Menjadi Presiden tak membuat Jokowi "terbang". Jokowi tetap membumi dengan prinsip egaliter (sederajat/kesetaraan ) yang mengakar. Ini patut kita apresiasi karena jarang sekali sekelas pemimpin negara mau melakukan hal seperti ini
Memilih egaliter
Jokowi ketika mengunjungi tempat selalu tidak berjarak dengan masyarakat. Seringkali Jokowi dipeluk dan diajak foto bersama. Tidak ada masalah akan hal itu, baginya ketika memberi jarak dengan rakyat itu lah yang akan menciptakan eksklusifitas. Jokowi pun berani mengajak Presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk blusukan ke pusat perbelanjaan di Bogor.
Keberanian Jokowi melakukan praktek egalitarianisme ini adalah ingin membuktikan bahwa masyarakat dalam kondisi aman dan sejahtera.
Mengubah Paradigma Pasmapres
Kalau dilacak secara historis, para ajudan Jokowi sejak mengemban amanah Wali Kota Solo telah diberi instruksi dari Jokowi agar ketika mengawal pemimpin, tidak malah membuat jarak dengan rakyatnya.
Indikasinya adalah Jokowi mengurangi ajudan pendampingnya menjadi jumlah sebutuhnya saja. Ini terhitung sangat minim dibanding para petinggi pemerintah lainnya.
Bisa dicek di youtube, ada video yang membuktikan ketika Jokowi pulang dan pergi dari Istana Bogor ke Jakarta. Paspampres yang mendampingi tidaklah banyak, prosedur pengamanan jalan pun sangat lembut, sehingga tidak mengganggu pengendara lainnya.
Voorijder atau patroli dan pengawalan yang mendampingi aktifitas Jokowi cukup dengan jumlah sebutuhnya. Coba kalian berkaca pada pemerintahan sebelum ini. Pasti sangat mencolok perbedaannya.
Waktu santai, ya buat santai
Pada malam pergantian tahun baru 2019 kemarin, Jokowi mengadakan refleksi dan syukuran dengan makan bersama warga sekitar, pengawal, wartawan dan para asisten rumah tangga istana kepresidenan.