Mohon tunggu...
Farida Trisna
Farida Trisna Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sekadar ingin berbagi cerita sekelumit perjalanan memaknai zamrud khatulistiwa. Dari Kota Solo lalu bermimpi menjamah setiap inchi ciptaan Tuhan yang super keren. Rasanya pun lengkap, terkadang pahit, asam, manis dan sedikit getir. Semakin panjang jalan yang dilalui semakin bertambah rasa syukur ini akan keajaiban yang dilukiskan-Nya di tanah ini. Menghirup sejuknya udara di bagian lain bumi ini bernama Eropa menjadi mimpi tersendiri. Sembari mewujudkannya, tetap berpacu dengan deadline dan mengejar gelar Magister.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mencicipi Menu Premium Ala Dapur ACS

21 Januari 2014   06:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:38 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selepas menilik bengkel superbesar milik Garuda Indonesia di Garuda Maintenance Faclity (GMF) Aero Asia, kunjungan berikutnya ke Aerowisata Catering Service (ACS) yang letaknya berada di kompleks Bandara Internasional Soekarno Hatta, Kamis (8/1/2014). ACS ini tempat dibuatnya makanan dan beverage untuk maskapai penerbangan domestik serta maskapai asing.

Di tempat ini kita bisa melihat bagaimana mempersiapkan menu mulai dari pemilihan bahan, memasak, hingga penyajiannya untuk di dalam pesawat. Setiap harinya, ACS ini mempersiapkan 49.000 porsi makanan. Untuk urusan domestik, ACS hanya melayani Garuda Indonesia, sedang ada setidaknya 17 maskapai asing yang menggunakan jasa katering milik Garuda Grup ini.

Ketika saya dan kawan-kawan sampai di ACS, tepat sekali saat waktunya makan siang. Jadi, sebelum menjelajahi dapur ACS, rombongan pun disuguhi makanan dan minuman kelasnya penerbangan premium Indonesia. Rasanya, tidak perlu dipertanyakan lagi, tetapi menunya jelas cita rasa Indonesia. Tapi, ada aturan superketat yang harus ditaati selama mengobok-obok dapur Garuda ini. Pengunjung atau siapapun tidak diperkenankan mengambil foto atau gambar, kecuali di beberapa area yang memang diperbolehkan. Maka yang harus dilakukan simpan baik-baik segala jenis kamera di saku atau di tas Anda. Patuhi aturan yang berlaku ya, kawans. Ini tidak akan mengurangi kemenarikan kunjungan ini. ACS ini terdiri dari beberapa lantai yang hampir keseluruhan memang mengurusi food dan beverage. Keunggulannya, antara lain bahan mentah yang digunakan adalah bahan-bahan pilihan yang telah terjamin kualitasnya. Selain itu, bumbu yang dipakai untuk memasak dibuat sendiri dan yang paling penting tidak memakai bahan pengawet makanan. “Bahan makanan serta minuman yang dibuat oleh ACS berasal dari bahan-bahan pilihan dan berkualitas. Sebelum diolah, semua melalui proses higienisasi. Selain itu, kami tidak menggunakan bahan pengawet,” terang Hygiene Quality ACS, Agus Sugiawan. Bicara tentang koki ahli alias chief, ACS memiliki ahli masak dari berbagai negara. Tentunya hal ini disesuaikan dengan maskapai asing yang menjadi pelanggan tetap. Selain menyuguhkan makanan Indonesia, juga menyediakan masakan Eropa serta Asia seperti Jepang, Korea, China dan Hong Kong. Maskapai asing yang menjadi customer tetap pun dari berbagai negara. Antara lain, Cathay Pacific, Emirates, Air China, Korean Air, Qatar Airways, Air Asia, Jet Star hingga Nordwind Airlines. Bahkan, Garuda Indonesia juga memiliki layanan chief on board.

13902585321508708834
13902585321508708834
Di ruang penyimpanan bahan-bahan mentah terpampang sederet aturan bahan yang boleh digunakan. Begitu halnya di tempat penyimpanan telur, sayur, bumbu buah hingga daging. Bahan siap masak ini tempatkan di ruang pendingin dengan suhu tertentu serta dalam pengawasan ketat dan pengecekan berkala. Suhunya, jangan ditanya karena mulai dari 9 derajat celcius hingga minus 18 derajat celcius. Dinginnya, tak perlu diragukan lagi. Saya bahkan pernah hampir pingsan lantaran berada di suhu minus 27 derajat celcius, badan seakan mati rasa. Sayang, tak semua bahan mentah ini diambil dari produk dalam negeri. Ada beberapa bahan yang masih harus mengimpor, karena pasar dalam negeri tak mampu memenuhi kebutuhan untuk memproduksi setidaknya 49.000 porsi makanan dalam sehari. Contohnya, daging sapi masih didatangkan dari Australia. Begitu juga dengan ikan khususnya ikan dori yang diimpor dari Vietnam. Namun, untuk telur, ayam dan sayur asli dalam negeri. Saat berkeliling dari satu ruangan ke ruangan lainnya, perut seakan keroncongan lagi. Bagaimana tidak, karena hampir di setiap sudut selalu bertemu makanan, hahaha. Sebelum dinaikkan ke pesawat, menu-menu itu sudah harus siap dikemas serta ditata dengan baik dalam trolley kurang lebih 3 jam sebelumnya pesawat itu lepas landas. “Perlengkapan masakan Asia memang paling ribet dan banyak, terutama masakan China, Jepang. Pernak-pernik seperti mangkuk, sumpit dan baki dan sebagainya harus komplet,” imbuhnya. ACS juga telah mengantongi sertifikat halal dari MUI serta berbagai sertifikat sebagai bukti terjaminnya mutu makanan yang mereka produksi. Mulai dari Qantas Supplier Recognition Programme (2007), Service Excelllence Award from Emirates (2008), Royal Brunei (2010), China Southern (2010) dan Eva Air (2010). Berkesempatan menilik ACS ini adalah momen yang cukup menarik. Melihat bagaimana sebuah industri katering pesawat terbang. Semoga lain waktu bisa berkunjung lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun