tersebut adalah ‘Ke luar’. Tidak memuaskan? Ya, bisa jadi! Lalu kenapa cape-cape membedah ini itu kalau jawabannya cuma begitu! Itu kan tidak menjawab pertanyaaan dan malah mengulangi pertanyaannya! Eits, tunggu dulu. Perlu kita garis bawahi bahwa ada perbedaan antara ‘keluar’ dan ‘ke luar’. 

‘Keluar’ adalah verba sedangkan ‘ke luar’ adalah frasa preposisional. Karenanya, penulisannya pun bebeda. ‘Keluar’ sebagai verba ditulis serangkai, sedangkan ‘ke luar’ di tulis terpisah antara ‘ke’ dan ‘luar’. ‘Ke luar’ adalah frasa prepoposional yang terdiri dari preposisi ke- dan kata luar.

Kenapa jawabannya adalah ‘Ke luar’? Karena arah/tempat yang dituju oleh sesuatu yang keluar adalah bagian luar dari sebuah ruangan. (Waalm)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun