Di tahun 2024 kita mendapatkan informasi banyaknya industri yang tutup seperti Tupperware Amerika, garmen PT. Cahya Timur Garmindo, PT. Hung-A dan BATA disebabkan oleh salah satu faktor keuangan hal ini memperlihatkan pentingnya sebuah perusahaan untuk mengontrol keuangan dan menyesuaikan tingkat produksi dan penjualan di pasar agar dapat menyesuaikan tentang pengeluaran produksi dan pendapatan.
BAGAIMANA PERSPEKTIF AKUNTANSI MANAJERIAL PADA PENUTUPAN PABRIKA BATA PURWAKARTA?
Produsen alas kaki PT. Sepatu Bata Tbk (BATA) Purwakarta resmi menutup operasional pada 30 April 2024 akibatnya banyak karyawan yang di PHK, BATA adalah salah satu perusahaan manufaktur terbesar dan lama yang berada di Indonesia sejak 1931 walaupun BATA buakan berasal dari Indonesia melainkan dari cekoslowakia. Selain PHK ratusan karyawan, keputusuan di tutupnya pabrik BATA Purwakarta membuat banyak pertanyaan mengenai strategi bisnis dan keberlanjutan operasional pabrik. Melalui artikel opini ini kita dapat menggali lebih dalam mengapa BATA menghadapi kesulitan dan apa yang bisa dipelajari untuk perusahaan lain yang masih bertahan dari tutupnya pabrik BATA ini guna menghindari hal yang serupa.
Tutupnya pabrik BATA dikarenakan kerugian selama 4tahun terakhir sejak covid19 permintaan produk yang menurun, produksi yang tinggi melampaui kebutuhan pasar lokal, perubahaan selera konsumen, persaingan ketat (sepatu) impor dari Cina dan meningkatnya biaya operasional menjadi faktor utama yang memperburuk keadaan BATA bahkan tahun 2023 kerugian naik sebesar 80% dari 2022 artinya kapasitas produksi tidak sesuai dengan permintaan pasar.
Dalam hal ini manajer BATA menghadapi tantangan yang signifikan dalam mengelola biaya dan efisiensi produk, adapun analisis dari perspektif akuntansi manajerial sebagai berikut:
- Menerapkan Analisis Cost Volume Profit (CVP). Manajemen BATA perlu menggunakan analisis ini, untuk melihat titik impas Break Even Point (BEP) perusahaan, apakah volume produksi BATA masih dapat menutup biaya tetap seperti biaya gaji karyawan dikarenakan permintaan dan pembeliaan/konsumsi di pasar menurun.
- Perencanaan anggaran dan pengendalian biaya, dalam hal ini akuntansi manajerial dapat membantu mengidentifikasi wilayah departemen yang perlu untuk menghemat biaya seperti mengurangi produk atau karyawan guna menghentikan barang jadi siap jual yang terlalu berlebihan dan berdampak pada semakin banyak biaya yang dikeluarkan (contohnya: listrik dan biaya tenaga kerja).
- Menerapkan Activity-Based Costing (ABC). BATA mungkin mengalami kesulitan mengalokasikan biaya ke setiap produk/departemen secara akurat, penggunaan sistem Activity-Based Costing (ABC) dapat membantu perusahaan memahami aktivitas mana yang menggunakan biaya tinggi dan dapat ditekan.
- Keputusan outsourcing "buy" dengan menutup pabrik cabang Purwakarta bukan bearti BATA berhenti produksi, tetapi melakukan pembelian/impor dari pabrik BATA cabang di negara lainya.
Apabila BATA Purwakarta di Indonesia ini mengalami kebangkrutan dengan menutup pabtiknya namun sebaliknya terjadi di BATA cabang India, BATA India merupakan TOP 3 Brand dengan pendapatan 6Trilliun tahun 2022 - 2023 yang artinya pabrik BATA tidak tutup atau bangkrut secara keseluruhan melainkan hanya di cabang Indonesia saja (Purwakarta) namun seperti yang kita lihat toko-toko BATA tidak tutup dan masih aktif berjualan walaupun dengan harga diskon besar-besaran. BATA masih bisa bertahan di Indonesia atau menerapkan/melakukan saran berikut di cabang BATA lainya guna mempertahankan brand di mata masyarakat:
- Inovasi produk BATA
- Membuka segmen pasar yang lebih luas, BATA harus melakukan produksi lainya yang lebih luas bukan hanya alas kaki saja bisa seperti tas atau aksesoris sepatu.
- Analisis pasar dan penyesuaian harga.
- Bertahan dengan meningkatkan brand image dimata masyarakat.
- Tetap bertahan di Indonesia tetapi melakukan pengurangan tenaga kerja dan produksi hingga penjualan di pasar sedikit membaik. Â
5 hal diatas dapat diterapakan oleh perusahaan lainya terlebih perusahaan yang memiliki daya saing yang banak seperti perusahaan tekstil yang sedang berjuang di tengah ekonomi menurun yang mempengaruhi pendapatan dan keuangan perusahaan. Â Setidaknya setiap perusahaan harus melakukan riset pasar sebagai langkah awal, menyesuaikan jumlah produksi dan inovasi produk.
BANYAKNYA PENUTUPAN PABRIK SAAT INI, APAKAH ADA FAKTOR KONDISI EKONOMI TAHUN 2024?
Sejak covid19 hingga sekarang pabrik besar di Indonesia mengalami kesulitan hingga gulung tikar sektor yag paling berdampak adalah pabrik tekstil, penutupan pabrik dipengaruhi oleh faktor ekonomi yang sangat luas berikut faktor utama yang mendorong penutupan pabrik:
- Krisis ekonomi pasca pandemi, karena hal ini berdampak pada pendapatan masyarakat sehingga masyarakat akan berfikir 2x untuk membeli barang mungkin belum sangat dibutuhkan terlebih sepatu/baju adalah barang bisa digunakan dalam waktu lama.
- Dampak inflasi, inflasi yang terjadi di tahun 2024 mempengaruhi daya beli masyarakat.
- Dampak impor yang masuk, menyebabkan persaingan dengan produk impor seperti dari Cina yang memasuki pasar Indonesia sejak covid19 dengan harga yang murah, memberikan tekanan tersendiri bagi industri lokal.
- Kenaikan PPN 12%, dengan adanya kabar Januari 2025 adanya kenaikan PPN masyarakat berbondong-bondong menerapkan perilaku frugal living. Hal ini akan berdampak besar kepada seluruh sektor industri dan UMKM lokal di tahun 2025.
Jadi selain faktor internal pabrik itu sendiri, faktor ekonomi masyarakat domestik juga turut mempengaruhi keputusan perusahaan/pabrik untuk gulung tikar. Setidaknya untuk dapat bertahan dalam keadaan ekonomi seperti ini, industri perlu mengurangi produksi dan operasional produksi sehingga berdampak pada berkurangnya biaya jam tenaga kerja langsung, overhead pabrik dan beban lainya.